Ini neh...Novel "LASKAR PELANGI"

Novel pertama ANDRE HIRATA "Laskar Pelangi"

Laskar Pelangi:
Masa Kecil yang Ageless, Timeless, Borderless, Inspiratif!
Karya : ANDRE HIRATA

Prolog 1
....Kami menghambur kearah Syahdan, aduh ! gawat, apakah dia pingsan ? Atau gegar otak ? Atau malah mati ! Karena dia tak bernafas sama sekali dan tadi ia terpelanting seperti tong jatuh dari truk... Kami menggigil ketakutan dan Samson memberi isyarat agar mengangkat Syahdan. Ketika kami angkat tubuhnya telah keras seperti sepotong balok es... Sahara dan A Kiong meraung-raung. Kami benar-benar panik namun dalam kegentingan yang memuncak tiba-tiba di gumpalan bulat kepala keriting yang kupeluk kulihat deretan gigi-gigi hitam keropos dan runcing-runcing karena dimakan kutu meringis ke arahku, kemudian kudengar pelan suara tertawa terkekeh-kekeh.
Ha! Rupanya co-pilot ku ini hanya berpura-pura tewas ! Sekian lama ia membekukan tubuhnya dan berusaha menahan nafas agar kami menyangka ia mati. Kurang ajar betul, lalu kami membalas penipuannya dengan melemparkannya kembali ke dalam parit kotor tadi. Dia senang bukan main. Ia terpingkal-pingkal melihat kami kebingungan.... Anehnya, justru peristiwa terjatuh, terhempas, dan terguling-guling yang mencederai lalu disusul dengan tertawa keras saling mengejek itulah yang kami anggap sebagai daya tarik terbesar permainan pelepah Pinang. Tak jarang kami mengulanginya berkali-kali dan peristiwa jatuh itu bukan lagi karena sudut tikungan, kecepatan, dan massa yang melanggar hukum fisika tapi memang karena ketololan yang disengaja yang secara tidak sadar digerakkan oleh spirit euforia musim hujan. Pesta musim hujan adalah sebuah perhelatan meriah yang diselenggarakan oleh alam bagi kami anak-anak Melayu tak mampu. (Laskar Pelangi, 2005)

Prolog 2

... Mama tak bisa mengerti bagaimana celana dalam Totto-Chan yang biasa dihiasi renda setiap hari bisa robek di sekitar pantat... bagaimana celana dalam Totto-chan bisa robek-robek seperti rombengan?
Totto-chan memikirkan hal itu beberapa lama, kemudian berkata, “Begini, setiap kali menyusup lewat bawah pagar sambil bergerak ke depan, tanpa sengaja rok akan tersangkut kawat berduri. Waktu bergerak ke arah sebaliknya, celana dalamku yang tersangkut. Saat itu aku harus bilang, ‘Bolehkah aku masuk?\ dan ‘Sampai jumpa’ dari satu sisi pagar ke sisi yang lain. Jadi sudah pasti celana dalam atau bajuku akan robek.”
Mama tidak sepenuhnya mengerti cerita Totto-chan, walaupun kedengarannya kejadian itu agak mengesankan.... “Mama harus mencobanya. Celana dalam Mama pasti akan robek-robek.” (h. 113).
(Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, 2004)

Dari PENERBIT :

Pembaca tercinta, dua dunia kecil disuguhkan pada kita lewat potongan kutipan naskah di atas. Dan tak peduli apa kata para kritisi sastra, kita hanya bisa berkomentar: betapa liar, memikat, mencerahkan. Baik Tetsuko Kuronayagi, maupun Andrea Hirata, melukiskan sesuatu yang hanya mereka sendiri yang tahu: dunia privat dalam masa kecil yang mereka jalani... Kenaifan menjadi keindahan yang menakjubkan dan memikat...
Masa kecil dan pendidikan. Dua buku yang saya kutip di atas khusus mengaitkan atau menceritakan masa kecil dan dunia sekolahnya. Totto-chan: The Little Girl at the Window karya Tetsuko Kuronayagi, terbit 1981, dan saat ini edisi Indonesianya sudah memasuki cetakan ke delapan1. Sebuah buku yang timeless, sekaligus ageless. Buku ini seolah menjadi ‘bacaan wajib’ mahasiswa-mahasiswa Bandung yang bergiat di Mesjid Salman pada akhir 80-an. Dan di depan mata saya sendiri, seorang gadis kecil kelas empat SD sebuah sekolah dasar di Sekip Yogya membacanya dengan tekun sembari menanti jemputan datang—awal 2005. Saya kagum dengan kekuatan buku Tetsuko memaku para pembaca dari jenjang usia yang berbeda. Saya baru menyadari, lewat buku itu, bahwa masa kecil bukanlah the past yang eksklusif milik sang pelaku. Kendati berada dalam satu konteks waktu tertentu, ternyata dunia kecil hidup begitu utuh—intact—dan karenanya memoir Tetsuko menjadi ageless sifatnya. Lalu melihat mahasiswa Bandung dan anak Yogya membacanya dengan keterpikatan yang sama, sadarlah saya bahwa buku yang berbicara tentang masa kecil anak perempuan Jepang di sekolah Tomoe yang progresif menjelang Perang Pasifik itu ternyata bersifat cultural transgressing—lintas kultural. Atau mungkin cultural borderless—tidak berbatas kultural, sehingga bisa dinikmati oleh siapa saja, dari latar budaya manapun. Saya tidak tahu apakah masa kecil dan dunia pendidikan memang ada dalam ‘bahasa’ atau ‘wacana’ universal yang sama sepanjang waktu di kepala kita. Tapi barangkali, sepanjang disajikan tanpa pretensi yang egois dan narsistis dari penulisnya, tampaknya semua karya tentang ini punya potensi menjadi besar: timeless, ageless, dan borderless.
Buku kedua yang akan saya bicarakan adalah “Laskar Pelangi,” karya pertama Andrea Hirata. Buku yang ada di tangan Anda bertutur tentang masa kecil dan dunia sekolah khas Indonesia, lebih spesifik lagi: Melayu Belitong. Lengkap dengan kemelaratan, idealisme yang polos, alam yang liar, juga fantasi yang hadir memikat di setiap tikungan. Kenakalan-kenakalan kecil bercampur dengan kepolosan yang cerdas, menghadirkan satu adonan menakjubkan tentang bagaimana masa kecil dipersepsi dan dijalani oleh anak-anak yang luarbiasa ini. Mereka—para anggota ‘Laskar Pelangi’ ini-- luarbiasa karena hidup dalam keterbatasan, luarbiasa karena dibesarkan dengan idealisme pendidikan yang terasa naif di zaman sekarang, luarbiasa karena garis nasib menuntun mereka menjadi sosok-sosok yang tidak pernah terduga oleh siapapun... “Laskar Pelangi”, sebagaimana Totto-chan, berkualitas ageless, timeless, dan borderless—biarpun dituturkan dengan latar budaya Melayu Belitung yang sangat kental. Andrea menuturkannya dengan fasih, dan membiarkan imaji masa kecilnya utuh di sini, biarpun karya ini ditulis pada usia ke 27, saat semua hal sudah nyaris dicapainya, saat sebagian besar di antara kita melupakan dan mengabaikan masa kecil yang membesarkan kita. Kita membaca masa kecil yang memikat ini betul-betul dari mata seorang Ikal—Andrea kecil—maka tak heran jika setiap potongan dan perabotan dunia yang hadir di masanya juga merupakan sebuah deskripsi realisme magis-kritis, yang di beberapa bagian mungkin membuat kita merinding karena beraroma Gogol, atau bahkan Marquez (simak: Bodenga), terlebih karena metafor-metafor Andrea begitu cerdas dan kaya!
Satu lagi catatan yang perlu digarisbawahi, buku ini bersumber dari kisah nyata penulisnya. Andrea dibesarkan dalam tipikal keluarga menengah Indonesia yang lebih sering beresiko njomplang ke bawah daripada naik ke atas, di sebuah kampung miskin yang berbatasan dengan sebuah ‘kerajaan besar’—PN Timah dengan semua fasilitas yang mewah dan mahal—dalam asuhan budaya keluarga yang masih kental dengan nilai-nilai Islami. Sekolah yang diceritakan di sini adalah kelas-kelas berdinding kayu, berlantai tanah, beratap bocor, yang kalau malam menjadi kandang hewan. Tanpa poster burung Garuda, foto presiden dan wakil presiden. Amat sederhana bangunan sekolah itu. Tapi persoalan apapun menyangkut pendidikan tak pernah sederhana...
Menariknya, Andrea mengolah semua itu tanpa terjebak pada keberpihakan primordialitas, penyimpulan general dan simplistis yang menyalahkan kesenjangan ekonomi, atau melarikan semua persoalan pada isu-isu normatif yang semata-mata bersandar pada dogma-dogma religius. Lewat tuturan masa kecil di sekolahnya yang miskin (tapi mencerahkan!), lewat narasinya yang begitu peka dan kaya akan amatan sosiologis dan budaya, Andrea mengajari kita bahwa klise-klise itu benar adanya: pelajaran hidup itu bisa diperoleh di mana saja, dari siapa saja. Bahwa kita bisa menjadi siapa saja. Bahwa keterbatasan itu bukan penghalang. bahwa masa depan itu selalu unpredictable. Secara khusus, ia juga mengajari kita untuk berterimakasih pada Bapak Ibu Guru kita di sekolah kita dulu—sebagaimana ia berterimakasih dengan caranya sendiri pada Ibu Mus, wali kelas yang mengasuhnya sejak kelas satu hingga kelas tiga SMP, dan pak Harfan—sang kepala sekolah (dan begitulah Tetsuko berterimakasih pada kepala sekolahnya, Sosaku Kobayashi, lewat karyanya). Ia begitu jujur, kejujuran yang naif dan kekanak-kanakan, tapi juga cerdas dan tidak biasa, sehingga mau tidak mau kita akan selalu terkaget-kaget melihat cara pandang yang tidak biasa dari anak-anak ini2.
Laskar Pelangi jelas adalah sebuah memoar, dan mengolah memoar menjadi novel yang memikat bukan perkara gampang. Laskar Pelangi, nyatanya, menjadi memoar yang sangat menarik. Ia bisa menjadi sebuah karya yang menyentuh secara emosional, tapi juga mencerahkan secara intelektual—deskripsi yang sangat filmis (nature maupun culture ) dalam Laskar Pelangi tidak saja mampu menarikan imajinasi kita membentuk theater of mind dalam benak kita. Lebih dari itu, kekayaan referensi lewat kajian literatur yang diolah menjadi bagian-bagian menarik dalam novel ini –mengejutkan—layak pula dijadikan setidaknya sebagai awal dari suatu rujukan ilmiah. Andrea menempatkan masa kecil di novelnya dalam konteks yang tak lepas dari pergolakan sosial budaya, tapi tak berlarut-larut atau mengasyikkan diri dalam persoalan itu. Sehingga, novel ini bisa dibaca dari berbagai perspektif: eksotisme masa kecil, ilustrasi kritis-sosiologis terhadap eksploitasi Belitung, atau sekalian saja perdebatan ilmiah tingkat tinggi antara jenius-jenius yang memahami dasar-dasar Principia Newton! Alangkah menarik, sebuah novel yang bertutur masa kecil seseorang bisa memberi kita pelajaran tentang begitu banyak hal. Dan luarbiasa karena inilah karya Andrea pertama, terlebih mengingat masa dewasanya dihabiskan untuk berkecimpung di dunia angka—sebuah dunia yang jauh dari keajaiban kata-kata.
Namun, lepas dari semua keistimewaan sastrawi itu, yang biasanya hanya bisa dikecap oleh segolongan elit kritikus sastra—dan saya tidak berpretensi menjadi salah satu di antaranya—saya ingin sampaikan, bahwa sebuah karya yang menggetarkan bukan karena judul yang provokatif, atau kata-kata puitis-indah yang dirangkainya. Karya yang berhasil adalah karya yang menyentuh hati--itulah yang terjadi dengan “Laskar Pelangi.” “Laskar Pelangi” akan mengajak kita tersenyum, tertawa berulangkali. Lalu menangis, di bagian lain. Lalu tersipu, bahkan membuncah karena merasakan kemenangan merajai hati. Lalu merasa sakit ... campuran segala perasaan yang tak terkatakan. Itu semua tidak dibuat-buat, itu semua nyata, bersumber dari masa kecil yang disajikan dengan sepenuh utuh, dengan kejujuran yang penuh ... Maka, satu kata lagi perlu ditambahkan untuk novel ini: inspiratif. Bacaan di tangan Anda inilah satu di antara sedikit novel yang bakal membuat kita tergugah untuk menjenguk kembali sisa-sisa kenangan masa kecil yang mungkin masih kita miliki, dan menghormati sekolah dasar kita, guru-guru kita, lingkungan kecil kita, teman-teman bandel yang kerap menggoda dan dulu begitu menjengkelkan. Mungkin, itulah satu-satunya yang tersisa dari jatidiri kita yang masih memperlihatkan serpih kejujuran, setelah hasrat duniawi menopengi kita dengan beragam citra artifisial untuk meraih semua keinginan dalam kerakusan ambisi kita...

Komentar IIN :

Andrea...
Kamu oke banget lho! Akhirnya kamu berhasil membuat satu buku yang luar biasa baguuuus! Saya belum membaca keseluruhan dari novelmu tapi dari prolog dan beberapa kalimat yang kamu susun di dalamnya sudah membuat saya 'jatuh cinta' dan makin penasaran untuk segera baca!!Jangan lupa Dre, kita punya janji ketemu dan saling berbagi kisah mengenai kepuasan kita menulis...menulis…dan menulis.
Pengalaman masa kecil memang selalu layak untuk dikenang. Bukankah di sana kita akan menemukan perbedaan dengan kehidupan kita sekarang? Dan itu sungguh ajaib bukan? Siapa yang bisa menerka masa depan selain kita terus menerus melakukan yang terbaik dalam proses perjalanan menuju ke arah yang lebih baik!
Andrea...
Sekali lagi selamat datang di dunia penuh kebebasan beinspirasi dan berekspresi! Jangan pernah lagi mengatakan bahwa aku membuat kamu ingin menulis, tapi justru aku yang mengucapkan terima kasih karena kamu membuat keinginan menulisku semakin menggebu. Sukses untukmu, Dre!

(Yogyakarta, 22 Oktober 2005)

SO, SEGERA DAPATKAN DI BUKU GRAMEDIA TERDEKAT YAP?

Asyiknya bersahabat dengan ALLAH..

" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau Menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (QS Ali-Imran : 190-191)

ALLAH sahabat paling setia menunggu kita

Sahabat bersedia memberikan waktu berharganya untuk menunggu kita

Rasanya emang nggak enak ketika kita ditinggalin oleh sahabat. Tapi, namanya juga manusia biasa yang tak pernah lepas dari khilaf. Bahkan hati kita itu seringkali goyah karena hal-hal yang nggak masuk akal. Tapi beruntung deh kalo kita menjadikan ALLAH sebagai sahabat karena ALLAH bakal setia menunggu kita sampai kapanpun.
ALLAH nggak pernah bosan menunggu kita untuk akhirnya kembali pada persahabatan yang sejati antara kita dan diriNya. Mana ada manusia yang mau menunggu kita terlalu lama demi sebuah persahabatan? Bahkan kita seringkali lupa pada teman masa kecil hanya karena sudah memiliki banyak teman sekarang. Tapi, ALLAH telah menjadi sahabat sejak kita dalam kandungan hingga sekarang. ALLAH setia menunggu kita hingga kita ingat padaNya.
Biarpun kita mengkhianatiNya dengan tidak mengindahkan tujuan awal kita dilahirkan yaitu ibadah, ALLAH tetap setia menunggu hingga kita ingat padaNya. Kesabaran ALLAH itu tak terbatas, beda banget kan dengan kesabaran kita yang sangat terbatas?
Beruntung banget deh kalo kita bersahabat tanpa mengenal batas waktu dan hanya ALLAH yang memberikan jaminan atas itu.ALLAH merupakan SAHABAT yang akan selalu setia selamanya dan yang selalu ada sebagai bukti keabadiannya. ALLAH tidak berwujud seperti manusia, tapi dia hidup di hati manusia, dimana-mana.
Bagi semua orang yang mencari sahabat abadi tak perlu ragu pada keabadian ALLAH.
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia Memelihara segala sesuatu." (QS Az-Zuhar : 62)

ALLAH selalu ada di samping kita, walau semua meninggalkan kita

Sahabat yang sejati ada di saat semua orang meninggalkan kita

Salah paham bisa membuat kita ditinggalkan sahabat. Hidup adalah pertarungan antara rasa sakit dan rasa senang. Patut di sadari juga ada pertemuan ada perpisahan. Ada kalanya kita memiliki banyak teman, ekh di lain waktu karena masalah kecil kita ditinggalkan semua orang. Jangan khawatir jika kamu (merasa) ditinggalkan semua orang, ALLAH selalu ada di sampingmu.
Tidak perlu bersedih dan kecewa pada mereka yang melalui perpisahan dengan orang yang dicintainya. Renungkan dengan rasa penuh hormat pada segala sukacita dan dukacita tentang apa yang dilalui dalam hidup, dan kemudian semakin sadarilah mengenai keberadaan ALLAH. Bahwa ALLAH memberikan segala bentuk perpisahan demi kebaikan kita. ALLAH menyambut hangat kembalinya kita padaNya. Kembalilah padaNya ketika kamu merasa disia-siakan dan dihinakan. Ada banyak alasan kebaikan bagi semua peristiwa dan beruntunglah ALLAH Maha tahu setiap makna kesakitan yang kita rasakan karena itulah kembalilah pada ALLAH untuk segala urusan kita.
Berterima kasihlah pada ALLAH karena tanpaNya kita akan kesepian di dunia ini. Hanya ALLAH yang memberikan banyak kekuatan ketika kita rapuh, jatuh, dan salah. Bahkan ALLAH tetap ada di samping kita walau kita sendiri lupa padaNya. Luar biasa bukan?
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'tuhan kamu ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang Dijanjikan Allah kepadamu. Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang maha Pengampun lagi maha penyanyang." (QS Fushshilat : 30 – 32)

ALLAH nggak pernah bosan mendengarkan kita

Sahabat sejati menjadi telinga yang paling sempurna bagi mulut kita

Jangankan orang lain, kita sendiri pun seringkali bosan mendengar keluhan dan curhatan sahabat kita. Maklumlah selain keterbatasan, seringkali kita juga sudah cukup bingung dengan masalah kita sendiri. Nah kan!? Makanya memang cuman ALLAH lho yang nggak pernah bosan mendengarkan segala cerita kita baik suka atau pun duka.
Enaknya lagi bersahabat dengan ALLAH adalah tanpa kita mengatakan pun Dia tahu apa-apa yang kita rasakan. Hebat kan? Tapi bagusnya lagi biarpun Dia Tahu segalanya ALLAH ngga bakalan sok tahu sama kamu. Kalau kamu sobatan sama manusia yang sok tahu kan bisa berabe. Misalnya aja ketika kamu sedang asyik-asyiknya curhat, eh dia memotong dengan mengatakan, "Makanya waktu itu kamu nurut sama aku.Aku kan pernah bilang kalau ..bla..bla..bla" kesel kan?
"dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." (QS Az-Zukhruf : 14)
ALLAH punya solusi terbaik bagi masalah kita
Sahabat sejati memberikan solusi bagi masalah yang tidak bisa kita pecahkan sendiri
Biarpun sudah mengeluarkan seluruh uneg-uneg kepada sahabat, tapi nggak berarti dia bisa menyelesaikan masalah kita kan? Malahan bisa jadi kita dibikin dongkol karena sahabat hanya memandang kita tanpa ekspresi atau malah mengatakan dengan mimic iba, "Maaf aku enggak punya solusi apa-apa untuk masalahmu." Aduuh, gondok kan? Kamu jadi ngerasa buang-buang waktu deh kalo gitu.
Coba deh kamu bertukar pikiran dengan ALLAH pasti Dia punya banyak solusi untukmu.Lagipula ALLAH akan mendengarkan semua masalahmu dengan penuh perhatian, biar pun komunikasi yang kamu lakukan hanya satu arah saat itu. Jelas, kamu tidak akan melihat mimic ALLAH saat kamu bercerita kan? Tapi bukankah kamu saat bermasalah butuh untuk didengarkan terlebih dulu?
Solusi yang ALLAH berikan memang tidak seketika, tapi ampuh banget lho! Kita perlu sabar untuk mendapatkan solusi paling sempurna dengan tidak bosan-bosannya berbicara padaNya. Katakanlah bahwa kamu benar-benar membutuhkan pertolongan dan nasihatNya. Bukankah pendengar yang baik adalah yang paling bijaksana karena mereka mendengar banyak hal. ALLAH tidak akan langsung menjawab pertanyaan-pertanyaanmu karena ALLAH butuh keseriusanmu untuk bersama-sama menyelesaikan masalah itu dengan terus menerus berdoa.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS Al-An'am : 116)

ALLAH membuat hati kita tenang

Sahabat sejati memancarkan ketenangan bagi kegalauan hati kita

Dimana kita cari ketenangan selain berada di dekat-Nya. Rasain deh bedanya ketika kamu mulai rajin mengunjungi rumah ALLAH, berdoa dan mengadu padaNya. Puiiih, segala gelisah dijamin terkikis habis.
Hati ini akan tenang ketika kita bersahabat dengan ALLAH. Kita mengenal, mengingat, dan bergaul denganNya.
Akankah ada ketenangan dalam jiwa jika kita masih mengotori hati dengan berbagai prasangka buruk, tindakan kotor, kebencian yang membabi buta. Tidak ada manusia yang bisa merasakan ketenangan hati dengan hanya menikmati kesenangan dalam hidup.
Bersihkanlah hati dari segala kotoran –sedikit atau banyak- sehingga tujuan hidup benar-benar murni karena ALLAH, bukan yang lain. Hal ini akan datang dari seseorang yang mencintai ALLAH dan menggantungkan seluruh harapannya di akhirat.
" Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dia-lah yang telah menurunkan kitab (Al-Quar'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui al-Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu." (QS Al-An'am : 114)

Insya Allah, naskah yang dibaca ini akan segera disempurnakan lagi.

(Yogyakarta, 23 Oktober 2005)

Tersenyumlah cantik!

BERSYUKUR itu patokannya

Titik kepuasan manusia itu tak pernah berbatas dan rasa syukur menjadi benteng agar kita tidak terjebak pada kerakusan.
Pernah merasa tak puas? Tak puas pada bentuk fisik, kondisi keluarga, uang, atau malah tak puas pada keseluruhan hidup yang kita miliki. Ketika rasa tak puas itu menyerang, apa yang kamu rasakan? Tersiksa kan? Ya, seringkali rasa tak puas pada diri lambat laun akan menggerogoti kebahagiaan bahkan lebih ekstrimnya akan membangkitkan berbagai penyakit hati seperti depresi atau stress.
Padahal manusia memang tidak akan merasa puas. Titik kepuasan manusia memang tak pernah berbatas. Ibaratnya ketika haus kita meminum air laut, bukannya dahaga tersembuhkan justru kita semakin haus.
Patokan hidup bahagia hanya satu yaitu SYUKUR. Bersyukur atas apa yang telah Allah berikan akan membuat hidup kita lebih barokah. Syukur di sini bukan berarti kita tidak melakukan berbagai tindakan untuk membuat hidup kita menjadi 'lebih' namun rasa syukur adalah untuk menghalangi diri kita menjadi orang yang tidak realistis dalam mencapai keinginan.
Allah sudah menciptakan dirimu dalam satu paket utuh kelebihan dan kekurangan. Jadi jika begitu adanya, untuk apa kita harus meniru-niru orang lain? Kenapa kita tidak menjadi dirimu yang unik itu?
Lihatlah dengan bijak siapa dirimu. Biarpun kulitmu hitam tapi ketika tersenyum kamu begitu manis. Biarpun kamu tidak pintar matematika tapi kamu pandai mengarang. Biarpun kamu tidak punya kendaraan pribadi tapi kamu masih diberi kaki. Biarpun kamu tidak jadi juara pertama tapi prestasimu terus menunjukkan perubahan lebih baik.
"(lagi) yang mensyukuri Nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus." (QS An-Nahl ; 112)
“Dan kami akan membalas orang-orang yang bersyukur.” QS Ali-Imran : 145)

BE YOUR SELF aja lage!

Ketika kita sudah mengenali diri kita maka apa yang kita lihat,dengar, cium, baui, dan rasakan hanyalah sebagai pelengkap diri bukan sebagai sesuatu yang dicemburui
Tidak semua orang mau menerima kekurangan dirinya. Lebih banyak yang menyesali kekurangan dengan menutupinya secara berlebihan. Upaya itu biasanya dengan berlindung di bawah bayangan orang yang diidolakan atau mungkin juga berusaha menduplikasi orang lain secara terang-terangan bahkan secara sadar kita mulai membandingkan diri dengan orang lain dan berakhir dengan perasan rendah diri. Berpaling adalah hal yang paling wajar kamu lakukan, karena kita merasa kurang cakap pada beberapa aspek kehidupan. Bagaimanapun kita mengagumi seseorang, tak akan dan tak dapat kita menjadi orang itu. Semakin kita mencoba menyamakan pola seseorang, semakin kacau dan bingung jadinya. Setidaknya, kita akan kehilangan kepercayaan diri karena cenderung merendahkan diri sendiri dan merugikan orang lain.
Salah satu cara yang paling ampuh untuk menghindari terlalu banyak ketidakcocokan dalam hidup adalah dengan mengenal diri kita sendiri apa adanya. Hal ini akan mendorong untuk melangkah sehingga kita tidak dapat memandang diri sendiri lebih rendah dari orang lain. Selain itu, kita harus mengatasi kecenderungan bergantung pada orang lain dengan memulai membuat daftar perubahan yang ingin kita raih dalam hidup dengan menyandarkan sepenuhnya pada bahu sendiri.
Bila kita jujur pada diri sendiri, kita bakal terkejut dengan betapa berartinya diri ini. Tentu saja kita tidak akan lagi larut dalam rasa iba diri, karena menyadari tanggungjawab ke arah kemajuan. Sejak itulah maka kita akan bangga menjadi diri kita sendiri. Pesona kita hanya akan terpancar ketika hati kita sudah bahagia dengan diri kita. Bukankah kita tak kalah menarik dengan orang lain?
Banyak sekali potensi diri yang bisa kita garap untuk semakin melengkapi kesempurnaan hidup kita. Kita harus menganggap bahwa diri kita menarik karena dengan modal itu orang lain akan menganggap kita menarik.
Berbanggalah dengan apa yang kita miliki. Kebanggan bisa dari apa saja : mungkin prestasi yang oke, banyak sahabat yang menyanyangi, keluarga yang harmonis, atau adik kecil yang manis. Apapun banggalah dengan diri kita dan always be your self! Tak perlu menjadi orang lain hanya untuk mencari simpati.
Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya
"Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi Bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS At-Tin ; 1 – 4)

Jangan IRI HATI dong!

Salah satu cara paling baik untuk mengungkapkan rasa iri bukan dengan menjatuhkan orang tersebut melainkan mengucapkan selamat dan meminta resep-resep langkah agar kita mampu meraih apa yang dia raih.
Iri merupakan salah satu 'penyakit' manusia. Kita sering merasa tidak puas melihat diri sendiri. Sering merasa diri lebih buruh, lebih bodoh, lebih menderita, dan lebih..dibandingkan orang lain.
Banyak sekali hal yang bisa membuat kita iri dan tanpa disadari rasa iri membuat kita selalu berpikiran negatif atas orang tersebut. Bahkan, kadangkala setelah iri kita akan menjadi mempertanyakan diri sendiri kenapa kita tidak dilahirkan seperti orang yang membuat kita iri. Pendapat terhadap diri sendiri yang rendahlah yang membuat kita merasa iri. Itu sebabnya kita harus membangkitkan pendapat rendah tersebut dengan mengubah cara berpikir negative menjadi cara berpikir positif.
Iri memang tidak selalu berefek negative. Rasa iri digolongkan sehat ketika hal itu dapat memotivasi diri untuk mencapai sesuatu yang membuat kita iri. Ketika merasa diri kalah dibandingkan orang lain, lantas berusaha meningkatkan diri agar tidak kalah atau paling tidak sejajar dengan orang lain atau kalau mungkin bisa lebih hebat. Namun iri menjadi tidak sehat ketika kita malah menjadi menghalalkan segala cara untuk meraih keinginan itu. Iri menjadi negative ketika kita bukannya terpacu untuk maju, melainkan terlibat persaingan yang tidak sehat. Misalnya dengan melakukan tindakan kriminal seperti merusak atau bahkan mencuri!
Berhati-hatilah konflik iri jika dibiarkan berkepanjangan akan membuat kesehatan mental kita terganggu. Gimana enggak keki ketika orang yang membuat kita iri seperti tidak merasa terganggu, sedang kita merasa terus tergerogoti oleh rasa iri. Bukankah itu bukan sesuatu yang menyenangkan? Lagipula rasa iri hanya akan menghabiskan energi dan capek sendiri.
Maka dari itulah kita harus pandai memanfaatkan rasa iri sebagai lecutan agar kita dapat meraih apa yang kita inginkan bukan berpikir menjatuhkan orang yang membuat kita iri. Buatlah target dan rencana jangka pendek maupun jangka panjang agar langkah kita semakin tertata untuk baik.
William James menyatakan, "Bandingkan pada apa yang sebenarnya kita maka kita hanya separuhnya. Kita masih memanfaatkan sebagian kecil dari kekuatan mental dan fisik kita. Individu manusia tinggal jauh di dalam batasannya, dia memiliki kekuatan yang berlainan dan acapkali gagal memanfaatkannya." So, ngapain juga kita ngiri sama orang lain?
"Jauhilah rasa dengki, sebab ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
(HR. Abu Daud)

Kenapa sih harus BENCI?

Hanya keikhlasan yang akhirnya akan menggantikan kebencian di dalam diri. Sebab keikhlasan adalah berarti menerima kenyataan paling pahit yang diberikan orang lain pada kita dan dengan keihklasanlah kita memahami cobaan sebagai salah satu wujud cinta Allah
Jika kita berbeda, tak apa asal jangan saling membenci. Begitu bunyi salah satu bait manis dari puisi karangan Neno Warisman.
Tapi memang, kemarahan dan kebencian merupakan sesuatu yang menyeramkan karena hasil darinya adalah ketakutan, konflik, dan kehidupan tak tenang. Kemudian akan berujung pada keinginan-keinginan negatif dengan tujuan menghancurkan orang yang kita benci.
Rasa benci memerlukan penyembuhan. Benci penuh dengan hawa menyakitkan, oleh karena itu sangat berbahaya jika dibiarkan. Tak ada kebaikan yang diturunkan kebencian pada seseorang dan biasanya kebencian lebih menyakitkan orang yang membenci daripada orang yang dibenci. Kebencian memperburuk keadaan.
Kebencian merusak. Orang hanya akan mendapatkan kebahagiaan saat dia berhasil melepaskan emosi negative dan menemukan kebahagiaan ada di sana sepanjang masa.
Kebencian mengikis keinginan kita untuk mengharapkan hal yang baik bagi orang lain, kebencian menghilangkan dorongan cinta untuk mengharapkan keberhasilan orang yang kita benci bahkan benci secara agresif mendorong untuk menghancurkan orang tersebut.
Itulah sebab kita harus menghilangkan rasa benci yang merongrong diri, menggantinya dengan keikhlasan kepada Allah. Sebab dengan keikhlasanlah kita akan merasakan kedamaian yang abadi pada diri.
“Barangsiapa pernah mendzalimi saudaranya dalam hal harta dan kehormatan hendaklah meminta keridhoannya. Sebelum dinar dan dirham tidak lagi bermanfaat selain kebaikan dan keburukan.” (HR. Bukhari)

Ayo BELAJAR mengenai apa saja!

Proses penyempurnaan diri itu harus dilakukan secara terus menerus dengan kegiatan belajar. Tidak ada yang namanya berhenti belajar karena melalui tindakan mengingat, mendengar informasi, mencium keadaan, membaui perasaan, mengingat kejadian-kejadian dan melalui pengalaman setiap hari akan membangun dan terus membangun proses penyempurnaan diri
Satu satu ayo kita belajar
Dua dua ayo kita belajar
Tiga tiga ayo kita belajar
Satu dua tiga kita belajar apa saja
Sadar akan segala keterbatasan sebagai manusia, sudah selayaknya kita mencekoki diri ini dengan kegiatan belajar. Sebab belajar merupakan salah satu sarana untuk menyempurnakan setiap langkah kita.
Belajar yang dimaksudkan bukan melulu duduk manis di depan guru. Tapi seluruh kegiatan dijadikan sarana belajar. Banyak hal yang bisa kita jadikan ajang pembelajaran, begitu banyak ilmu dan pengetahuan yang Allah berikan pada kita untuk dipelajari dan dikhayati.
Belajar sabar menghadapi persoalan, belajar untuk tidak menghakimi kesalahan, belajar pada setiap kegagalan, belajar pada kesuksesan orang lain, belajar tersenyum pada rasa sakit, belajar berkompromi pada kebencian, dan belajarlah pada semua yang tidak mengenakkan sehingga berbuah sesuatu yang menyenangkan.
Luasnya ilmu Allah tidak terhingga
"Katakanlah, "kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS Maryah ; 109)

GAGAl Siapa Takut?

Manusia yang paling gagal adalah ketika mereka tidak mau berdiri kembali setelah terjatuh
Seringkali kita mengutuk kegagalan lantas berhenti melangkah mencapai tujuan awal. Eit, hati-hati untuk memutuskan berhenti karena gagalmu sebenarnya adalah broker kesuksesanmu.
Hal pertama yang harus kita lakukan ketika kita gagal adalah kita tidak membiarkan penyesalan menjadi racun, biarkan hatimu berpikir sejernih mungkin untuk menganalisa kenapa kegagalan itu terjadi.
Sesungguhnya Allah tidak hanya menguji manusia dengan kegagalan. Bahkan kesuksesanpun adalah ujian. Itu sebab jika keduanya adalah ujian maka kita harus dapat menyerap energi-energi positif yang ditawarkan kedua hal tersebut.
Tidak perlu khawatir dengan kalah-menang, suka-duka, senyum-tangis, dan sukses-gagal karena dari sana kita dapat belajar banyak dalam menyempurnakan langkah. Kita tetap harus maju ketika gagal menerpa. Jadi, gagal siapa takut?
"Sesungguhnya beserta (sehabis) kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (urusan dunia) maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah kepada Tuhanmu berharaplah" (QS Al-Insyiroh ; 6 – 8)

TERSENYUMLAH cantik!

Kecantikan yang paling abadi bukanlah kecantikan fisik yang kita bawa sejak lahir, bukan pula berasal dari make up yang membingkai wajah kita, namun senyuman yang membias dari bibir kita
Murah senyum dan selalu ceria setiap saat akan 'menularkan' rasa bahagia kepada orang-orang di sekita kita. Selain itu ternyata tersenyum menjadi obat mujarab meredakan emosi dan membuat kita selalu berpikiran positif. Jadi biarpun kita lagi marah, kita nggak perlu menampakkan wajah kusut dan berlipat-lipat.
Senyuman dari sahabat membuat kelelahan kita memudar, merasa diakui keberadaan, membuat kita berharga, menghilangkan beban seketika. Senyuman membuat dunia ini menjadi indah dan membuat kita menjadi cantik.
Sebuah pribahasa terkenal yang berbunyi, "Tertawalah maka dunia akan ikut tertawa bersamamu. Menangislah maka hanya kau sendirilah yang menangis."
Senyuman memang merupakan ungkapan alamiah dan tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang biasa tersenyum. Namun, jika kita memutuskan secara sadar untuk tersenyum, apabila tepat, kita sebenarnya akan menyadari bahwa senyuman dapat pula dikontrol secara tak sadar. Oleh karena itulah, niatkanlah untuk tersenyum, maka kita akan menyadari keadaan perasaan atau suasana hati kita cenderung mengikuti dan berusaha sejalan dengan niat kita. Mood akan menjadi baik.
Tersenyumlah walau hati kita terluka karena tersenyum dapat mempertahankan sikap luar optimistic, membantu untuk tetap tabah dan menyelami apa yang tersirat.
Senyum kita akan membuat orang lain bahagia. Pada gilirannya senyum kita akan membuat kita sendiri bahagia. Nah, tersenyumlah cantik!
"Senyumanmu di saat bertemu kawanmu, terhitung sedekah." (Rosul)

TERBAIK atau LEBIH BAIK sih?

Kita tidak perlu terbebani untuk menjadi yang terbaik
tapi aturlah siasat untuk selalu menjadi lebih baik setiap detiknya
Ada perbedaan antara keinginan menjadi yang terbaik dengan menjadi lebih baik. Keinginan menjadi terbaik terkadang menyisakan kekecewaan ketika akhirnya kita tidak dapat menjadi apa yang kita inginkan, tapi menjadi lebih baik menyisakan makna dalam proses penyempurnaan langkah yang dilakukan setiap waktu.
Salah satu yang membedakan antara keduanya adalah penerimaan kritik yang diberikan. Terkadang keinginan menjadi yang terbaik mengabaikan kritik konstruktif yang diberikan orang lain, sedangkan keinginan menjadi lebih baik selalu welcome dengan berbagai kritik yang hadir.
Saat ini, belajar seumur hidup merupakan keharusan, dan kritik dapat menjadi senjata ampuh untuk kita tumbuh dan berkembang. Kita harus bisa belajar menerima dan menyambut kritik sebagai sarana untuk menjadi lebih baik.
Semakin kita menerima kritik, semakin mudah kita memanfaatkannya untuk membangun keunggulan kita.
"Wahai Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik, dan berkahilah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong." (QS Al-Isro ; 80)
“Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku, dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku.” (HR. Nasai)

Insya Allah, ini merupakan beberapa point dari naskah saya yang akan segera terbit.

(Yogyakarta, 23 Oktober 2005)

Profesional dan atau santri

Percakapan saya dengan Direktur MQS Publishing, Bapak Bambang Trim, hari Sabtu tanggal 15 Oktober kemarin menyisakan banyak manfaat.
Bagaimana tidak? Setelah bisa berkenalan dan ngobrol langsung dengan penulis lebih dari 80 buku ini dan menggali sebanyak mungkin informasi kepenulisan. Pak Bambang cukup terbuka untuk membagi pengalaman mengenai apa saja bahkan mengenai makna hidup yang di dapatnya setelah mulai bergelut dengan buku-buku bertema Motivasi Islami. Kepuasan batin menjadi professional sekaligus santri!
Menjadi professional karena sebagai seorang Direktur dia memiliki tanggungjawab penuh untuk membesarkan perusahaan yang dipegangnya dan menjadi santri karena sebagai manusia dia lantas tidak perlu melupakan aturan dan kode etik agamanya hanya demi sebuah pencapaian. Antara keprofesionalan dan kesantrian diatur sedemikian rupa untuk kelanggengan makna hidup yang lebih barokah.
Menurut sahabat saya, Professional tumbuh dari persaingan hidup dan mati dalam suatu perusahaan. Persaingan itulah yang jika tidak ditopang dengan nilai-nilai agama maka akan menjadi sesuatu yang membutakan. orang seringkali dibutakan oleh keinginan sebab itu menjadi hal yang wajar jika banyak yang melalui hal-hal yang tidak wajar demi sebuah persaingan.
Berbeda dengan professional, seorang santri biasanya justru memiliki sikap yang begitu sederhana. Keinginan-keinginan yang bahkan terlalu wajar, tidak ada ambisi yang meledak-ledak, nyaris lurus dengan apa yang alam berikan, tidak ngoyo, dan bahkan tidak butuh persaingan.
Bagaimana jika keduanya disatukan? Jelas berbeda dan sangat sulit sekali. Tapi kita bisa, jika kita mau! Ada batasan yang jelas antara keduanya dan perpaduan itulah yang membuat pekerjaan –apa pun- menjadi lebih bermakna. Semoga akhirnya saya bisa menyadari bahwa memang sekali lagi bahwa hidup bukan hanya sekedar ITU! Menjadi professional dan atau santri, siapa takut?

(Yogyakarta, 19 Oktober 2005)

Ketenangan

Sahabat saya, setelah menyelesaikan pendidikan di universitas bergengsi di luar negeri, punya pengalaman luar biasa di perusahaan-perusahaan asing, dan kini duduk pada jabatan tinggi di sebuah perusahaan besar, bergaji luar biasa, bahkan sudah ditawari menduduki jabatan puncak di perusahaan hebat, siang kemarin menelpon saya.
Apa yang beliau tuturkan cukup mengejutkan bahwa dalam waktu singkat dia akan segera keluar dari pekerjaan, kembali ke kampung halaman, menjadi petani dan penulis (saat ini dia menulis buku).
Tentu saja saya kaget bukan main dengan keinginannya itu. Bagaimana mungkin seorang 'dia' memiliki keinginan yang begitu sederhana. Saya sempat mempertanyakan keinginannya itu.
Alasan yang dikemukakan cukup membuat saya terhenyak, "Saya jenuh dengan situasi keduniaan, saya membutuhkan ketenangan hati selain mengejar materi. Dunia ini adalah proses yang takkan pernah berakhir. Ambisi bercampur dengan persaingan tak sehat terjadi di mana-mana. Petani dan penulis merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Dengan profesi itu saya akan lebih banyak memaknai hidup dengan ibadah."
Kembali ke alam! Barangkali itu yang bisa saya tarik dalam ucapannya. Setelah menghabiskan banyak waktu untuk belajar mengenai apa saja termasuk pola hidup yang pernah dia jalankan akhirnya dia menemukan apa yang selama ini dicari
–ketenangan-
Apakah ketenangan hati dapat kita dapatkan ketika kita sudah menjadi orang kaya, serba kaya? Kaya pendidikan, kaya jabatan, kaya kekuasaan atau kaya materi? Ternyata jawabannya belum tentu! Tidaklah munafik saya sendiri memiliki keinginan secara duniawi yang ideal. Menjadi orang serba kaya! Tapi belajar dari banyak hal, termasuk pada sahabat ini saya mulai berpikir lagi, setelah saya menjadi orang serba kaya, saya mau apa?tidak ada lagi hal yang perlu dikejar, yang ada hanya keinginan untuk menjaga kekayaan supaya tidak jatuh ke tangan orang lain. Maka terjadilah persaingan baru yang lebih berat! Puiiih, jelas hidup akan sangat melelahkan karena setiap waktu kita berpikir dan terus berpikir bahkan lupa kalau Tuhan membutuhkan perhatian kita!
Hebat! Hebat sekali sahabat saya karena bisa memutuskan lingkaran serba kaya yang mengurungnya. Melepaskan ambisi duniawi untuk niat baru yang lebih mulia –ibadah-. Saya pernah baca tulisan Gede Prama mengenai dirinya yang melepaskan posisi puncak di sebuah perusahaan untuk meresapi apa yang sebenarnya dia harus kerjakan di dunia ini dan luar biasa, sekarang dia jauh lebih terkenal sebagai orang pemberi motivasi dan ketenangan.
Saya berterima kasih pada kedua orang hebat tersebut sebab saya mulai menyadari bahwa saya tak harus selalu berdebat dengan orang-orang pintar bagaimana untuk meraih kesuksesan di laboratorium super besar ini (dunia-red), tapi saya juga harus berdebat dengan orang-orang yang 'kaya batin' untuk mencapai ketenangan di dunia dan akherat.
Bekerja bukan untuk mendapatkan ketidaktenangan sebab bekerja adalah ibadah. Satu saat, ya satu saat nanti, saya akan menjadi pengikut dua orang hebat itu. Mengesampingkan ambisi demi sesuatu yang lebih berarti. Menjadi penulis memang pilihan yang menarik untuk ditekuni. Ya..ya..ya…satu saat ketika saya sudah menyadari bahwa hidup bukan hanya sekedar ITU! Hidup adalah kebebasan untuk mencari ketenangan.

"Freedom!! The most inspiring word of all, the thing worth fighting for till the end"

(Yogyakarta, 19 Oktober 2005)

Biar cape..tetep gaya

puuih....capek Bhow...tapi eiiit..urusan difoto kudu tetep ceria dan gaya dong ya?..hehehe

damai..damai...uiy!


foto ini sebagai ucapan terima kasih sama warnet yang seringkali daku kunjungi di Yogyakarta...hehehe...
damai euy!

diambil tanggal, 15 Oktober 2005

Cafe Djendelo - Yogyakarta


Acara di Cafe Djendelo - Jogjakarta
Ngobrol bareng penulis Grasindo
Tentang Nulis dan Nulis..
Endah SR - penulis novel Puzel dan penyiar Eltira - Jogyakarta
Anjar - Penulis Novel Beraja, Kidung, dan TIGA!
Indari Mastuti - Penulis Novel Gendut Siapa Takut? dan Makanya Jangan Sok seksi

Sulit Memulai

“Hal yang paling sulit saya lakukan adalah memulai.” Ujar sahabat yang siang ini berkunjung ke tempat saya dan kemudian dia mulai bercerita mengenai dirinya.
SULIT MEMULAI! Saya pahami memulai merupakan hal yang sulit dilakukan oleh banyak orang. Memulai berarti melakukan terobosan baru dalam hidup yang menghasilkan dua kemungkinan –baik atau buruk-
Tapi jika Anda tak berani memulai dari sekarang, mana pernah Anda tahu bahwa hal di depan sana ternyata akan menghasilkan perubahan yang jauh lebih baik?Rugi kan!? Mungkin yang akhirnya yang terjadi Anda menjadi orang statis alias jalan di tempat padahal orang lain sudah mencapai sukses tertentu karena keberaniannya untuk memulai.
Saya pikir kegagalan adalah hal yang wajar. Ketika Anda memulai sesuatu kemudian setelah dijalani perubahan malah memburuk, maka anggaplah hal itu memang bagian pengalaman berharga dan sebagai acuan ketika Anda memulai sesuatu yang baru. Semakin banyak memulai dan belajar maka semakin berpengalamanlah Anda.
Kecewa saat gagal? Saya mengalaminya! Tapi saya tak bisa menjadikan kegagalan satu hal menjadi patokan untuk yang lain. Itu sebabnya saya selalu tertantang untuk memulai. Persoalan hasilnya buruk atau baik lihat saja nanti! Jangan terbebani dulu dengan hasil tapi keberanian untuk memulai tetap menjadi sebuah awal bagus bagi nyali Anda! Ayo lakukan apa yang ingin Anda lakukan!Sekarang!

(Yogyakarta, 12 Oktober 2005)

Ngobrol bareng

Ada acara asyik setelah bulan puasa nih. Hubungannya dengang tulis menulis.

Judulnya : “NGOBROL BARENG TENTANG NULIS dan NULIS…”
Acaranya Sabtu 15 Oktober 2005
Pkl 19.00 - 21.00 WIB
Tempat di Kafe Djendelo
Jl. Gejayan (di atas Toko Buku Toga Mas)

Yang jadi "tukang ngecapnya"
- Anjar : penulis beraja, Kidung dan TIGA!
- Indari Mastuti : penulis Gendut Siapa Takut dan Makanya Jangan Sok Seksi
- Endah SR : penulis Pazel

So... silahkan datang beramai2 selepas buka puasa

Be there....

Satu lagi penulis dilahirkan

Selepas shalat Dzuhur Handphone berbunyi nyaring…ring..ring..ring…
“Hai…” begitu tegur suara seorang pria di seberang
Nah lho…Hahhh..ternyata dalam sekejap saya langsung hafal suaranya. Yup, salah seorang sahabat diskusi saya. Sama-sama hobi baca dan suka banget ngomongin buku.
Sejak pertama kenal dengannya, satu hal yang membuat kami akrab adalah hobi kami diskusi tentang buku. Keinginan untuk menulis buat sahabat saya memang cukup tinggi dan menurut saya dia memang berpotensi untuk bisa menulis buku yang bagus.
Well, akhirnya hari ini saya mendapat kabar baik juga darinya. Hari ini telah lahir lagi satu penulis di Indonesia. Diam-diam bukunya sudah dicetak dan sudah beredar minggu depan di seluruh toko buku. Andrea, selamat datang di dunia penuh petualangan bathin!

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

Proses Hidup!

“Satu-satunya cara untuk menghindari kritik adalah dengan tidak melakukan apa—apa, tidak bicara apa-apa, tidak menjadi apa-apa.” (Elbert Hubbard)

Jangan pedulikan apakah Anda menang atau kalah dalam sebuah persaingan. Pedulilah pada prosesnya!
Hal ini mulai saya pahami sedikit demi sedikit. Bahwa pertarungan dalam kehidupan itu akhirnya akan memutuskan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Walau, keinginan tetap pada prinsip menang-menang. Tapi, alangkah idealnya hal itu diterapkan dalam dunia ini. Karena tidak banyak orang yang bisa menerima kemajuan seseorang dengan baik, yang paling banyak adalah bagaimana bisa mengalahkan orang lain supaya menjadi nomor satu. Tetap nomor satu! Bagaimana pun caranya!
Namun percaya pada proses berarti bahwa kita percaya dengan kemampuan terbaik yang kita lakukan. Do better! Melakukan segalanya lebih baik dan lebih baik. Walau bukan menjadi yang terbaik tapi jika kita sudah melakukan lebih baik maka kita sudah melakukan proses secara benar.
Pahami prosesnya, pelajari letak kelebihan kekurangannya, lakukan evaluasi berkala, lantas siapkan diri untuk menerima hasil akhir proses itu. Anda takkan pernah menyesal melalui proses manis pahit Anda karena Anda sudah belajar banyak dari proses itu. Bukankah semua perusahaan besar, tumbuh melalui proses juga? Bukankah semua manusia, menjadi bijak karena proses hidupnya? Bukankah semua keberhasilan, melalui proses kegagalan? Bukankah pernikahan, melalui proses pendekatan? Nah, Selamat berproses!

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

Pasangan yang sempurna

Seorang sahabat pria saya menolak punya pasangan yang 'perfect' bahkan salah satu majalah ibukota melansir hasil penelitiannya menyatakan bahwa memiliki pasangan yang sempurna itu tidak menarik.
Malam tadi, sahabat saya memberikan argumen bahwa pasangan yang sempurna membuat dirinya tidak tertantang, pasangan yang sempurna dalam banyak hal tidak memberi warna dalam hubungan, bahkan mungkin dirinya tidak akan berperan di sana. Bukankah segala sesuatu sudah dengan sempurna dilakukan sang pasangan?
Lagi..lagi pengalaman seorang perempuan yang berpasangan dengan pria sempurna merasa bahwa sejak hubungan dengan si pria berjalan, dirinya seolah-olah tertuntut untuk selalu melengkapi kesempurnaan pasangan sehingga dirinya tak bisa menjadi diri sendiri lagi. "Malu rasanya kalau orang menganggap kekasih seorang yang sempurna adalah orang yang tidak sempurna."
Well, saya sendiri pernah ciut ketika salah seorang pria sempurna dalam segala hal melakukan PDKT. Fisik dan penampilan, oke banget!Karier, sangat oke! Keluarga, sip! Agamanya, keliatannya oke! Walau memang tidak ada orang yang sempurna dalam hidup ini, tapi selama mengenalnya saya belum menemukan ketidaksempurnaannya. Wah, bukannya senang saya malah merasa kesempurnaan itu membuat saya merasa aneh. Jangan-jangan nanti ketidaksempurnaan saya malah jadi ajang bulan-bulanan (uups, berprasangka buruk nih!). Tidak ada debat terbuka karena masalahnya selalu dari saya. Minder? Hahaha…bingung!Tapi satu lagi yang paling saya ingat, ketika saya berjalan dengannya, saya harus menahan diri karena banyak pasang mata perempuan tertuju padanya. Wah, bisa jantungan punya kekasih sesempurna dia. (Untuk pria sempurna yang pernah membuat saya merasa tersanjung)

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

Sahabat

Punya sahabat tempat curhat? Pasti punya dong! Hari gini gak punya sahabat?kasian deh lo! Hehehe…
Pernah ngerasain dong efek melegakan setelah curhat dengan sahabat Anda? Puiiiih, ruaaar biasaa!
Mungkin orang yang akhirnya tahu bahwa kita juga bisa menangis, bisa lemah, bisa gelisah, bisa salah, adalah sahabat kita. Dari dia kita bisa dapat dorongan dan motivasi ketika kita terjatuh, tangannya terulur untuk membantu kita bangun. Ketika orang menganggap kita tak ada cela, sahabat kita tertawa di belakang karena beberapa waktu sebelumnya kita mengaku padanya telah melakukan kesalahan. Ketika orang menyangka kita kuat, sahabat tersenyum karena semalaman kita menangis di pelukannya. Ketika orang lain menyangka kita hebat, sahabat terpingkal karena kita pernah membuat hal-hal tolol di depannya. Yang paling penting ketika akhirnya semua orang meninggalkan kita, sahabat masih terbuka menyongsong kita untuk tetap berjalan di sampingnya.
Ya bersamanya kita merasa tak perlu lagi berbohong mengenai siapa diri kita sebenarnya. Dia memaklumi kekurangan di samping kelebihan. Dia tidak merasa aneh jika tiba-tiba kita meminjam dadanya untuk menangis, kepalanya untuk bertukar pikiran, perasaannya untuk mengadu hal-hal sedih. Aaaah, alangkah enaknya punya sahabat, karena sehebat apapun orang, pasti punya sisi lemah yang akan lebih menyenangkan jika dibagi dengan seorang sahabat. Kita memang tak bisa hidup sendirian! (Saya persembahkan untuk sahabat yang mengetahui sisi lemah dan kuat saya!)

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

Keinginan Ideal Kita!

"Untuk maju selangkah dibutuhkan keberanian, dua langkah diperlukan kekuatan, tiga langkah keuletan" (anonim)

Perbincangan panjang malam tadi dengan salah seorang kawan berdebat menghasilkan kesimpulan akhir, -keinginan ideal-. Anda punya keinginan yang ideal? Saya, Anda, kita semua punya keinginan ideal dalam hidup ini. Biasanya keinginan itu menjadi sasaran tujuan untuk bisa dilakukan dan diraih. Namun, jangan lupa mencapai sasaran ideal itu tidak mudah. Kembali kita perlu waktu untuk menggapainya. Well, yang terpenting adalah keinginan itu sudah terbentuk di kepala Anda dengan utuh. Apakah persoalannya Anda bisa mencapainya atau tidak. Kita hanya mempersiapkan hati kita untuk segala hasil –berhasil atau gagal-, -senang atau kecewa-.
Saya mengutip tips Sahrul Gunawan dalam salah satu acara di televisi bahwa mencari pasangan itu perlu 3 B yaitu Berdoa, Berusaha, dan Bercermin. Dalam realita keinginan ideal, 3 B itu bisa kita pakai juga lho. Berdoa = tentu saja kita harus selalu berdoa untuk apa pun, Berusaha = doa tanpa usaha kan sia-sia, dan Bercermin = Akhirnya keinginan ideal kita harus disesuaikan dengan diri kita sendiri. Nah, itu barangkali sepintas tentang keinginan ideal. Jadi, keinginan ideal itu adalah harapan terbaik seseorang atas sesuatu jikalau orang melihat bahwa keinginan itu tak sesuai dengan diri sesungguhnya. Mohon maaf saja, karena setiap orang bebas menggantungkan cita-cita setinggi langit! (Untuk kawan berdebat yang tenyata lebih bawel dibandingkan saya!;>)

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

Tak setuju dengan tulisan saya? Boleh saja!

Saya menulis karena saya ingin menulis. Saya tak perlu menunggu untuk memiliki keberanian menulis. Menulis, mulailah dari sekarang! Menulislah selagi Anda ingin menulis! Begitu saran saya pada sahabat yang ingin memulai karier menulis. Jangan menunggu bisa menulis hal-hal yang ideal. Tulislah hal-hal yang kecil, yang baru Anda tahu, yang Anda dengar, yang Anda lihat, yang Anda alami, yang Anda ingin tulis. Tulis saja!jangan takut salah! Kita menulis memang bukan untuk mendapatkan pujian atau hinaan tapi untuk memuaskan hati atas apa yang ingin kita ungkapkan.
Namun menulis memang salah satu pekerjaan yang bakal menuai banyak pujian dan juga kecaman. Tapi pahami juga, kita hidup dengan banyak manusia, banyak pemikiran, banyak pendapat, dan banyak perbedaan. Jadi kalau ingin menulis, menulislah! Abaikan rasa Anda takut salah! Menulislah dengan apa yang Anda yakini itu benar! Karena kebenaran setiap orang juga berbeda. Oke, selamat menulis dan jika Anda tak setuju dengan tulisan saya, boleh saja kok!

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Menurunkan Standar Hidup

Biasanya yang paling sering saya dengar dari kawan-kawan sejawat adalah menaikkan standar hidup. Tapi, teman saya malah menyarankan untuk menurunkan standar hidup. Nah lho? Artinya apa? Apakah ini berarti kita harus bergerak mundur dari apa yang sudah kita raih?
Standar hidup di sini adalah patokan ideal yang kita inginkan. Menurunkan standar hidup katanya berarti menurunkan tingkatan stress yang melanda. Mungkin saya juga baru tahu ketika seorang sahabat mengatakan 'keinginan adalah sumber penyiksaan'. Apa iya?
Setelah dirunut-runut dari berbagai pengalaman di sekitar lingkungan. Banyak keinginan yang tidak tercapai menghasilkan begitu banyak kekecewaan. Jadi apakah sebaiknya kita menekan sebagian besar keinginan untuk menghindari sebagian besar kekecewaan? Uuups, rada-rada kurang setuju sebenarnya dengan pemahaman itu. Karena keinginan yang gagal bukan cuman milik saya, Anda, atau kita semua. Kegagalan adalah bagian dari proses hidup bukan?
Mungkin saja, menurunkan standar hidup itu berarti patokan idealnya diturunkan menjadi lebih realistis dengan mengukur kemampuan kita untuk pencapaiannya. Mungkin saja…
Tapi, berbicara masalah keinginan, pasti deh nggak jauh-jauh sama gemerlapnya duniawi seperti harta, tahta, dan kuasa. Itu barangkali yang memicu penyiksaan karena ketika ketiganya tidak didapat diraih kita merasa tak berharga. Apakah keinginan untuk meraih bahagia di akherat kelak sudah menjadi tujuan hidup kita juga? Jujur sejujur-jujurnya ternyata keinginan duniawi mungkin memang hanya akan menimbulkan ketidakpuasan di sana sini sehingga target tentu saja selalu bertambah dan terus bertambah. Jika statis kecewa, apalagi jika mundur. Jadi tak ada yang dinamakan menurunkan standar hidup. Tapi, ketika keinginan duniawi itu dibarengi dengan keinginan yang bersifat rohani semakin banyak direguk semakin nikmat hati kita, dan semakin meluapnya asupan rohani dalam aliran darah kita, sepertinya standar hidup itu bukan menurun atau naik namun selalu menjadi tempat kita mengucap banyak syukur. Barangkali…ini menurut orang awam seperti saya.

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Gede Prama dan Hermawan Kartajaya

Selain bacaan Gede Prama yang selalu saja memotivasi saya untuk melakukan 'sesuatu', kini saya memang menjadi satu dari sekian banyak pembaca buku Hermawan Kartajaya. Terlepas dari apakah bacaan itu mempengaruhi style saya atau tidak tapi saya patut berterima kasih karena merekalah pemahaman atas 'sesuatu' bertambah secara pelan tapi pasti.
Lewat buku-buku mereka saya mengenal kehebatan mereka berperang di dunia nyata (bisnis). Ini dunia nyata = the real world, seperti yang saya lakoni saat ini. Lewat tulisan mereka saja saya boleh berdecakan kagum, kalau tak boleh dikatakan ngiler atas pengalaman-pengalaman huebatnya. Well, inilah yang seringkali saya sebut cemburu. Cemburu pada keberhasilan orang lain, dan kecemburuan saya kompensasikan dengan membaca tulisan mereka karena dari sana saya banyak belajar bagaimana berperang dengan baik di dunia nyata.
Informasi yang diberikan, baik secara benar atau tidak dipahami oleh saya mau tak mau telah memberikan kontribusi besar pada cara saya berpikir, dan jangan salah terkadang ide-ide tulisan saya terinspirasi oleh semangat yang ditularkan dalam karya-karya mereka yang saya baca. Jika ada kesempatan baik, dua orang itulah yang saat ini ingin saya temui di dunia nyata…:)

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Lihat, langit masih cerah!

Pasti dong Anda tahu langit? Langit kalau malam gemerlap bintang dan terpancar eloknya sinar bulan. Kalau siang? Ada beberapa kemungkinan mendung karena mau hujan, hujan beneran, terang benderang sampai mata kita tak mampu memandang ke arahnya, tapi yang jelas kalau siang ya terang. Minimal tanpa lampu kita masih tetap bisa berinteraksi dengan benda-benda di sekitar kita, dan yang paling saya sukai adalah ketika langit cerah. Kenapa? Itu berarti di samping berbagai kondisi alam yang tidak mengenakkan, langit masih menyimpan potensi untuk tampil indah. Cerah sama dengan indah. Biarkan saja hujan badai menerpa, berdoa saja langit kembali cerah. Langit masih cerah, jangan khawatir!
Ya begitulah kehidupan kita. Di samping berbagai bentuk ketidakenakan, kita masih punya potensi untuk bermasa depan cerah. Lihat, langit masih cerah! Dan hei lihat, masa depan Anda juga secerah langit!

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Kejujuran itu menyenangkan sekaligus menyakitkan

Mau tahu ciri-ciri orang jujur? Banyak yang mengatakan bahwa orang jujur itu paling susah jadi orang kaya. Bener nggak sih? Tapi lupakanlah saya tidak mau bahas tentang kaya atau miskin akibat dari jujur atau suap. Saya hanya ingin membahas bahwa kejujuran itu menyenangkan sekaligus menyakitkan.
Topiknya adalah berkata jujur.
Jujur…!Pernah coba untuk berkata jujur mengenai suatu hal yang serius pada orang lain? Misalnya Anda jatuh cinta sama seorang sahabat? Sahabat getu lho! Ada dua kemungkinan yang terjadi. Menyenangkan jika Anda diterima menjadi pacarnya. Menyakitkan ketika Anda ditolak. Tapi positifnya adalah leganya hati karena sudah berusaha jujur dengan perasaan Anda. Negatifnya adalah mungkin saja Anda akan kehilangan sahabat karena rasa 'suka' sudah menjadi racun bagi persahabatan Anda. Well, itulah jujur, bisa menyenangkan sekaligus menyakitkan. Tapi ini, baru kasus kecil sajah aaah! Banyak kasus yang bisa membawa kejujuran menjadi begitu menyakitkan. Tapi, apapun hasil akhir dari sebuah kejujuran saya harap minimal Anda tetap bisa jujur pada diri Anda sendiri, maksimalnya Anda bisa berkata jujur pada orang lain.Lalu, apakah Anda punya kasus yang tentang kejujuran Anda yang hasilnya menyakitkan???Nah, semoga apapun itu kita semua bisa mengatakan dengan jujur siapa diri kita sebenarnya…semoga……

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Pertama, belajar. Kedua, belajar. Ketiga, belajar

Satu satu aku ingin belajar
Dua dua aku ingin belajar
Tiga tiga aku ingin belajar
Satu dua tiga aku ingin jadi pintar
Begitulah kira-kira sebuah nyanyian semasa kecil yang saya daur ulang sebagai nyanyian di masa besar…hehehe…
Seorang sahabat yang menjadi pengkritisi tulisan saya di web ini mengawali suratnya dengan mengemukakan komentarnya mengenai semangat saya untuk terus belajar. Bahkan dengan kepahaman dan pengalaman yang luar biasa dalam dunia bisnis, tak tanggung-tanggung saya juga jadi belajar darinya. Ya-ya-ya belajar memang bisa dimana saja dan dari siapa saja.
Berbeda dengan saya yang mungkin masih bisa disamakan dengan bayi berusia bulanan, sahabat saya ini sudah menjelma menjadi orang dewasa yang kaya akan asam, manis, pahit kehidupan bisnis. Jadi, dengan mudahnya sahabat bisa memberi arahan yang kira-kira sesuai bagi bayi seperti saya. Jadi, jika sahabat membaca tulisan ini, tidak tanggung-tanggung ini memang saya persembahkan untuk menghargainya terlepas apapun yang beliau inginkan selama berinteraksi dengan bayi seperti saya.
Saya tidak ingin rendah diri atau pun takabur ketika berhadapan dengan siapa pun. Bagi saya hidup ini tetap merupakan proses. Semakin panjang proses yang dialami, semakin tahulah kita tentang hidup. Itu pun jika kita banyak-banyak belajar dari rangkaian cerita suka duka yang datang silih berganti.
Demikian juga dengan bisnis. Semakin banyak kita mengalami kemenangan dan kegagalan semakin banyak cakrawala terbentuk di kepala. Entah apakah cakrawala itu di dapatkan otodidak atau akhirnya harus berguru pada orang-orang yang telah sukses terlebih dahulu.
Proses, itu yang paling saya anggap penting. Saya tidak ingin berkhayal bahwa sesuatu akan saya dapatkan dengan sekali suit, saya butuh banyak waktu untuk belajar dalam dunia nyata ini. Dunia yang menjanjikan begitu banyak surga sekaligus neraka tetap secara realistis harus saya jalani dengan penuh lapang dada dan besar hati.
Beruntung juga, banyak sahabat yang bisa saya ajak bertukar pikiran sehingga saya nyaris tak pernah merasa sendirian dalam mengarungi lautan dengan perahu alakadarnya. Lho, perahu ini tetaplah sebuah perahu yang membantu saya agar tak tenggelam, kalau tak naas di makan ikan hiu..hehehe…Sahabat-sahabat yang telah lama bergelut di bisnis saya ibaratkan kapal besar yang siap sedia memberikan alternatif sekoci jika saya mulai terengah-engah mengendarai perahu. Tapi eit, sekoci itu bukan untuk memindahkan saya dari perahu, tapi mereka memberikan minum dan makan bahkan buah-buahan untuk meredakan lelah saya sampai akhirnya saya mencapai pantai dengan selamat. Bukankah di kapal besar sudah tersedia minum, makan, dan buah-buahan? Dalam arti kata pengalaman mereka sudah lebih menakjubkan untuk dipelajari.
Yup, secara sadar saya adalah perahu yang harus banyak belajar pada kapal besar. Karena itulah, sangat cocok kira-kira nyanyian saya ini.
Satu satu aku ingin belajar
Dua dua aku ingin belajar
Tiga tiga aku ingin belajar
Satu dua tiga aku ingin jadi pintar

(Yogyakarta, 10 oktober 2005)

Kaki kiri dan kaki kanan Anda mau mélangkah kemana?

Ketika Anda dihadapkan pada dua pilihan. Biasanya sebelum memilih salah satunya, Anda akan mulai menghitung-hitung untung dan ruginya. Kaki kiri dan kanan kadang ingin melangkah paling duluan. Tentu saja dua kaki tak bisa berjalan bersama dan sejajar. Biasanya kaki kanan di depan, kaki kiri di belakang begitu pun sebaliknya. Nah, jika Anda harus memilih arah kemudian si kaki kanan ingin ke kiri, sedang yang kiri ingin ke kanan, apa yang harus Anda lakukan sedangkan dua-duanya adalah kaki Anda?
Pilihan hidup demikian juga. Ketika kita dihadapkan pada dua pilihan sulit yang kedua-duanya adalah pertaruhan masa depan kita, tentu tidak akan semudah memilih sekotak permen di supermarket yang tentu saja namanya permen mau milih yang manapun rasanya tetap manis.
Pilihan merupakan bagian dari proses hidup. Ketika akhirnya kita memilih suatu keputusan tentunya di dalamnya sudah merupakan pertaruhan hidup. Tidak mungkin kita memilih sesuatu tanpa kita tahu apa manfaat yang akan didapat, bahkan mungkin juga mengetahui kerugian yang pasti diperoleh. Mungkin juga, karena buta akan pilihan justru kita terjerumus pada pilihan kita sendiri.
Kembali pertanyaan saya adalah ketika kedua kaki Anda memilih arah yang berbeda apa yang akan anda lakukan? Apakah Anda akan membaginya menjadi dua dan menuruti kemauannya arah dua kaki itu. Tapi tentu saja Anda akan kehilangan sepasang kaki jika melakukannya. Atau Anda akan memaksa salah satu kaki untuk menuruti keinginan kaki lainnya? Ooh tentu saja kaki satu senang, tapi kaki yang satunya lagi marah. Lantas?.... Kenapa kita ribut masalah kaki ya?bukankah pilihan ada di kepala Anda bukan ada di kaki Anda? Hahaha…yup, kaki hanya sebagai sarana Anda mencapai tujuan, sedangkan kepala alias otak Anda yang memformulasikan langkah kaki. Hayooo!?...
Jadi, ketika Anda dihadapkan pada dua pilihan sulit maka segeralah informasikan kepada seluruh bagian tubuh Anda, tentunya bukan hanya kaki. Coba cari kesepakatan bersama antara mata, mulut, dahi, bibir, tenggorokan, kerongkongan, darah, telinga, alis, rambut, tangan, kaki, jantung, hati, dan otak karena mereka merupakan bagian dari hidup Anda serta akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari untung rugi pilihan Anda. Timang-timang lagi mengapa Anda memilih A, B, C, D, E, F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Z setelah Anda yakin dan tau konsekuensi dari pilihan Anda. Maka, jangan ragu untuk melangkah bersama kaki.

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Uuuuh Bosaaaaan!

Pernah merasa bosan?ngerasa nggak tahu apa yang mau dilakukan? Bahkan terbersit banyak ide aneh untuk mengatasi rasa bosan! Kalau saya lagi bosan, biasanya saya langsung menghadap layar komputer dan treeet langsung mengalir ide tulisan.Lantas, bosan saya hilang. Tapi sekarang saya bosan dan tak ada ide untuk menulis!!jelas ini lebih dari sangat membosankan!
Ngomong-ngomong kenapa ya kita mengalami rasa bosan?apakah karena rutinitas yang monoton atau kurangnya warna dalam hidup kita atau sahabat saya bilang saya butuh pendamping untuk mengatasi rasa bosan. Maksudnya? Olala..mungkin pendamping hati..hahaha…
Uuuuh bosaaaaan…! Kemudian akhirnya bosan saya mulai hilang perlahan ketika saya mulai mengingat-ingat obrolan bertema kebosanan dengan banyak sahabat. Sahabat saya di Kendari, pernah merasa sangat bosan ketika baru pertama kali menjejakkan kaki di sana..oh ternyata, lingkungan baru bisa juga memicu bosan. Sahabat saya yang di Jakarta, merasa bosan karena pekerjaan yang menggunung..oh ternyata, pekerjaan menyebabkan bosan. Sahabat saya yang di Bandung, bosan karena merasa unlucky..oho ternyata, perasaan tidak beruntung bisa menyebabkan bosan. Dan banyak sahabat yang lain yang merasa bosan namun pemicunya beraneka ragam. Jadi, sebenarnya saya bosan karena apa ya? Well, apapun alasannya bosan saya ini nggak bisa dipiara lama-lama, kalau perlu selepas tarawih saya akan berjalan-jalan seputar malioboro untuk menghilangkan rasa bosan...:)

(Yogyakarta, 10 Oktober 2005)

Biarlah selalu ada campur tangan Tuhan dalam hidup kita

Kadang kita terpuruk pada kegagalan yang kita alami. Kadang kita bahagia berlebihan pada kemenangan yang diraih. Padahal, banyak yang mengingatkan pada setiap kegagalan dan kemenangan hadapi dengan sikap yang wajar. Saat gagal, jangan menyesali secara berlebihan. Saat menang, jangan senang secara berlebihan. Karena kegagalan maupun kemenangan yang kita raih tak lepas dari campur tangan Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Tahu yang terbaik untuk kita.
Selepas menjalankan sholat tarawih malam ini. Saya pulang dari mesjid sambil merenungi setiap kegagalan dan kemenangan yang diraih. Merangkumnya dalam daftar panjang di pikiran. Bertanya-tanya kenapa di satu saat saya merasa gagal, di saat lain begitu mudahnya saya meraih keberhasilan. Beberapa kesimpulan pun muncul dan menjadi alasan kenapa saya mengalami berbagai pengalaman dalam hidup. Tapi, yang paling saya sadari di akhir renungan saya malam ini adalah bahwa Tuhan Maha Tahu yang terbaik untuk saya!! Sebagai manusia biasa, saya tak boleh putus dari usaha dan doa tetapi hasil akhirnya tetap harus saya kembalikan kepada-Nya. Apakah ketika saya mencapai sesuatu, itu baik untuk hidup saya selanjutnya? Apakah ketika saya mengalami kegagalan, itu baik untuk hidup saya selanjutnya? Tiba-tiba saja penyesalan, kebanggaan, kesombongan, keterpurukan, kesedihan, kegelisahan, dan kebahagiaan saya menguap menjadi sesuatu yang wajar -tidak berlebihan-. Biarkan sebagai manusia, saya tetap melakukan yang terbaik untuk hidup saya dan biarkan Tuhan tetap campur tangan dalam hidup saya agar yang terbaiklah yang akhirnya saya peroleh. Amin.

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Anehnya si Cinta!

Cinta itu anugerah Tuhan kepada manusia. Kita bisa saja begitu mencinta, saling mencintai, bahkan mencintai seseorang tapi orang yang kita cintai tidak mencintai diri kita.
Apapun kasus cinta! Cinta tetap anugerah! Yang hadir dari hati seseorang kepada yang lainnya. Tak bisa dipaksakan satu sama lain.
Cinta tumbuh berkembang bahkan mati oleh diri kita sendiri. Ketika cinta itu hadir, hadirnya tak pernah diundang. Ketika akhirnya harus mati, itu pun kadang tidak diharapkan kematiannya.
Persoalannya adalah sebesar apa kita memaklumi perasaan cinta itu. Apakah kita dapat menerima kenyataan ketika kita jatuh cinta pada orang yang tidak mencintai kita? Atau ketika tiba-tiba rasa cinta yang menggunung hancur lebur dalam kurun waktu hitungan detik? Ketika pasangan yang kita cintai besok mencintai orang lain? Atau ketika kita ingin mempertahankan suatu hubungan namun di sisi lain perasaan cinta kita mati perlahan? Siapkah kita dengan keinginan si cinta yang seringkali tak dapat diprediksi kemauannya?
Siapkah saya, siapkah Anda?
Siap atau tidak ternyata kita memang harus menghadapi berbagai kemungkinan dari perasaan cinta kita. Karena cinta hadir tak bisa dipaksakan. Boleh saja kita yang pesimis mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Jadi saran saya, nikmati saja rasa cinta Anda hari ini, karena kita tak pernah tahu cinta kita besok akan tetap tumbuh atau mati seketika.

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Hei, saya juga bisa lho!

Pernah merasa cemburu pada orang lain? Saya pernah! Dan seringkali rasa cemburu itu justru memacu saya untuk terus melesat.
Salah satu cara saya menekan rasa cemburu adalah dengan mempelajari kecemburuan saya. Kenapa ya saya cemburu? Kemudian setelah mengetahui alasan kecemburuan saya, kemudian saya mulai belajar bagaimana bisa menjadi seperti alasan kecemburuan saya.
Jika sahabat saya berhasil meraih sukses dalam sekejap. Saya tak pernah malu berguru padanya mengenai tips dan trik meraihnya. Pengalaman-pengalaman sahabat yang saya cemburui akan menjadi langkah awal untuk meraih hal yang saya cemburui.
Satu lagi setelah berbagai saran saya tampung maka saya harus bersiap untuk mengejar ketertinggalan dengan bersaing sportif dan penuh percaya diri. Dan hei, saya juga bisa lho! Kalau begitu Anda juga pasti bisa!!!!!

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Santai aja lage!

Bahkan saya sendiri kagum dengan sikapnya. dia seolah menganggap bahwa masalah yang mendera dalam hubungannya dengan orang yang dicintainya bukanlah sesuatu yang berarti.
Ketika sang pujaan datang dan pergi sesuka hati, dia masih berpikir positif atas hubungan yang terjalin dan tetap menganggap bahwa hal itu merupakan bagian dari proses.
Trial and error bukan lagi pilihan untuk dilakukan pada umur yang mencapai tiga puluh tahun. Gila!dia setia menanti pilihannya yang seringkali moody dan cukup menjengkelkan.
Setelah pergi, lantas kembali semau gue! Tapi masih tetap diterima dengan hati ikhlas. Tak ada yang berubah dalam memperlakukan pujaan hati. Berusaha terus memahami kondisi psikis yang terjadi pada pasangan dengan santai. Semoga sikap inilah yang akhirnya menjerat pujaannya untuk segera melabuhkan hati. Saya salut!

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Menciptakan Brand Image Anda

Pastinya Anda seringkali terkagum-kagum pada orang-orang yang Anda nilai lebih sukses dibandingkan Anda. Kagum pada pemanmpilannya yang serba chick, gaya bicara yang professional, terlebih inner yang keluar begitu percaya diri. Bahkan seringkali Anda merasa bahwa anda tidak bisa dibandingkan dengan mereka.
Tunggu dulu! Jangan bersikap merendah seperti itu! Anda harus berani berdiri di depan cermin besar dan melihat pantulan diri Anda disana. Anggaplah diri Anda adalah sebuah produk. Coba cermati, apa kelebihan dan kekurangan Anda secara jujur persis seperti cermin memantulkan diri Anda sebenarnya. Hampir mirip dan identik sama!
Ketahuilah, seperti juga produk, Anda memiliki pasar sendiri. Bahkan Anda bisa membuat pasar bagi Anda sendiri.
Setelah Anda mengenal kelebihan Anda maka Anda akan bersiap-siap untuk menembus pasar sesuai dengan kelebihan yang Anda miliki. Fokuskan pada hal-hal yang positif pada diri Anda, karena di luar sana tidak ada yang akan tertarik pada hal-hal negatif yang Anda miliki. Lalu buatlah program marketing yang akan melesatkan diri Anda dan persiapkan misi untuk menuju market yang Anda inginkan.
Langkah berikutnya, tetapkan target realistis yang membantu Anda untuk menembus pasar Anda, misalnya dengan menciptakan merk untuk menaikan brand image Anda. Bisa jadi setelah brand image Anda bentuk, akhirnya bukan hanya Anda yang bisa mengagumi brand image orang lain melainkan Anda pun akan dikagumi karena brand image Anda. Jangan lupa untuk selalu menganalisa bahwa apa yang dilakukan sudah benar. Selamat menembus pasar!

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Kasih Sayang

Talk not wasted affection, affection never wasted. If it enrich not the hearth of another, its waters returning. (Wardswoth Longefellow)
Adakah kasih sayang terbuang percuma?Kasih sayang tidak pernah terbuang percuma. Jika kasih sayang tidak memperkaya diri orang lain, ia akan kembali.
Kita semua butuh kasih sayang untuk mempertahankan sifat-sifat kemanusiaan kita. Jadi, saya selalu saja keheranan ketika ada orang yang memperlakukan orang lain dengan tidak ada sentuhan kasih sayang. Kasih sayang secara sederhana saya katakan sebagai hati. Ya, hati, semua segi kehidupan butuh hati. Bergaul butuh hati, belajar butuh hati, bercinta butuh hati, bahkan bekerja pun butuh hati.
Kenapa bekerja butuh hati? Karena dalam bekerja kita bergabung dengan manusia-manusia lain yang tidak bisa kita samakan dengan robot non perasaan. Mereka hidup dan sama seperti kita butuh sentuhan hati.
Minggu yang lalu, saya makan siang dengan beberapa sahabat yang memiliki pekerjaan berbeda-beda. Dua orang diantaranya memiliki posisi lumayan di perusahaan dan banyak berhubungan dengan bawahan. Kiat sukses mereka memperlakukan bawahan adalah dengan menggunakan hati. Karena bekerja bukan hanya mendapatkan uang melainkan juga ibadah. Ketika sentuhan hati digunakan ada dua manfaat yang akhirnya mereka dapatkan. Pertama, rasa kebersamaan di antara seluruh karyawan untuk membangun perusahaan. Kedua, kenyamanan yang tercipta pada lingkungan kerja.
Namun jikalau, setelah kita menggunakan hati dan tidak membuat efek positif bagi orang lain maka efek positif akan kembali pada diri kita. Kita akan semakin kaya akan hati. Dan bersyukurlah ketika seluruh rongga diri dipenuhi dengan hati karena itu bisa dijadikan modal untuk berjalan wajar dalam kondisi apa pun.

(Yogyakarta, 9 Oktober 2005)

Bertanggungjawab pada Masa Depan

Kehidupan saya sejak lama memang tidak bisa mengandalkan bimbingan orang tua. Pertama, Bapak pasif membimbing keluarga karena sakit stroke sejak saya duduk di kelas dua SMP dan meninggal ketika saya keluar SMA, sedangkan mama sebagai ibu rumah tangga biasa tiba-tiba harus pontang panting membiayai ekonomi keluarga. Nyaris kami berempat (saya, dua kakak, dan adik) terlantar secara psikologis.
Beruntung sebelum peristiwa ketelantaran itu, Bapak telah menularkan banyak energi positif pada anak-anaknya untuk hidup secara mandiri dan kuat mengatasi segala persoalan. Jadi, berbagai kondisi prihatin sukses saya jalani walau dengan tertatih-tatih. Memang, pencarian jati diri kami satu sama lain berbeda. Di antara kami berempat ternyata yang paling cepat mengalami proses metamorfose adalah saya. Hingga akhirnya saya harus berperan menjadi tulang punggung keluarga. Well, semua saya jalani dengan hati ikhlas dan senang.
Satu yang saya pahami dari berbagai peristiwa pahit manis hidup adalah bahwa masa depan memang ada di tangan kita. Kita yang menentukan akan menjadi apa kelak.Tidak peduli lingkungan sekitar ingin membentuk kita seperti apa, tapi akhirnya kita juga yang menentukan dan memilih akan keluar menjadi apa.
Banyak trauma yang dihadapi oleh sahabat akibat masa lalu yang kelam. Banyak pula rasa pesimis dari sahabat ketika berada di lingkungan 'serba kekurangan' untuk bisa menjadi 'seseorang' Bahkan kakak saya sempat menyesali keadaan kami yang 'serba terhimpit' kemudian memutuskan keluar kuliah karena frustasi. Kami masing-masing memilih jalan sendiri untuk masa depan yang kami inginkan, tanpa bimbingan orang tua. Akhirnya beberapa tahun kemudian kakak pertama saya yang semula akan menggantikan posisi bapak sebagai Pengacara menjadi pemilik bengkel motor kecil-kecilan, kakak kedua saya yang super pendiam merantau ke negara orang berbekal keterampilannya menguasai enam bahasa asing dan setahun kemudian kembali ke Indonesia untuk berwiraswasta kecil-kecilan, adik bungsu saya setelah lama menggantikan posisi saya sebagai 'penanggungjawab' di rumah karena hampir tiga tahun saya tinggal di luar rumah kini lumayan sukses sebagai Marketing di sebuah perusahaan besar, dan saya sendiri kini semakin menyakini bahwa kita memang bertanggungjawab pada masa depan kita tidak peduli darimana kita berasal. Kami, keluar dari kepahitan masa lalu untuk menjelang masa depan yang kami inginkan. Jika orangtua tak punya waktu membimbing kita, maka kitalah yang harus membimbing diri kita sendiri. Masa depan bukan ditentukan oleh orang lain, tapi sekali lagi, kitalah yang menentukannya!
"Jadikanlah alasan yang menyakitkan sebagai pemicu semangat juang Anda sebelum alasan tersebut terjadi." (Willy Maringka)

(Yogyakarta, 8 Oktober 2005)

Training dari Trainer 'kelas bawang'

Siang ini saya kedatangan sahabat dari Solo. Sahabat yang satu ini di mata saya adalah pengusaha yang tak pernah lepas dari kaidah agama. Pengusaha Agamis, begitu barangkali lebih tepat saya sebut. Bersamanya bukan hanya bisa berdiskusi mengenai bisnis tapi juga banyak siraman agama yang saya terima.
Itu yang membuat kedatangan beliau begitu menggembirakan. Bukan main, ternyata kedatangannya kali ini juga memberi informasi baru mengenai perkembangan bisnisnya.
Sebuah perusahaan baru yang didirikan bersama dengan sahabat yang lain telah diresmikan. Sebuah perusahaan yang peduli akan peningkatan SDM dan produk dalam negeri. Diawali kepeduliannya pada perkembangan produk dalam negeri yang selalu saja kalah bersaing dengan produk impor serta SDM yang selalu jauh tertinggal, maka perusahaan ini dibangun dengan satu tekad MAJU DARI KETERTINGGALAN.
Tentu saja, ini tidak mudah dan butuh proses yang tidak sebentar. Sahabat mengakui hal itu. Namun, beliau yakin dengan konsentrasi penuh dari divisi-divisi yang dibangunnya, maka semua itu akan menjadi mungkin. Dan saya juga yakin bahwa salah satu dari sekian banyak modal untuk maju adalah optimis!
Saya tertarik atas konsep bisnis yang dibangunnya. Bahkan dengan antusias menyanggupi ungkapan sahabat yang suatu saat akan mengundang saya sebagai trainer di salah satu divisinya.
Saya memang bukan trainer yang bisa dibandingkan dengan konsultan dan penasehat bisnis yang menyandang banyak gelar 'wah' serta pemilik perusahaan 'dinosaurus' tapi sebagai trainer 'kelas bawang', saya lebih banyak mentransfer dan punya tanggungjawab untuk menularkan energi-energi positif yang selama ini begitu bermanfaat di lapangan. Training yang saya lakukan memang berasal dari pengalaman-pengalaman di lapangan. Jadi, mohon maaf jika saya tidak banyak mengutip teori-teori orang besar melainkan menurut Gede Prama merupakan teori yang berdasarkan realita di lapangan karena kenyataan itu terlalu kompleks untuk direduksi ke dalam satu atau beberapa teori saja.

(Yogyakarta, 8 Oktober 2005)

Tanda-tanda orang rajin sholat

Tahu nggak tanda-tanda orang rajin sholat?rajin sholat yang bukan sekedar sholat wajib lima waktu dalam satu hari, tapi pasti dengan sholat-sholat sunat yang ditunaikan dengan penuh khusu. Mau tahu nggak? Yup, beberapa waktu ini saya sering berhubungan dengan orang-orang tersebut. Dahinya memiliki tanda hitam persis di antara mata dan perbatasan rambut atas. Hitam legam, tapi bukan luka bakar tapi karena sujud.
Dalam benak saya, orang-orang dengan tanda seperti itu merupakan orang yang memang sudah mencapai satu tahapan hidup yang lebih sempurna. Bahkan saya seringkali malu sendiri karena warna hitam di jidat saya bukan karena sholat melainkan karena sisa jerawat..hahaha…

(Yogyakarta, 8 Oktober 2005)

Robby William pun kesepian

Di luar dugaan, seorang Robby William kini sedang bergelut dengan rasa kesepian. Penyanyi berskala internasional itu menggunakan obat-obatan untuk menekan rasa kesepiannya dan lambat laun mulai belajar santo demi menenangkan diri.
Kesepian? Pernahkah Anda mengalaminya? Terkadang kita yang terlalu disibukkan dengan berbagai aktifitas duniawi malah merasa kesepian di antara keramaian.
Ada dua macam bentuk kita merasa sendirian. Pertama, memang benar-benar sendirian dan kedua, tidak benar-benar sendirian alias kesepian.
Benar-benar sendirian terjadi bukan karena pilihan Anda sendiri, melainkan karena terpaksa. Anda mendapati diri Anda terpisah dari orang-orang yang Anda cintai padahal Anda sangat ingin berhubungan dengan mereka.
Tidak benar-benar sendirian alias kesepian adalah ketika Anda memiliki banyak orang yang mengelilingi Anda, kesuksesan yang menjulang tinggi, kesibukan yang menggunung, tapi Anda merasa hampa.
Kesepian lebih banyak dialami oleh orang-orang yang memiliki jadwal hidup dunia yang padat tanpa sentuhan kasih dan sayang yang cukup. Ketika kita merasa tidak memiliki hidup yang harmonis dan tempat berteduh yang nyaman. Maka biasanya kesepian akan melanda siapa pun sesukses apa pun. Akhir kata, kesepian merupakan suatu pengalaman personal yang sangat menekan karena kesepian hadir ketika kita merasa terasing dan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan orang lain. Pertanyaan saya, pernahkah Anda merasa kesepian?

(Yogyakarta, 8 oktober 2005)

Belajar di dunia nyata

Hari selasa minggu lalu, di café Sobo Pakualaman, Yogyakarta. Saya diundang sebuah perusahaan untuk menindaklanjuti kerjasama yang akan digulirkan. Hadir di sana General Manager dan seorang yang keduanya cukup ramai.
Setelah point kerjasama disepakati, seperti biasanya obrolan mulai dilanjutkan dengan tema-tema seru mengenai banyak hal. Semua topik yang kami nilai cukup membangkitkan gairah terbahas.
Obrolan yang paling lama kami bahas adalah tema belajar. General Manager yang lulusan Universitas Indonesia itu merasa bahwa sebenarnya proses belajar yang dilalui selama kuliah ternyata tidak sebanding dengan proses belajar di dunia nyata. Alangkah berbedanya kedua hal itu. Belajar secara teori dan belajar langsung di lapangan.
Saya tersenyum dan menimpali dengan ketidaksuksesan saya menyelesaikan sarjana karena menelantarkan skripsi hampir dua tahunan akibat terlalu enjoy belajar di dunia nyata.
Ya, setiap hal di lapangan merupakan ajang pembelajaran bagi saya yang tidak bisa saya bandingkan saat saya duduk manis mendengar teori-teori yang diberikan pengajar. Terlebih, terkadang teori dan kenyataan seringkali berbeda satu sama lain. Itu sebab chris Argyris (dari Harvard) dan Donald Schon (dari MIT) membedakan antara espoused theory atau teori yang mendukung, dengan theory in use (TU) alias teori yang betul-betul digunakan.
Tapi, bukan berarti sekolah itu tidak penting. Karena dari sana ada semacam pijakan awal melihat sekeliling hingga akhirnya kita sendirilah yang membuat formulasi berdasarkan praktek gagal dan menang dalam bertindak. Nah dimana pun Anda, selamat belajar!

(Yogyakarta, 8 Oktober 2005)

Hidup kita sudah di setting Tuhan

Menarik sekali perbincangan saya dengan sahabat tadi sore melalui chating. Setelah beberapa lama tidak berjumpa dengannya, kali ini sahabat saya sudah beralih profesi dari murid kelas yoga menjadi guru kelas yoga di Jakarta. Good!
Perbincangan diawali dengan tema menulis. Kemudian akhirnya kami terlibat obrolan seru mengenai hidup. Beliau menyatakan bahwa hidup manusia itu sudah disetting oleh Tuhan sebelum dilahirkan. Lantas kita hanya sebagai pelaksana dari settingan tersebut. Oow! Saya terheran-heran sejenak dengan ungkapannya. Pikir saya, jika begitu sebagai manusia, apapun yang kita lakukan tetap tidak akan mengubah settingan tersebut. Tapi kemudian dia menambahkan bahwa untuk 'nego' jalan hidup dengan Tuhan mengenai settingan yang tak kita inginkan maka kita punya senjata yaitu "DOA"
Tuhan sangat fleksibel dengan umat-Nya walau sudah memiliki lay out hidup satu per satu umat. Ketika kita sudah memanjatkan doa maka Tuhan bisa saja merubah settingan sesuai dengan keinginan kita. Karena itu ketika kita berdoa maka detail keinginan kita harus disampaikan. Misalnya, jika kita meminta jodoh maka berikan ciri secara spesifik jodoh seperti apa yang kita inginkan.Jika kita ingin memiliki sesuatu maka sebutkan secara terinci apa yang kita inginkan itu. Begitulah ungkapan yang katanya secara subyektif sahabat lontarkan. Well…bagaimana menurut Anda?

(Yogyakarta, 7 Oktober 2005)

Oktober 1998 - 2005




Alhamdulillah, tepat bulan ini usia persahabatan kami masuk tujuh tahun.
Bersyukur, beruntung karena untuk segala khilaf, lisan, dan perbuatan kami masing-masing selalu terbuka maaf.
Semoga di kala suka dan duka hingga kapan pun kami masih tetap bisa saling menjaga. Amin

Gado-gado dan Nano-nano

Pernah coba gado-gado?atau permen nano-nano? Gado-gado adalah makanan yang terdiri berbagai campuran sayur mayur, lontong, kerupuk, bumbu kacang. Pokoknya makan gado-gado dijamin kenyang karena keragaman isinya. Nano-nano adalah gabungan aneka rasa dalam satu permen. Rasa pedas, manis dan asin. Kalau tidak salah permen nano-nano mulai dijual ketika saya masih duduk di bangku sekolah sekolah menengah pertama.
Mungkin website saya bisa dikatakan mirip dengan kedua jenis makanan itu. Beberapa waktu lalu, seorang pembaca mengkritisi mengenai sejumlah tulisan saya di website karena dia menganggap web saya jadi tidak jelas akan diarahkan ke kelas pembaca yang mana. Semua tulisan masuk! Begitu katanya. Ada artikel marketing, pengalaman pribadi, artikel remaja, puisi, cerpen, bisnis, foto-foto,de el el. Mungkin Peggy bilang "Pusiiiiiiing!"
Website ini memang akan terus menjadi gado-gado atau nano-nano karena tulisan-tulisan di dalamnya kebanyakan adalah tulisan yang saya telurkan dari hari ke hari dan kebetulan sekali saya sedang belajar menulis berbagai hal. Mungkin saja kelak saya bisa mengkhususkan diri menulis dalam satu tema. Tapi, saat ini saya masih lebih senang menulis apa saja yang ingin saya tulis.
Website ini merupakan website pribadi yang mungkin akan menjadi sejarah saya, setiap hari saya mencoba mengarsipkan perjalanan yang dialami. Namun terlepas dari keegoan saya dalam menyusun isi website ini. Semoga tulisan di dalamnya tetap bisa dinikmati dan diambil hal-hal yang positifnya. Saran saya, segala sesuatu yang negatif sebaiknya kita abaikan. Mari kita mulai menabung hal-hal positif saja! Selamat membaca tulisan dengan pikiran yang positif!

(Yogyakarta, 6 Oktober 2005)

Puisi : Jangan Berjanji apa-apa padaku

Aku tak bisa menggugat kata-kata
Itu sebabnya alangkah lebih baik kamu diam saja
Jangan berjanji apa-apa padaku
Sebab kita adalah manusia
Yang lupa akan janji
Dan terluka karena janji

(Yogyakarta, 5 Oktober 2005)

Menyesuaikan dengan Pekerjaan

Siang ini saya menyengajakan diri untuk bertemu dengan sahabat saya, seorang Marketing Bank swasta sekedar untuk bershilaturahmi dan tentu saja berdiskusi banyak hal. Sahabat saya merupakan seorang marketing yang hebat dalam mempengaruhi. Saya mengenalnya ketika saya sedang menyetor uang di bank dan kemudian diprospek oleh beliau untuk menyisihkan sebagian penghasilan sebagai investasi. Hebatnya, dia berhasil mempengaruhi saya dalam tempo waktu hitungan menit. Ini berarti jeruk makan jeruk alias marketing makan marketing..hahaha…Tapi, dampak positif dari perkenalan kami adalah diskusi yang sarat akan ilmu pada setiap pertemuan kami selanjutnya.
Setelah ngobrol panjang lebar mengenai dunia Marketing. Tiba-tiba saja beliau mulai membuka diri mengenai urusan pribadinya. Weleh..weleh…kemudian saya menjadi pendengar atas permasalahannya. Maklum tak punya pengalaman di dunia pernikahan, saya hanya bisa memberikan nasehat berdasarkan sedikit teori dan beberapa perbandingan masalah yang pernah saya dengar pada kasus sahabat lainnya.
"Menyesuaikan dengan pekerjaan" begitu kira-kira yang diungkapkan oleh wanita keibuan itu. Persoalan rumah tangga ternyata berawal dari pekerjaan. Profesi sebagai seorang marketing banyak menyita waktunya di rumah. Tidak ada jadwal tetap yang bisa dipegang. Kadang dia harus mengejar konsumen di pagi sebelum waktu kerja atau malam hari sesudah kerja. Awalnya suami enjoy saja dengan pekerjaannya. Kini, profesi itu menjadi bumerang bagi rumah tangga mereka. Saya pikir tidak ada solusi bagi sahabat, karena keduanya bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya benar. Yang ada hanya pilihan. Sahabat hanya bisa menentukan satu pilihan diantara dua pilihan sulit, keluarga atau pekerjaan.
Ketika saya bercermin pada diri saya sendiri. Profesi saya sebagai seorang marketing menuntut saya untuk siap di lempar ke sana kemari. Jadwal yang berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi lapangan memang akhirnya banyak mengorbankan urusan pribadi, salah satunya –pasangan- Tapi ketika harus memilih, akhinya saya memang harus memilih salah satu diantara dua pilihan yang sama-sama berat. Apakah pekerjaan akan menjadi pilihan atau menaikkan porsi kepentingan pribadi. Hemat saya, ketika memang Anda sudah menentukan satu pilihan, maka pilihan lainnya memang harus dikorbankan. Itulah konsekuensinya! Tapi jika mungkin Anda bisa meraup keduanya, mengapa tidak dilakukan!? Jadi, apakah yang sulit itu Anda menyesuaikan dengan pekerjaan atau pekerjaan menyesuaikan dengan Anda? Semua jawaban ada di tangan Anda!Semoga tidak alasan bagi Anda untuk berkorban banyak pada sesuatu yang kita dambakan berjalan baik.Amin.

(Yogyakarta, 6 Oktober 2005)

Tuhan, Biarkan Waktu yang memutuskan

Ketika sebuah perubahan terjadi apa yang Anda rasakan? Tentu saja jika perubahan itu membaik kita akan banyak-banyak bersyukur. Lantas bagaimana jika ada perubahan memburuk? Tetaplah bersyukur!
Manusia tak pernah lepas dari RASA. Namun, sungguh perkembangan rasa itu, manusia sendiri yang mengatur. Seperti ketika kita mencintai seseorang. Perasaan cinta itu bisa kita tumbuhkembangkan atau dimusnahkan. Itu tentunya terserah kita! Ketika Anda terlibat hubungan serius dengan seseorang, perasaan cinta berkembang dengan pesat. Ketika Anda akhirnya putus hubungan, apa yang Anda pilih? Musnahkan!
Pengalaman memusnahkan perasaan cinta tak cukup hanya dengan teori, perlu ketekadan dan keseriusan niat, terlebih ketika perpisahan terjadi ketika kita masih sangat mencinta.
Sungguh menyedihkan memang ketika kita mengusahakan sesuatu dalam hubungan namun sendirian. Mencinta sendiri, sakit sendiri, memusnahkan sendiri. Selayaknya bekerja, cinta membutuhkan patner solid untuk kompak dalam memutuskan cinta itu akan ditumbuhkembangkan atau dimusnahkan.
Aiih, kali ini saya bingung akan berbicara apa tentang cinta. Karena saya sedang mengusahakan sesuatu mengenai cinta dan itu amat sangat sulit. Tuhan, akhirnya saya membutuhkan waktu untuk memutuskan segalanya.

(Yogyakarta, 6 Oktober 2005)

Penghargaan bagi Penulis

Dua hari yang lalu saya didatangi oleh dua orang pria yang merupakan editor dan marketing salah satu penerbit di Yogyakarta.
Kedatangan mereka menindaklanjuti di acc nya dua naskah novel yang saya kirimkan melalui email kepada penerbit tersebut.
Jujur, saya merasa sangat tersanjung atas kedatangan mereka. Bagaimana pun juga saya merasa diakui dan dihargai. Terlebih lagi, setelah kami ngobrol ngalor ngidul mengenai sistem dan prosedur kerjasama antara penerbit penulis, saya semakin menyadari bahwa mereka sangat menghargai profesi penulis. Adanya sikap saling membutuhkan satu sama lain semakin terasa. Saya, sebagai penulis tentu saja membutuhkan penerbit untuk menerbitkan karya yang tercipta, penerbit membutuhkan penulis untuk tetap eksis. Dua entity yang saling membutuhkan tergabung menjadi dua entity yang saling memberikan keuntungan. Itulah penerbit dan penulis.
Sesungguhnya keakraban antara saya dan penerbit bukan hanya kali ini saja. Namun, biasanya keakraban itu terjalin setelah buku saya diterbitkan. Luar biasanya, penerbit yang satu ini bersikap cukup aktif untuk mengenal penulisnya sebelum bukunya diterbitkan. Konon katanya, ini untuk lebih memudahkan penerbitan buku. Tapi, bagi saya ini adalah merupakan salah satu pengakuan bagi penulis. Terlepas dari beberapa pilihan sistem kerjasama yang akan digunakan. Saya setuju jika sebelum buku terbit ada keterlibatan aktif antara penulis dan penerbit demi menghasilkan kualitas buku yang baik dan memuaskan kedua belah pihak.
Satu lagi, jika semua terlibat untuk bahu membahu mensukseskan buku-buku yang terbit. Maka kelihatannya penulis-penulis Indonesia bisa kaya raya dan siapa pun bisa menjadikan menulis sebagai profesi bukan hanya sekedar hobby.

(Yogyakarta, 5 Oktober 2005)

KUIS : APAKAH KAMU SUKSES?

Kamu menganggap bahwa kegagalan adalah satu dorongan untuk bergerak maju bukan bergerak mundur. ( Ya – Tidak )
Kamu menganggap bahwa kesulitan adalah suatu tantangan bukan suatu beban ( Ya – Tidak )
Kamu telah mengalami beribu kali kegagalan dengan beribu kali pelajaran( Ya – Tidak )
Kamu optimis untuk dapat melakukan apa yang orang lain bisa lakukan( Ya – Tidak )
Kamu tak pernah berharap untuk menerima bantuan dari orang lain melainkan selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain( Ya – Tidak )
Kamu selalu mencari dan mengembangkan setiap kesempatan bukan menunggu kesempatan itu datang( Ya – Tidak )
Kamu berpikir dengan menggunakan akal bukan dengan menggunakan hati ( Ya – Tidak )
Kamu selalu memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik pada keesokan harinya ( Ya – Tidak )
Kamu selalu memiliki rencana yang akan dilakukan untuk mewujudkan cita-citanya ( Ya – Tidak )
Kamu memiliki target setinggi langit dan berusaha untuk meraihnya( Ya – Tidak )
Kamu tipe pekerja keras tanpa mengenal putus asa( Ya – Tidak )
Kamu selalu berpikir sebelum bertindak bukan bertindak baru berpikir( Ya – Tidak )
Kamu tak pernah mengabaikan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri ( Ya – Tidak )
Kamu tak pernah risau dengan kekurangan kamu karena Kamu selalu bersyukur atas kelebihan kamu( Ya – Tidak )
Kamu mampu memaafkan orang lain sebelum orang lain meminta maaf kepadamu ( Ya – Tidak )
Kamu mampu tertawa saat mengalami perjalanan kehidupan yang menyedihkan ( Ya – Tidak )
Kamu berpandangan luas( Ya – Tidak )
Kamu percaya diri tetapi rendah hati( Ya – Tidak )
Kamu memiliki keyakinan bahwa setiap kesulitan terdapat jalan keluarnya( Ya – Tidak )
Kamu tidak pernah bergantung kepada orang lain( Ya – Tidak )
Kamu bangga dengan keberhasilan orang lain dan tak pernah iri( Ya – Tidak )
Merka mampu belajar atas keberhasilan dan kegagalan orang lain( Ya – Tidak )
Kamu mampu tak pernah takut untuk gagal( Ya – Tidak )
Kamu percaya bahwa Kamu dapat merubah kehidupan menjadi lebih baik( Ya – Tidak )
Kamu selalu berhasil memecahkan masalah tanpa menghasilkan masalah baru ( Ya – Tidak )
Kamu memegang teguh prinsip yang kamu miliki sampai kapanpun ( Ya – Tidak)
Kamu dapat menyelesaikan masalahmu sendirian ( Ya – Tidak )
Kamu tidak pernah membicarakan rahasiamu kepada orang lain dan pintar menjaga rahasia orang lain yang dipercayakan kepadamu ( Ya – Tidak)
Kamu orangnya perasa sehingga menjadikan perasaan kamu sebagai tolak ukur untuk melakukan sesuatu kepada orang lain ( Ya – Tidak)
Kamu selalu mempergunakan waktu sesempit apapun untuk hal-hal yang bermanfaat ( Ya – Tidak )
Kamu percaya diri dan sangat kreatif ( Ya – Tidak)
Kamu terus tekun berusaha walaupun kamu mengalami kegagalan ( Ya-Tidak)
Kamu orang yang pandai beradaptasi dengan lingkungan baru ( Ya-Tidak)
Kamu tidak pernah membandingkan diri kamu dengan orang lain ( Ya-Tidak)
Kamu merasa bahwa menjadi seseorang yang pintar lebih utama dibandingkan seseorang menjadi cantik (Ya-Tidak)
Kamu selalu berusaha untuk bertahan dalam segala kondisi ( Ya – Tidak)
Kamu Mandiri ( Ya-Tidak)
Kamu tidak pernah malu meminta pertolongan orang lain apabila kamu memang tidak bisa melakukan sesuatu sendirian( Ya – Tidak )
Kamu disiplin dan konsekuen terhadap waktu ( Ya – Tidak )
Kamu dapat mengendalikan emosi ( Ya – Tidak)
Penilaian :
Kamu menghitung jawaban ya dan tidak dan apabila……….
Lebih dari setengah kamu menjawab ”Ya” : Selamat, selama ini kamu telah berhasil menata diri kamu dengan lebih baik setiap harinya, kalaupun kamu mengalami kegagalan kamu selalu optimis untuk dapat memperbaikinya, kamu tipe yang penuh percaya diri namun tidak sombong. Pupuk terus kesuksesan kamu sampai kamu dapat yakin menjawab semua pertanyaan di atas dengan “ya”
Lebih dari setengah kamu menjawab “Tidak” : Kamu selalu mengabaikan kesempatan yang datang untuk merubah diri kamu menjadi lebih baik, sejujurnya kamu ingin berusaha namun kamu takut untuk gagal, kamu cepat merasa frustasi apabila keinginan kamu tidak tercapai, tapi kamu tak pernah menyusun rencana yang jelas arah mana yang akan kamu lalui, sehingga perjalanan kamu menjadi tak ubahnya seperti kapal tanpa nahkoda.

(Dimuat di Ninetyniners Magazine tahun 2003)

BBM Naik?! Yuk, tetap berpikir positif!

Dalam SMS yang masuk ke nomor saya, pasti juga ke nomor pembaca semua, dari DEP.KOMINDO berbunyi, " BBM terpaksa dinaikkan, agar subsidi dapat dialihkan dari orang kaya kepada rakyat miskin. Bantu dan awasi SUBSIDI TUNAI kepada rakyat miskin. Terima kasih"
BBM naik?!semua menjerit! Bukan hanya rakyat sesungguhnya, Negara pun menjerit. Hanya orang-orang 'pemanfaat situasi' yang menjadikan kondisi ini menjadi lahan korupsi. Contohnya, penimbunan BBM, kenaikan harga yang gila-gilaan, de es be.
Saya pikir kenaikan ini bisa menjadi wajar ketika kita mengetahui kondisi Negara kita yang 'hampir bangkrut' tidak perlu menyalahkan SBY karena dianggap membuat kerumitan di Negara kita. Adalah lebih baik kita memang mengambil hal-hal positif dari setiap peristiwa. Beberapa hal positif yang bisa saya uraikan sebagai orang yang awam di dunia politik adalah :
Pertama, Pemberantasan korupsi mulai dilakukan tanpa pandang bulu. Anda boleh mencatat berapa banyak orang-orang 'besar' akhirnya harus berhadapan dengan jeruji. Anda boleh mencatatnya!
Kedua, Adanya SMS yang bisa langsung menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Presiden. Wah, kapan lagi kita bisa begitu? Jangan bayangkan hal yang jelek-jelek dulu akibat SMS langsung ini, bayangkan saja berapa banyak hal positif yang bisa diambil karena ini.
Ketiga, Adanya pemberitahuan resmi dari bagian-bagian yang berkepentingan sebagai penyalur aspirasi rakyat seperti misalnya SMS-SMS yang menghimbau, mengajak, dan melaporkan sesuatu yang penting untuk diketahui masyarakat. Ya, seperti SMS DEP.KOMINDO, atau beberapa waktu lalu kita dapat SMS dari Presiden_RI mengenai himbauan untuk tidak menggunakan NARKOBA..weleh..weleh..ini gebrakan baru yang seharusnya kita bangga dong. Ini terbukti bahwa sesungguhnya Presiden kita sudah mengajak langsung rakyat kecil untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Keempat, Memang sungguh tragis keadaan kita ketika SBY naik maka segala kesulitan mulai terlihat jelas. Padahal sebenarnya karena kepentingan 'tikus-tikus manusia' kita sejak lama sulit. Hanya saja kita dininabobokan dengan hutang-hutang Negara seolah-olah Negara masih memiliki kondisi stabil. Positifnya, sebelum kita tidur beneran karena dininabobokan, SBY mulai menyingsingkan baju dan membuat banyak penertiban di mana-mana. Mudah-mudahan penertiban ini tidak dimanfaatkan banyak pihak yang rakus dan tamak. Dan Indonesia kita bisa stabil 'beneran'
Kelima, Sesungguhnya banyak lho hal positif yang bisa kita ambil dari pemerintahan SBY (Bahkan semua hal positif bisa kita ambil dimana-mana. Lupakanlah pikiran-pikiran negatif!) Jangan takut untuk tetap bertahan di kondisi ini. Kita adalah manusia yang diberikan akal dan pikiran sehingga jika kita memaksimalkan kemampuan yang dimiliki, kita dapat terus bertahan di segala kondisi. Ayo, tetap berjuang!Sekali lagi, ambil hal positif dan buang hal negatif!

(Yogyakarta, 5 Oktober 2005)