Pasangan yang sempurna

Seorang sahabat pria saya menolak punya pasangan yang 'perfect' bahkan salah satu majalah ibukota melansir hasil penelitiannya menyatakan bahwa memiliki pasangan yang sempurna itu tidak menarik.
Malam tadi, sahabat saya memberikan argumen bahwa pasangan yang sempurna membuat dirinya tidak tertantang, pasangan yang sempurna dalam banyak hal tidak memberi warna dalam hubungan, bahkan mungkin dirinya tidak akan berperan di sana. Bukankah segala sesuatu sudah dengan sempurna dilakukan sang pasangan?
Lagi..lagi pengalaman seorang perempuan yang berpasangan dengan pria sempurna merasa bahwa sejak hubungan dengan si pria berjalan, dirinya seolah-olah tertuntut untuk selalu melengkapi kesempurnaan pasangan sehingga dirinya tak bisa menjadi diri sendiri lagi. "Malu rasanya kalau orang menganggap kekasih seorang yang sempurna adalah orang yang tidak sempurna."
Well, saya sendiri pernah ciut ketika salah seorang pria sempurna dalam segala hal melakukan PDKT. Fisik dan penampilan, oke banget!Karier, sangat oke! Keluarga, sip! Agamanya, keliatannya oke! Walau memang tidak ada orang yang sempurna dalam hidup ini, tapi selama mengenalnya saya belum menemukan ketidaksempurnaannya. Wah, bukannya senang saya malah merasa kesempurnaan itu membuat saya merasa aneh. Jangan-jangan nanti ketidaksempurnaan saya malah jadi ajang bulan-bulanan (uups, berprasangka buruk nih!). Tidak ada debat terbuka karena masalahnya selalu dari saya. Minder? Hahaha…bingung!Tapi satu lagi yang paling saya ingat, ketika saya berjalan dengannya, saya harus menahan diri karena banyak pasang mata perempuan tertuju padanya. Wah, bisa jantungan punya kekasih sesempurna dia. (Untuk pria sempurna yang pernah membuat saya merasa tersanjung)

(Yogyakarta, 11 Oktober 2005)

No comments:

Post a Comment