Profesional dan atau santri

Percakapan saya dengan Direktur MQS Publishing, Bapak Bambang Trim, hari Sabtu tanggal 15 Oktober kemarin menyisakan banyak manfaat.
Bagaimana tidak? Setelah bisa berkenalan dan ngobrol langsung dengan penulis lebih dari 80 buku ini dan menggali sebanyak mungkin informasi kepenulisan. Pak Bambang cukup terbuka untuk membagi pengalaman mengenai apa saja bahkan mengenai makna hidup yang di dapatnya setelah mulai bergelut dengan buku-buku bertema Motivasi Islami. Kepuasan batin menjadi professional sekaligus santri!
Menjadi professional karena sebagai seorang Direktur dia memiliki tanggungjawab penuh untuk membesarkan perusahaan yang dipegangnya dan menjadi santri karena sebagai manusia dia lantas tidak perlu melupakan aturan dan kode etik agamanya hanya demi sebuah pencapaian. Antara keprofesionalan dan kesantrian diatur sedemikian rupa untuk kelanggengan makna hidup yang lebih barokah.
Menurut sahabat saya, Professional tumbuh dari persaingan hidup dan mati dalam suatu perusahaan. Persaingan itulah yang jika tidak ditopang dengan nilai-nilai agama maka akan menjadi sesuatu yang membutakan. orang seringkali dibutakan oleh keinginan sebab itu menjadi hal yang wajar jika banyak yang melalui hal-hal yang tidak wajar demi sebuah persaingan.
Berbeda dengan professional, seorang santri biasanya justru memiliki sikap yang begitu sederhana. Keinginan-keinginan yang bahkan terlalu wajar, tidak ada ambisi yang meledak-ledak, nyaris lurus dengan apa yang alam berikan, tidak ngoyo, dan bahkan tidak butuh persaingan.
Bagaimana jika keduanya disatukan? Jelas berbeda dan sangat sulit sekali. Tapi kita bisa, jika kita mau! Ada batasan yang jelas antara keduanya dan perpaduan itulah yang membuat pekerjaan –apa pun- menjadi lebih bermakna. Semoga akhirnya saya bisa menyadari bahwa memang sekali lagi bahwa hidup bukan hanya sekedar ITU! Menjadi professional dan atau santri, siapa takut?

(Yogyakarta, 19 Oktober 2005)

No comments:

Post a Comment