Hari selasa minggu lalu, di café Sobo Pakualaman, Yogyakarta. Saya diundang sebuah perusahaan untuk menindaklanjuti kerjasama yang akan digulirkan. Hadir di sana General Manager dan seorang yang keduanya cukup ramai.
Setelah point kerjasama disepakati, seperti biasanya obrolan mulai dilanjutkan dengan tema-tema seru mengenai banyak hal. Semua topik yang kami nilai cukup membangkitkan gairah terbahas.
Obrolan yang paling lama kami bahas adalah tema belajar. General Manager yang lulusan Universitas Indonesia itu merasa bahwa sebenarnya proses belajar yang dilalui selama kuliah ternyata tidak sebanding dengan proses belajar di dunia nyata. Alangkah berbedanya kedua hal itu. Belajar secara teori dan belajar langsung di lapangan.
Saya tersenyum dan menimpali dengan ketidaksuksesan saya menyelesaikan sarjana karena menelantarkan skripsi hampir dua tahunan akibat terlalu enjoy belajar di dunia nyata.
Ya, setiap hal di lapangan merupakan ajang pembelajaran bagi saya yang tidak bisa saya bandingkan saat saya duduk manis mendengar teori-teori yang diberikan pengajar. Terlebih, terkadang teori dan kenyataan seringkali berbeda satu sama lain. Itu sebab chris Argyris (dari Harvard) dan Donald Schon (dari MIT) membedakan antara espoused theory atau teori yang mendukung, dengan theory in use (TU) alias teori yang betul-betul digunakan.
Tapi, bukan berarti sekolah itu tidak penting. Karena dari sana ada semacam pijakan awal melihat sekeliling hingga akhirnya kita sendirilah yang membuat formulasi berdasarkan praktek gagal dan menang dalam bertindak. Nah dimana pun Anda, selamat belajar!
(Yogyakarta, 8 Oktober 2005)
Belajar di dunia nyata
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment