Bekerja secara TOTAL

Memberikan yang terbaik pada apa yang kita miliki dalam bekerja merupakan salah satu bentuk penghargaan pada perusahaan yang mempekerjakan kita

Pekerjaan apapun yang Anda miliki, Bekerjalah secara TOTAL karena dengan totality yang Anda berikan bukan hanya kepuasan yang bisa Anda peroleh dari hasil kerja Anda tapi juga Anda akan terkejut mengenai pembelajaran yang Anda peroleh.
Saran saya, dan juga saya coba praktekkan adalah dengan menjadikan pekerjaan adalah suatu kebutuhan bukan kewajiban sehingga dengan demikian apa yang saya lakukan akan menciptakan kesenangan, terlebih jika saya menyakini bahwa pekerjaan yang saya lakukan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan baru.
TOTAL disini berarti pada beberapa hal :
Bekerja dengan mengeluarkan kemampuan Anda yang maksimal sehingga menghasilkan karya yang optimal
Bersikap loyal pada perusahaan dengan memberikan pelayanan semaksimal yang bisa Anda berikan
Melakukan apapun yang berkaitan dengan perusahaan dengan ikhlas sebagai penghargaan bagi perusahaan yang telah mempekerjakan Anda
Melakukan koreksi pada setiap kesalahan dan menggantinya dengan tindakan yang lebih baik
dan TOTAL lainnya menurut Anda versi sendiri..
Jika Akhirnya Anda memilih keluar dari perusahaan tempat Anda bekerja pun Anda akan tetap merasa puas sebab Anda telah memberikan yang TERBAIK dan perusahaan akan melihat Anda sebagai pekerja yang BAIK serta yang paling penting lagi adalah Anda telah mendapatkan pengalaman dan keterampilan kerja sebagai NILAI PLUS Anda dalam CV selanjutnya atau malah membuka USAHA sendiri pada akhirnya. Selamat bekerja TOTAL!

Jakarta, 30 September 2006

Sahabat yang sempat HILANG

Jujur saja, aku seringkali melakukan kesalahan yang berulang kepada sahabat-sahabatku yaitu –MENGHILANG beberapa saat-
Menghilang ini bukan seperti sulap, yang sekali wusss, langsung lenyap. Tapi ini karena aku akan ASYIK dengan tempat baru dan pekerjaan baru serta lingkungan baru yang jadi tempatku berkunjung.
Aku memang akan memiliki keluarga baru di tempat kunjungan baruku tapi sekaligus menghilang dari keluarga sebelumnya, walaupun jika kelak kami bertemu kembali tak ada perubahan dalam diriku dalam memperlakukan mereka tapi sungguh, sikap ini membuat mereka jadi ‘tegang’ ketika mencariku (maaf , aku tidak bermaksud demikian) terlebih seringkali aku mengganti nomor hpku. Salah satunya adalah cerita sahabatku yang keblinger mencariku hingga mengutus salah temannya ke Yogya ketika gempa Yogya terjadi. Dia khawatir sebab terakhir mengontakku ketika aku masih ada di Yogya dan menyatakan no HPku tidak aktif setelahnya. Bisa dibayangkan betapa hebohnya kami ketika akhirnya bertemu setelah sebelumnya melalui pencarian panjang dan dia mengetahui aku di Batam melalui tulisanku di Blogspot, dimana aku mengakhiri tulisanku dengan kota BATAM…(Terima kasih Blogspotku. hehehe) lalu mengirimiku email dan kisah seru lainnya hingga kami saling berkontakan kembali. Ini cerita seru!!!
Well, cerita yang sama terjadi berulangkali dan entah kenapa sulit sekali aku untuk membagi antara keduanya, Lingkungan baru dan lama. Walau, sungguh, di hatiku, sahabat-sahabatku adalah kumpulan bunga yang selalu abadi adanya.
Sahabat, semoga tulisan ini merupakan salah satu bukti bahwa apapun yang aku lakukan, di manapun, tidak pernah bermaksud untuk melupakan sahabat semua.
Kita pasti akan bertemu kelak dan semuanya akan baik-baik saja.
I LOVE ALL OF YOU!

Jakarta, 30 September 2006

Ini Salahku!!

Menyalahkan sebenarnya tidak penting.Bahkan, kadang-kadang, tak ada gunanya sama sekali.

Salah satu hal yang mengesalkanku beberapa hari ini adalah hal penting yang aku sampaikan pada seseorang ‘bocor’ kemana-mana. Sepenting apakah itu? Ini lebih menyangkut mengenai diriku sendiri dan ‘egoku’ atas sesuatu. Kupikir menyampaikan hal itu sudah pada orang yang tepat sebab dia adalah orang yang pernah berada pada posisiku. Ternyata…
Kesal? Pasti! Sedih? Ya! Kecewa? Tentu saja!
Tapi diantara rasa itu aku mencoba untuk menetralisirnya dengan mengatakan bahwa INI SEMUA SALAHKU. Salahku sendiri kenapa mengatakan hal itu padanya, salahku sendiri kenapa terlalu terbuka pada orang yang baru saja kucoba akan kujadikan sahabat (dan mungkin saja dia tidak menganggapku demikian adanya), dan salahku sendiri kenapa harus ‘berbagi’
Ya, akhirnya memang kita tidak dapat menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi sebab kita tak dapat mengharapkan orang lain berpikir sama dengan kita.
So, INI MEMANG SALAHKU dan Insya Allah, aku tidak akan mengulangi hal yang sama.

Note :
Terima kasih kepada seluruh sahabatku yang telah mempercayakan rahasia dirinya padaku. Insya Allah, aku akan menjaganya, sampai kapanpun.

Jakarta, 29 September 2006

Always Cheers!!!


Melewati setiap detik dengan TERTAWA...Yes!Cheers!!

Jakarta, 27 September 2006

Doa Saya setiap hari!

Doa saya pada Tuhan setiap pagi adalah agar kekuatan alam semesta dapat menjadikan hidup saya sebagai alat atau kendaraannya dalam menjalankan tugasnya
(Oprah Winfrey)

Doa saya setiap hari walau kadang tidak harus dengan menengadahkan tangan selesai sholat adalah bahwa saya selalu dapat berpikir, bertindak positif dalam hidup saya sehingga akan menghasilkan energi positif dan akhirnya memberikan hasil yang positif.
Kenapa sebegitu pentingnya berpikir dan bertindak positif bagi saya? Tentu saja tanpa pikiran-pikiran yang positif segala sesuatu dalam hidup saya akan selalu terlihat memiliki jalan keluar dan bukan beban.
Beban hidup, berbagai persoalan manusia jika tidak dilihat dari kacamata yang positif akan menghasilkan kepahitan demi kepahitan tiada akhir, terlebih kadang masalah bisa timbul pada saat yang tidak tepat. Tidak tepat karena kita masih memiliki masalah, atau masalah datang bersamaan dalam satu waktu, atau masalah yang kita anggap tidak ‘pantas’ kita dapatkan.
Ya Tuhan, seringkali kepala ini terasa mau pecah dengan banyaknya masalah. Masalah bisa datang dari segala penjuru, rumah, sekolah, teman dekat, pekerjaan, dan semua hal baik yang terkait langsung ataupun yang kecipratan saja.
Akhirnya BERPIKIR POSITIF adalah pilihan dari doa saya setiap hari selain juga berdoa untuk Almarhum Bapak saya, mohon maaf atas segala dosa saya, panjang umur dan barokah bagi ibu saya, dan semua doa lainnya. Betapa saya ingin memelihara PIKIRAN POSITIF dalam hidup saya agar segala tindakan saya positif dan selalu mendapatkan energi positif dalam menjalankan hidup.

Jakarta, 27 September 2006

Memimpin kemudian Mengelola Diri

Ketika Anda terinspirasi oleh sebuah tujuan mulia, maka seluruh pikiran Anda akan mampu menembus keterbatasan, kesadaran Anda akan mengembang ke seluruh akar, dan Anda akan menemukan diri Anda pada sebuah dunia yang baru, agung, dan indah
(The Yoga Sutras of Patanjali)

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh kita adalah MEMIMPIN DIRI, tentu saja bukan sekedar memimpin diri tapi memimpin diri menuju perkembangan yang lebih baik. Kenapa sedemikian sulit? Sebab seringkali kepemimpinan itu memilih antara dua suara. Suara kebaikan dan suara kejahatan. Jangan salah, suara itulah yang akan menjadi penentu tindakan akan menuju ke arah mana kita berjalan. Mau memilih atau memimpin diri ke arah kebaikan atau kejahatan. Dan jangan lupa juga, ketika kita sudah memimpin menuju kebaikan pun –si suara jahat- takkan pernah lelah mencoba membelokkan jalan. Akhirnya PENGELOLAAN DIRI juga menjadi satu hal yang juga penting setelah kita berhasil memimpin diri. Kita wajib untuk mengelola diri agar segala sesuatu yang kita pimpin dalam diri bisa berjalan secara konsisten.
Persis seperti seorang manager yang memimpin tim sekaligus mengelola timnya supaya terus dapat menjadi tim kerja yang solid, prestatif, dan memberikan banyak manfaat bagi perkembangan perusahaan.
So, selamat memimpin dan mengelola diri.

Jakarta, 27 September 2006

Gapai bintang dengan Optimis

Tidak ada hati yang menderita mengejar impian, karena setiap detik pengejaran adalah detik pertemuan dengan Tuhan dan keabadian
(Paulo Coelho)

Di binar mataku hanya ada tiga kata ;
Satu, OPTIMIS
Dua, OPTIMIS
Tiga, OPTIMIS
Lho?
Ya, OPTIMIS amat berarti dalam benakku karena dengan keyakinan dan keoptimisan dalam menggapai mimpi, jatuh bangun berapa kalipun tidak akan membuatku berhenti berjalan.”Selalu ada cahaya di depan sana, selalu ada jalan di ujung sana.” Tidak ada sesuatu yang bisa mematahkan mimpi kecuali akhirnya Tuhan mencabut nyawaku.
OPTIMIS seringkali muncul ketika duka mendera, ketika putus asa sempat menyiksa, ketika lelah menyerang, ketika nyeri menduri, dan ketika gelap mendatangi. Sekali lagi, Optimis sekonyong-konyongnya datang ketika semua menyatakan ‘tidak mungkin’ tapi dalam hatiku ‘semuanya bisa terjadi’
Banyak hal positif yang kudapatkan dalam keoptimisan, apa yang tidak mungkin memang menjadi mungkin. Beberapa barisan keinginan yang kutulis dalam diary menjadi bukan mimpi lagi melainkan kenyataan, semua karena aku Optimis menjalani semuanya.
Apakah ini berarti aku tidak pernah merasa putus asa? Sempat, pernah, dan akhirnya aku kembali mengobarkan semangat dengan sekali lagi, Optimis!
Jadi, kupikir putus asa bisa terjadi pada siapa saja namun jangan sampai kita kalah dengan putus asa dan segeralah menggempurnya dengan OPTIMIS kembali. Insya Allah, jalan menuju mimpi itu akan lancar dan diberkahi.

Bandung, 24 September 2006

Menjual Diri!!Aukh…!

Seberapa besar rezeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita berani mengambil resiko

Salah satu strategi mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan adalah kemampuan untuk MENJUAL DIRI kita.Eit, jangan berpikiran macam-macam menjual diri disini tidak sama dengan menjual diri dalam arti yang sebenarnya, ini adalah kata kiasan untuk melakukan PROMOSI DIRI kepada calon perusahaan bidikan.
Dalam CV yang saya layangkan ke beberapa perusahaan selalu lengkap dengan history diri yang lengkap. Beberapa mengklaim bahwa tindakan itu akan dianggap terlalu berlebihan tapi sesungguhnya itu merupakan strategi mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Lagipula, bukankah apa yang dicantumkan di dalamnya bukanlah rekayasa? Eiit, kecuali Anda bermaksud melebih-lebihkan maka itu aku haramkan!
Banyak perusahaan ingin mendapatkan karyawan yang di atas rata-rata. Misalnya, posisinya administrasi tapi dia bisa membantu beberapa pekerjaan lain di luar jobnya (tentu saja kelebihan ini dilihat pertama kali dari CV yang diberikan) tanpa melalaikan job yang sebenarnya. Melalui trik MENJUAL DIRIlah Anda akan mendapatkan pekerjaan yang Anda harapkan.
Di dalam CV, Anda bisa menuliskan mengenai prestasi yang pernah Anda dapatkan, kualifikasi menonjol yang Anda miliki, rentetan pengalaman kerja disertai job desripsinya, atau apapun yang Anda yakini bisa membuat posisi tawar Anda lebih baik dibandingkan orang lain dan sekali lagi, tentu saja apa yang Anda tulis adalah benar-benar diri Anda tanpa rekayasa.
Jika Anda berani menjual diri Anda, saya yakin Anda akan mendapatkan pekerjaan persis yang seperti Anda harapkan, dan satu lagi, selain Anda MENJUAL DIRI, Anda juga harus YAKIN bahwa diri Anda sedemikian berarti untuk didapatkan oleh perusahaan tersebut serta jika keyakinan Anda terbukti BEKERJALAH dengan sepenuh hati.
Selamat menjual diri!

Bandung, 24 September 2006

Menjadi Ibu yang Cerdas

Tingkat kecerdasan seseorang ditentukan oleh kromosom yang berasal dari ibu
(Dr. Ben Hamel)

Entah untuk keberapa kalinya aku mendengar mengenai pendapat bahwa anak yang dilahirkan itu memiliki tingkat kecerdasan yang ditentukan oleh Ibunya. Bahkan seorang sahabat mengatakan jika seorang pria menikahi perempuan yang lebih cerdas daripadanya maka anak yang mereka miliki memiliki potensi jenius..wuuuiiih, jangan ngiri ya pria-pria yang baca tulisan ini kalo ternyata jadi perempuan cerdas itu lebih banyak manfaatnya dibandingkan pria cerdas..cieee…
Tapi apakah menjadi ibu yang cerdas itu apakah karena IQ yang dimilikinya memang di atas rata-rata? Kayaknya sih nggak juga kali, karena IQ itu kan emang pembawaan sejak lahir jadi bukan berarti si IQ rata-rata nggak bisa jadi cerdas.
Cerdas di sini, barangkali menurutku adalah ketika seseorang bisa memanfaatkan secara maksimal apa yang dimilikinya sejak lahir demi pencapaian yang optimal. IQ rata-rata nggak masalah ketika I IQ itu nggak dibiarin begitu saja melainkan terus diasah, diolah, dipertajam melalui berbagai hal yang menunjang kemajuan IQ secara signifikan.
Membaca merupakan salah satu cara menuju kecerdasan diri dengan cara yang paling sederhana selain kemudian mempraktekkan pengetahuan dalam kehidupan nyata sehingga pengetahuan dan tindakan yang berjalan beriringan akan membuat seseorang menjadi seimbang dalam hidupnya.
Hobi membaca di kala hamil juga bisa membuat si jabang bayi terbawa cerdas, selain juga ketika si jabang bayi di sodori lagu-lagu klasik yang asik. Terakhir, bagiku, yang tentu saja –kelak menjadi calon ibu- menjadi perempuan cerdas adalah keharusan, bukan hanya untuk mengaplikasikannya dalam mendidik anak, mendampingi suami, tetapi juga menjadi perempuan cerdas membuat langkah diri tidak akan berhenti oleh hanya satu kesulitan demi kesulitan. Perempuan cerdas adalah perempuan yang memiliki banyak solusi dalam hidupnya. Dan untuk pembaca perempuan di sini, selamat menjadi perempuan sekaligus Ibu yang cerdas!

Bandung, 24 September 2006

Banyak memberi Manfaat

Ketika Anda berbuat baik kepada orang lain, berarti Anda berbuat baik kepada diri Anda sendiri
(Benyamin Franklyn)

Mama saya adalah perempuan yang cukup menyenangkan bagi banyak orang. Selain karena selalu tersenyum kepada setiap tamu kami, juga tak pernah lepas pujian darinya. Terlebih lagi yang paling mengagumkan adalah caranya menservice tamu-tamu kami, ibaratnya kalau perlu seluruh isi lemari kami disuguhkan deh..hehehe…
Ketika kami sekeluarga sedang berbincang-bincang bersama, aku bertanya pada mama kenapa dia bisa sedemikian baik pada tamu, bahkan pada tamu atau salah satu kenalan baru anggota keluarga kami yang baru saja berkunjung.
Aha…ternyata jawabannya simple saja, “Bukannya meminta pamrih dari apa yang mama lakukan untuk orang lain sih, tapi mama ingin anak-anak mama diperlakukan sama oleh orang lain seperti mama memperlakukan mereka.” Hemm, dan mama mengatakan apa yang kita perbuat kepada orang lain sesungguhnya akan kembali pada diri kita sendiri. Mengagumkan!

Bandung, 24 September 2004

Tabungan Positif dan Negatif

Semua manusia akan rusak, kecuali yang berilmu
Orang yang berilmu pun akan rusak, kecuali orang yang beramal
Orang yang beramal pun akan rusak, kecuali yang ikhlas
(Al-Ghazali)

Puasa pertama..Alhamdulillah…saat ini aku mendapatkan kesempatan kembali untuk berpuasa dan Insya Allah diberikan kesempatan untuk menabung pahala.
Berbicara tentang tabungan Positif dan negative adalah berbicara tentang keburukan dan kebaikan yang kita lakukan.
Keburukan yang dilakukan ternyata merupakan tabungan yang akan dipertanggungjawabkan kelak demikian juga dengan kebaikan adalah tabungan pahala yang akan dicairkan suatu saat.
Seberapa besar keduanya mengisi saku kita? Wallohualam..Namun, beruntunglah kita semua karena kini, di bulan ramadhan ini, kita mendapatkan kesempatan mengisi tabungan positif dengan lebih leluasa dan pahala yang diberikan lebih banyak dari biasanya. Manfaatkanlah!
Ya Allah, semoga apa yang kami semua lakukan saat ini bahkan di hari-hari berikutnya mendapatkan berkah bagi kami semua. Amin

Bandung, 24 September 2006

I Want To Have OR I Want To Be?

Kesempurnaan manusia terletak pada kemampuannya untuk memilih, termasuk memilih bagaimana ia akan menjalan hidupnya
(Kubik Leadership)

I want to have? Well…tentu saja manusiawi sekali jika kita ingin memiliki sesuatu. Salah satu motivasi bekerja adalah memiliki uang di samping juga belajar mengenai banyak hal atau mau di rubah terbalik, ingin memiliki ilmu di samping memiliki uang. Itu terserah Anda! Yang jelas adalah keinginan untuk memiliki sesuatu bisa mendorong kita untuk berusaha dan terus berusaha. Tapi, ternyata keinginan untuk memiliki terlalu besar akan menjerumuskan kita pada hal-hal yang negative. Misalnya saja, seorang istri yang ingin memiliki rumah bagus sedangkan suaminya pegawai biasa yang kebetulan di tempatkan di lahan –basah- bisa mendorong suaminya melakukan tindakan yang tidak baik seperti –korupsi- atau bisa saja keinginan memiliki hal-hal yang di luar kemampuan bisa membuat Anda gelap mata untuk mendapatkan uang yang bukan hak Anda.
Well, I Want To Be!...Ya, ketika Anda –ingin menjadi- akan membuat Anda melakukan tahapan-tahapan yang bisa mewujudkan impian Anda. Anda ingin menjadi siapa atau apa? Dan ketika Anda sudah dapat berhasil meraih To Be Anda maka Insya Allah To Have Anda akan menyusul.

Bandung, 24 September 2006

Lapar dan Bodoh

Tetaplah lapar dan tetaplah bodoh
(Steve Jobs)

Aku ingin tetap lapar…karena dengan rasa lapar aku akan merasa bersyukur walau hanya menelan sesuap nasi
Aku ingin merasa bodoh…karena dengan merasa bodoh aku akan terus belajar apa saja dan berkeinginan untuk mencari tau
Biarkan aku tetap lapar dan bodoh
Agar aku tidak merasa puas dan terus melakukan yang terbaik

Jakarta, 21 september 2006

Kamu dan Impian Besarmu

Bercita-citalah besar, berpikirlah maju, anda tidak diciptakan menjadi orang kalah, tetapi anda diciptakan sebagai Wakil Allah di muka bumi untuk memberikan kemajuan dan kesejahteraan.
(Ary Ginanjar Agustian)

Siapapun kamu, sekali lagi siapapun kamu TAK ADA SALAHNYA bercita-cita dan memiliki impian yang besar. Tak peduli kamu miskin, tapi kamu bermimpi jadi kaya. Tak peduli IQmu rata-rata, tapi mimpimu adalah menjadi orang yang prestatif. Tak peduli seberapa besar kesalahanmu, tapi kamu berharap jadi orang yang berguna. Tak peduli siapapun kamu, kamu adalah manusia ISTIMEWA yang diciptakan Allah untuk menjadi orang yang memberikan kemajuan dan kesejahteraan di muka bumi ini.
Kita semua diciptakan untuk menjadi pemenang, dan untuk itu Allah sudah memberikan akal pikiran yang bisa kita gunakan untuk terus maju, maju, dan maju.
Nah, apa impianmu? Tak peduli siapapun kamu, raihlah impian itu dengan penuh semangat. Sekali lagi, siapapun kamu, kamu adalah manusia ISTIMEWA yang akan jadi PEMENANG. Selamat meraih impianmu!

Jakarta, 21 September 2006

Energi dari Rasa Sakit!

Anda tidak akan menjadi orang besar kecuali dengan kepedihan yang besar
(Murch)

Sebenernya ada dua kemungkinan ketika manusia merasakan kepedihan yang besar : PUTUS ASA atau BANGKIT MAJU. Pilihan itu ada di tangan kamu sendiri lho.
Kalau ngeliat dari masa kecil, remaja, hingga sekarang ini. Disamping segala hal yang membuatku bersyukur dan bahagia, aku juga seringkali dihadapkan pada beragam masalah berat dan menyakitkan. Masalah itu bukan hanya datang dari yang terdekat tapi yang nggak pernah aku sadari bahwa hal itu akan membawakan masalah buatku…Tapi, sejauh ini, aku mengucap Alhamdulillah, disamping butiran airmata yang sempat menetes deras tapi aku juga merasa diriku menguat dan terus menguat…
Setiap persoalan membawa hikmah tersendiri, tidak hanya untuk diriku sendiri tapi barangkali untuk orang-orang terdekat yang selalu memberikan support dan menyadari perubahan demi perubahan yang terjadi pada diriku.
Aku tidak akan pernah mau terbenam dan bersimbahan dengan darah dan nanah dari luka. Aku akan selalu bangkit kembali ketika aku jatuh, rasa perih dari luka itu akan selalu kuobati walau pelan dan penuh rasa sabar. Aku akan hidup dengan seluruh energi yang dihasilkan dari ragam cobaan. Semoga.

Jakarta, 20 September 2006

Belajar dari Musuh? Well….

Ambillah pelajaran lebih banyak dari musuh Anda daripada dari teman Anda
(Walt Wytman)

Belajar dari musuh? Weiii…yang ada palingan ngorek-ngorek kekurangan musuh kale! Wehehehe..jahat banget!ya, bagaimanapun juga adanya seperti itu kok! Nah, makanya mulai sekarang kita belajar dari musuh kita untuk meningkatkan kompetensi kita. Caranya, kalau kita tau kekurangan mereka maka kita bisa meningkatkan kelebihan kita. Sebenernya bukan musuh sih yang pantas kita sebut tapi teman untuk berintropeksi. Ya, musuh adalah teman untuk kita berintrospeksi.
Pengalamanku berdebat debit dengan si teman berintrospeksi adalah akhirnya memberikan banyak pelajaran berharga. Jujur saja, kekurangan mereka terlebih dalam masalah emosi, nggak mau aku ikutin deh…aku belajar untuk mengendalikan diri karena mereka lho…! Aku kan nggak mau orang lain akhirnya merasa kecewa seperti aku dikecewakan…Ya, aku belajar dari mereka dan dari siapa saja!

Jakarta, 20 September 2006

Segera : Lanjutan serial AGATHA!











Well pren...segera GRASINDO akan meluncurkan kembali Buku Karyaku sebagai lanjutan dari 2 serial AGATHA "Gendut, Siapa Takut?" dan "Makanya Jangan Sok Seksi!"
siap-siap aja ya dengan "Ada Apa Dengan Tampang?" hoh heh..tampang siapa???? ;)

Pic Terbaru di ESQ Leadership Center - Jakarta


Lagi di ruang Redaksi NEBULA neh...
kalo mau jelas ngeliat ne poto ayo putar miringkan kepalanya...naaaaaah....huehehehe

Hari ini untuk hari ini!!

Pikirkanlah bahwa hari ini tidak akan muncul sekali lagi
(Danty)

Tentu saja tidak ada hari yang sama dalam dua kali kecuali nama hari yang sama.
Itu sebabnya kerjakan sesuatu pada hari ini dengan baik sebab hari ini tidak akan tergantikan oleh hari yang lain. Waktu sekarang tidak akan tergantikan oleh waktu yang lain. Dan dengan melakukan setiap hari sebagai hari yang tidak tergantikan dengan hari-hari lain maka kamu akan menjadikan setiap hari menjadi hari yang baik dan bermanfaat.

Jakarta, 17 September 2006

Aku ingin selalu belajar dari TULISANku

Pengalaman itu bisa diambil dari buku-buku dan dari keterlibatan dalam menghadapi berbagai kejadian hidup
(Cuser)

"Kenapa kamu suka menulis?"
Jawabku, "terkadang menulis bisa meredakan kekalutan dalam hati."
"Lalu kamu menulis?"
Jawabku, "Ya, dan seringkali menulis jawaban ideal dari solusi persoalanku."
"Lantas?"
dan aku menjawab, "Dan akhirnya aku belajar dari tulisanku!"
"Apakah itu berarti tidak semua tulisanmu mencerminkan dirimu?"
Aku menjawab, "Tulisanku adalah apa yang aku lakukan, apa yang ingin aku lakukan dan aku coba lakukan. Kalau ternyata memang tidak seperti aku yang sebenarnya, tapi aku sudah berusaha untuk menjadi seperti itu. Aku menulis untuk belajar! Aku belajar melakukan apa yang aku tulis. Aku menulis dari pikiranku dan pikiranku adalah aku."
Well, salah satu sahabatku berkata, "Tulisanmu mengatakan kalau kita nggak boleh cengeng tapi kamu bisa nangis sama hal kayak gini. Ah, berarti kamu tidak seperti yang kamu tulis dong!"
Humm…penulis juga manusia ya? (hehehe…)aku tahu pada saat-saat tertentu emosiku labil, jalanku salah, tutur bahasaku tidak dewasa, tindakanku menyakitkan tapi semua tidak kulakukan secara sengaja tapi ternyata aku tidak mampu melawan tindakan itu pada kasus-kasus tertentu. Walaupun begitu aku mencoba untuk kembali berpijak pada tanah dan berkata 'ayo, berjalan dan belajar menjadi benar kembali." Biasanya segala kesalahan akan aku ungkapkan dengan menulis dan kembali menulis secara ideal tentang apa yang harus aku lakukan. Ajaib, semakin banyak aku menulis ideal semakin aku membantu diriku sendiri untuk bertindak benar.
Seringkali ketika aku beradu pendapat aku tidak mau kalah, namun seiring dengan pola berpikir ideal bahwa 'berdebat kusir hanya menghabiskan waktu.' Maka aku memilih diam, dan kalaupun lawan bicaraku marah, aku lebih memilih menatap lembut ke arahnya tanpa berkata apa-apa lalu segera melupakan apa yang diperdebatkan sehingga keesokan harinya aku tetap akan menyambutnya tanpa merasa ada masalah, dan dia akan memperlakukanku jauh lebih baik. Jika harus dibahas kembali, tentu kali ini tidak akan ada perdebatan penuh ego melainkan kepala dingin dengan ide brilian.
Berkali-kali aku telah menemukan konsep bertindak dengan benar yang aku pelajari dari tulisan-tulisan idealku (di mataku tentu saja!)…dan semua aku syukuri sebagai berkah dan hadiah dari Tuhan untukku agar aku akhirnya bertumbuh dewasa dan menua bijaksana. Amin.

Jakarta, 17 September 2006

Kerjakan apa yang menurut Anda benar!

Kerjakan apa yang menurut Anda benar, dan palingkan punggung Anda bagi setiap kritikan yang tidak layak
(Thomas Jeferson)

Dimanapun kita berada satu yang harus dilakukan adalah –kerjakan apa yang menurut kita benar-
Menurut kita benar? Ya, menurut kita benar! Tapi bukankah setiap orang itu selalu merasa benar? Ya, setiap orang memang selalu berpikir dirinya benar! Lalu? Melakukan sesuatu yang menurut kita benar bukan berarti tidak memikirkan orang lain lho! Sebagai orang yang mengerjakan sesuatu yang menurutnya benar tentu saja karena dia sudah mengetahui dan mempertimbangkan apa yang dikerjakannya.
Satu contoh, Jika Anda ditempatkan sebagai seorang manager tentu sudah harus tahu job role seorang manager, bukan semata-mata bertindak 'bossy!" kepada anak buah. Memerintah tentu karena sudah tahu bahwa perintah itu tidak keluar jalur. Anda sudah melakukan hal yang benar walau akhirnya anda mendapatkan kritik karena begitu banyak pekerjaan yang anda berikan kepada bawahan. Lho? Bukankah pekerjaan itu memang sudah harus dikerjakan oleh mereka? Jadi, anda sudah melakukan hal yang benar dengan mengontrol tindakan anak buah sesuai job masing-masing walau buat mereka terasa berat.
Dalam keseharian anda akan melakukan hal yang benar ketika anda berhasil menghitung untung rugi dari tindakan anda dan keuntungan anda jauh lebih banyak dibandingkan kerugian. Keuntungan dan kerugian tentu saja bukan berdasarkan nominal tapi berdasarkan posisi anda sebagai mahluk social. Pro dan kontra pasti ada tapi itu wajar dan selagi anda sudah bertindak benar menurut anda (keuntungannya lebih banyak.red) maka lakukanlah! Abaikan kontra!
Dimanapun kita berada – palingkan punggung anda pada kritik yang tidak layak-
Kritik? Huuum, kadang kritik itu bisa datang sangat menyakitkan tapi bukan berarti bahwa kita jadi orang yang tidak peka pada kritik sebab pada dasarnya kritiklah yang akhirnya bisa membangun kita (asal kita nggak sensi aja! Hehehe)
Kritik membuat kita tumbuh berkembang secara dewasa walau kadang bisa membuat kita down. Belajarlah dari kritik yang baik dan jika memang anda sudah merasa anda benar lantas kritik datang dengan komposisi arah tidak layak maka palingkanlah punggung anda.
Bersikaplah seolah-olah kritik itu sahabat sekaligus musuh kita. Bersahabatlah dengan mempergunakan kritik sebagai langkah awal memperbaiki diri dan jadikan musuh kita ketika anda mulai merasa goyah karena kritik menyakitkan.
Nah, selamat berlaku benar menurut anda serta membangun diri melalui –salahsatunya- kritik!

Jakarta, 17 September 2006

Dia selalu mencintaiku ….

Jika Anda tidak berusaha terus-menerus menjadi seperti Anda dan tidak mengikuti orang lain, maka di dunia ini, Anda akan sendirian
(Berlyn)

Aku merasakannya…dia selalu mencintaiku dan dia sabar menghadapiku. Kadang perasaan 'nggak puas' itu menerpaku walau aku sudah berjanji dalam diri bahwa kunci kebahagiaan bukan lagi urusan apa yang sudah kita miliki tapi apa yang kita syukuri. BERSYUKUR, Insya Allah ingin menjadi tahapan awal kebahagiaanku.
Bersyukur adalah dengan menerima kelebihan dan kekurangan baik pada diri kita sendiri maupun pada orang lain. Ya, kita semua adalah individu unik yang harus selalu disyukuri.
Sayangnya, karena aku adalah manusia biasa, mengelak dari ketidakpuasan itu terasa sulit lantas kemudian membuat hati bergemuruh dan mengerang serta berteriak "Aku tidak puas!"
Aku tidak puas lengkap dengan argumen yang seolah-olah mengatakan bahwa aku benar dan dia salah. Astagfirullah, maafkan aku!
Beruntung sekali, sejak niat memperbaiki diri itu sudah tertanam dalam hati, perasaan tidak puas itu hanya datang dan kemudian pergi dengan sendirinya. Ketika datang aku mengantisipasinya dengan koreksi diri, ketika pergi aku mengamininya dengan melakukan segalanya lebih baik.
Dan dia….di samping segala yang aku 'perdebatkan' dan membuatku merasa 'tak puas' dia tetap di sampingku dan mencintaiku apa adanya. Tanpa pernah merasa harus merubah dirinya menjadi orang lain demi memuaskanku…dan aku, kini semakin menyadari bahwa dia pun telah mencintaiku apa adanya tanpa menuntutku harus berubah untuk memuaskannya.
Belajar…satu hal lagi yang aku pelajari bahwa kita berkewajiban mencintai siapapun tanpa berusaha merubahnya. Kita semua unik, lengkap dengan lebih dan kurangnya!!!

Jakarta, 17 September 2006

Tips Menulis : 3S (Sekarang, Sedikit demi sedikit, dan Setiap hari)

Bagaimana caranya supaya aku bisa nulis?
AJarin dong biar aku lancar nulis?
Seneng ya bisa nulis?
Pertanyaan seperti itu kerapkali dilontarkan padaku dan kepada mereka semua aku mengatakan "Pengen menulis? Ya, menulis saja!"
Tapi, well, nggak cukup dengan itu mereka tetap kebingungan dan belum juga menulis karena masih nggak tau bagaimana caranya.
Menulis sebenarnya bukanlah sekedar bakat, bahkan tidak punya bakat pun ketika menulis selalu dilakukan atau ditekuni maka dia akan menjadi penulis handal. Apapun yang dilakukan akan menjadi lebih baik jika dilakukan secara konsisten

"Batu sekeras apapun akan hancur oleh tetesan air"

Karena itulah rumus menulis akhirnya aku dapatkan
3S alias Sekarang, Sedikit demi sedikit, dan Setiap hari!!! Dan rumus sederhana itu aku bagi kepada pembaca semua.
SEKARANG
Bukankah kita semua tahu bahwa pekerjaan menunda itu tidak baik. Jangan pernah lagi mengucapkan nanti saja atau besok. Ayo menulislah sekarang, tulis apa saja yang terbersit di kepala nggak perlu takut hasilnya jelek atau nggak sesuai dengan EYD. Ambil kertas dan pulpen, atau segera nyalakan komputer. Ayo menulis SEKARANG!
SEDIKIT DEMI SEDIKIT
Bahkan sebelum aku bisa membuat novel 100 halaman dalam waktu dua hari! aku sempat menulis opini beberapa paragrap dalam satu bulan! Saat memulai menulis jangan berharap bisa menulis dalam kuantity dan kualitas yang sesuai dengan apa yang kita dan 'orang lain' harapkan. Tapi, biarkan kemampuan menulis kita terasah melalui proses. Menulislah sedikit demi sedikit, jangan lupa tambahlah wawasan kamu dengan MEMBACA dan untuk sementara biarkan bacaanmu mempengaruhi gaya menulismu. Biarkan! Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit lho.
SETIAP HARI
Beruntunglah kita semua sebab kita sekarang memiliki banyak kemudahan untuk menyalurkan tulisan. Salah satu yang lagi ngetrend sekarang adalah BLOGSPOT (seperti yang kupakai ini! Hehe), Multiplay, milis, dan semua kecanggihan di dunia internet lainnya. Menulis dan memperlihatkan tulisan kita setiap hari akan membuat kita termotivasi untuk terus menulis. Jika hari ini kamu menulis dua paragraph, besok tambah satu kata, lusa tambah empat kata, seterusnya tulisan kamu akan semakin banyak dan wadah untuk memajangnya sudah tersedia.
Percayalah dengan melaksanakan 3S maka kamu akan bisa mewujudkan keinginanmu untuk bisa menulis atau bahkan jadi PENULIS seperti yang kamu mimpikan.
Selamat menulis!

Jakarta, 17 September 2006

2 Pilihan MENARIK!!!Bagaimana ini?

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Sebetulnya PILIHAN Anda adalah yang akan membuat Anda sukses atau tidak

Sebenarnya sudah beberapa kali aku dihadapkan pada dua pilihan menarik yang ujung akhirnya adalah harus MEMILIH satu diantara keduanya. Tapi, pilihan kali ini benar-benar sungguh menarik sehingga aku tidak sanggup untuk memilih salah satu diantaranya…oow, apakah ini karena aku rakus?Uuups! Tentu saja tidak sebab akhirnya aku akan memilih tapi dua pilihan ini aku anggap memiliki kompetensi yang seimbang satu sama lain, letak kesulitan yang paling besar akhirnya adalah pada personal yang menawarkan pilihan itu dan kedua-duanya adalah dua orang yang juga sangat baik –sahabat dan patner yang baik-. Aku akan kesulitan menentukan pilihan. Itu pasti!
Beberapa hari ini aku coba merenungi dan menimbang keduanya…aaaah, sungguh sulit!
Bagaimana ini???

Jakarta, 17 September 2006

Surat terbuka untuk sahabat-sahabatku...

Sahabat sejati adalah orang yang datang ketika yang lain meninggalkan

Surat terbuka untuk sahabat-sahabatku....
Salah satu sahabatku marah padaku, dia mengatakan “Sebulan lalu kamu bilang akan ke rumahku dan mengajakku jalan. Mana? Kamu malah seolah lupa SMS pun tidak!” lalu aku menjawab, “Maaf, aku sibuk kerja.”
Sahabatku satunya menelponku, dia tidak marah tapi menghentak perasaanku, “Aku hanya takut kamu ada apa-apa karena sekian lama tidak pernah berkirim kabar, bahkan nomor hpmu kamu ganti tanpa pemberitahuan, akibatnya kutelp tulalit terus. Untung aku langsung berinisiatif menelpon rumahmu dan akhirnya aku dapat telponmu yang baru. Ya syukur kalau kamu sehat ya?” lalu aku menjawab, “Maaf, aku baru pulang dari luar kota.”
Sahabatku yang satunya lagi langsung teriak, “Boin..lu jahat banget nomor telpon ganti nggak bilang-bilang! Lu jahat!!!!” lalu aku menjawab, “Maaf, aku belum sempat.”
Trus..trus...banyak sahabatku yang merasa aku telah menghilangkan diri dari mereka dan lagi-lagi alasannya adalah KERJA!
Well...walau frekuensiku dengan mereka untuk berinteraksi sangat terbatas tapi ketika waktu itu tiba (waktu dimana aku luang) aku akan selalu mengejutkan mereka dengan wujudku...”Hai...im coming!” lalu kami akan menghabiskan waktu bersama yang secara kuantitas –sebentar- namun secara kualitas –mengagumkan-. Sayangnya, seringkali aku dianggap nggak peduli dengan mereka karena selepas itu aku akan kembali ‘terbang’ dan mendarat lagi dalam waktu yang sukar ditentukan..
Aku bukan tidak mencintai mereka...seperti yang kutulis tempo lalu, sahabatku selalu kubawa dari semua masa dari TK, SD,SMP, SMA, kuliah, hingga sahabat baru yang tak sengaja...mereka adalah sahabatku! Dan terima kasih karena hingga kini -walau intensitas komunikasi berkurang banyak- kalian tetap memberiku perhatian dan menyimpanku dalam benak. Terima kasih!
Aku hanya...aaah..terkadang bukan tak ingin berkabar dan bertemu tapi seperti burung aku adalah mahluk yang sedang menyusuri langit, dari satu titik ke titik tanpa lelah dan kuharap kelak muaranya kutemukan. Entah dimana, sampai akhirnya aku memilih untuk berhenti dan tumbuh dewasa serta menua bijaksana di sana.
Aku sangat mencintai kalian, disini, di hatiku!

Jakarta, 16 September 2006

Masa depan!!

Masing-masing dari kita memberikan contoh bagi orang lain, dan masing-masing dari kita memiliki tanggungjawab untuk membentuk masa depan sebagaimana yang kita inginkan.” (Mahatma Gandhi)

Masa depan? Di depan mata saya sudah terhampar luas sawah yang ditumbuhi padi-padi berbutir impian yang siap dipetik. Sawah itu sudah lama aku tanami dengan mimpi, sejak aku kecil, sejak aku sudah mulai bisa melihat dan mengagumi mungkin juga berkhayal “oh, alangkah indah jika...’’ lantas air liurku mengalir deras. Sesaat kemudian aku mengelap air liur dan mencari petakan tanah untuk kugarap, kutanam padi, kuberi pupuk dan kelak kupanen.

Di depan mata...semuanya tampak indah dan tau nggak kenapa indah? sebab di sini, di dalam hati aku menyakini bahwa padi yang akan kupanen penuh butiran mimpiku yang akan jadi kenyataan.

Tentu saja, menjadikannya nyata bukan hal yang mudah. Aku harus melalui satu tahap ke tahapan yang lain, proses yang panjang –kadang- melelahkan, jalan yang dilalui tidak selalu lurus tapi berkelok, curam, dan merambat naik. Puiiiih...tapi lihatlah di sana, lihat melalui mataku dan juga matamu bahwa semua yang kita lakukan sebentar lagi menghasilkan sesuatu yang kita harapkan –tidak semuanya memang- tapi tak apa, sebab sebagianpun bisa dipanen sudah cukup membanggakan.

Lihat lagi..masa depan kamu, masa depanku, masa depan kita semua? Ternyata, bukan orang lain yang menentukan berhasilnya panen kita tapi kita sendiri yang menentukannya sebab kita yang memiliki sawah dan menggarapnya.

Selamat bersawah..ekh..meraih masa depan!

Jakarta, 16 September 2006

Ragu-ragu?CARI TAU aja!

Keraguan merupakan kunci pengetahuan
(Pepatah Persia)

Pernah merasa ragu-ragu?
Ragu-ragu itu bisa hadir karena kita tidak tahu, sedikit tahu atau tidak benar-benar tahu...
Memang benar sih yang didengungkan oleh pepatah Persia mengenai keraguan yang bisa merupakan kunci pengetahuan karena dengan ragu kita mencoba untuk mencari tahu, lantas menjadi tahu dan kemudian memutuskan apakah sesuatu itu baik atau tidak, menyenangkan atau menyakitkan, istimewa atau biasa-biasa saja dan semua hal yang akhirnya membuat pengetahuan kita bertambah.
Well...namun kadang-kadang keraguan bisa juga menghambat lho...tentu saja, sebab dengan mencari tahu kita membutuhkan proses lagi, tambahan waktu kembali, atau apalah yang kemudian –jika- ini dikaitkan dengan ‘penjajagan’ sepasang kekasih bisa menambah daftar orang berstatus single but not available (hehe).
Well...buatku sih ragu itu kadang menyenangkan sekaligus menyebalkan sebab aku yang biasanya pengen cepet ‘selese’ dan ‘tau’ jadi kudu kasak kusuk lagi dengan tambahan waktu ‘mengenal’ si sesuatu itu.
Tapi...ada juga cerita seru tentang si ragu-ragu yang menyerangku..saking ragu-ragunya aku memutuskan untuk mencari tahu dengan detil mengenai si sesuatu itu hasilnya...uuuugh, justru aku yang terkaget-kaget setelah mengetahuinya..OOOOH, TERNYATA begono!...dan aku pun langsung ngacir dengan perasaan blangsatan...eit, nggak ngerti kan sesuatu itu apa? Aku nggak mau cerita banyak tapi yang jelas biar pun aku harus menanggung resiko sedih audzubileh tapi aku bersyukur banget....
So...ragu-ragu? CARI TAU aja!

Jakarta, 15 September 2006

Biarlah Allah saja...

Hargailah segala sesuatu yang masih kau miliki sebelum ia hilang darimu, dan kamu akhirnya menyadari betapa berharga semua itu bagimu.

Tadi malam, sungguh, aku bermimpi salah satu Handphoneku hilang dan entah kenapa rasa kehilangan itu membuatku terbangun dan seolah-olah bukan Hpku yang hilang tapi seperti ada sesuatu yang akan ‘hilang’ dariku. Audzubillah, aku tidak ingin terlalu khawatir dengan mimpi lantas mengkaitkannya dengan apapun sebab yang ku tahu mimpi hanyalah ‘bunga tidur’ semata tapi.............
Sebelumnya memang aku sudah mengecewakan seseorang yang kini sangat dekat denganku dan jujur saja, aku merasa dia akan memutuskan sesuatu jika tak ada kepastian dariku...
Beberapa hari ini kegundahan melanda, haruskah aku memutuskan peristiwa penting –seumur hidup- itu sekarang? Haruskah aku mengundurkannya kembali? Haruskah aku menerima semuanya dengan ikhlas dan berhenti untuk mempermasalahkan hal yang mengganjalku? Haruskah?...Dan akhirnya terakhir aku berpikir haruskah aku kembali ke beberapa waktu yang lalu dimana aku takut untuk menikah karena takut bersama dengan orang yang salah? Tapi, siapa yang salah? Apakah ‘mereka’ yang bersalah atau ada yang ‘salah’ dalam diriku?
Aku sebenarnya hanya ingin berpikir sederhana saja.....bahwa...Jodoh, mati, dan rizki sudah diatur olehNya...
Ketika jodohku datang maka segalanya akan dipermudah olehNya
Ketika matiku datang maka kematian itu diridhoi olehNya
Dan Ketika rizkiku datang maka rizki itu diberkahiNya
Semoga ketiga pemikiran sederhana itu lebih membuatku nyaman dan ikhlas. Biarkan...biarlah semua keputusan itu datang dari Allah dan ditiupkan kedalam hatiku dan semoga apa pun itu ‘itulah yang terbaik’ untukku. Amin.

Jakarta, 16 September 2006

Untuk Adikku -YAKINLAH-

Realitas diciptakan oleh pikiran. Kita dapat mengubah realita mengenai diri kita dengan mengubah pikiran kita.
(Plato)

Adik bungsu di mata saya adalah seorang lelaki muda yang energik. Sejak kecil kami sangat dekat, walau juga tak jarang ‘pertengkaran’ terjadi tapi itu tidak membuat kami tidak saling menyanyangi satu sama lain..yeaaah, aku menyanyanginya, sangat menyanyanginya!
Dengan intensitas komunikasi aktif walau kami berjauhan (adikku di Kuningan dan dimanapun aku berada, kini, Jakarta) banyak hal yang kami masing-masing ketahui satu sama lain.
Seperti juga aku, adikku melakukan hal yang sama ketika dirinya merasa ‘aneh’ pada suatu hal, misalnya pekerjaan, cinta, dll.
Malam itu dia menelponku lebih dari satu jam. Yang kudengar hanya keluhan. Aku sempat heran karena yang aku tahu dia cukup ‘kuat’ dan periang bahkan paling santai dalam menghadapi permasalahan. Tapi rupanya yang dia hadapi adalah ‘klimaks’ dari kejenuhannya menghadapi berbagai persoalan.
“Kira-kira apa yang harus saya lakukan ya Teh?”
Aku tidak banyak terlalu banyak berbicara aku malah balik bertanya
“Kamu yakin nggak kamu bisa ngelewatin ini semua?”
Dia terdiam
“Aku nggak tau!”
Dan aku kembali berkata, “Yang penting sekarang adalah YAKIN DULU dulu bahwa KAMU BISA MELALUINYA dengan baik!”
“Caranya?”
“YAKIN dulu dan ketika KEYAKINAN itu sudah bisa kamu miliki maka kamu akan memiliki banyak cara melaluinya.COBALAH!! dan AKU YAKIN KAMU BISA!”
“Iya teh..” itu saja yang dia katakan di penghujung percakapan
Dan malam tadi dia menelponku kembali
“Teh, semuanya sudah lebih baik aku sudah lebih tenang sekarang.”
Aku hanya tersenyum senang.
Adikku, tahukah kamu bahwa di setiap kegalauan yang teteh rasakan, yang pertama tetep tanamkan dalam hati adalah KEYAKINAN BAHWA SEMUANYA AKAN BAIK-BAIK SAJA dan dengan itulah teteh bisa kembali berdiri setelah tersungkur dan bisa tertawa setelah menangis.
Setelah yakin itu muncul maka teteh bisa melakukan segalanya lebih baik, mencoba lagi setelah gagal dengan kekuatan baru yang muncul perlahan tapi pasti.

Jakarta, 13 September 2006

(Teteh : Sebutan kepada kakak perempuan dalam bahasa sunda)

Cintai Apa adanya

Suatu hari saya dikunjungi oleh teman saya yang sudah berumah tangga, sebut saja Ika, dia bercerita :Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Akhirnya dia bertanya,: "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?". Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,: "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya : “Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati, Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?" Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang bertuliskan. ... "Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya... " Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya."Kamu bisa mengetik di komputer namun selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.""Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.""Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. ""Kamu selalu pegal-2 pada waktu ’teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.""Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ’aneh’. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.""Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.""Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu"."Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.""Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. ""Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. "Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.""Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
06 Sep 2006

Sumber : Milis airputih

Kado Istimewa

Persahabatan adalah cara Tuhan untuk mengurus kita
(Anonim)

Tuhan itu sangat baik hati mengirimkan sahabat untuk kita. Jujur saja tanpa mereka kita tidak akan pernah tau letak salah kita dimana, kenapa begitu? Sebab manusia selalu saja merasa benar dan paling males introspeksi diri sendiri. Dan herannya, kita paling bisa nerima pendapat sahabat dibandingkan –well- pasangan kita sendiri. Makanya tepat kalau persahabatan itu kadang bisa berumur sama dengan usia kita.
Alhamdulillah, aku memiliki cukup banyak sahabat. Bahkan sahabatku kubawa dari beberapa jenjang dalam hidupku. Mulai dari TK, SD,SMP, SMA, Kuliah, bekerja hingga yang secara kebetulan bertemu.
Yang secara kebetulan bertemu? Ya, aku memiliki salah satu sahabat baik yang hubungan kami berawal secara kebetulan di jalan dan dua tahun berjalan persahabatan kami luar biasa menyenangkan.
Sahabatku ini adalah seorang pria jenius yang sangat unik. Siapa yang menyangka ketika aku bertemu dengannya di jalan dia adalah orang yang penting di perusahaan multinasional dan ‘calon’ bintang kepenulisan. Tidak menyangka sama sekali dan aku tidak mengira-ngira siapa dia. Dengan tulus aku menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan dia saat pertama kali bertemu (Dia baru datang dari Jakarta dan ditugaskan di Bandung), barangkali hati kami yang sama-sama ikhlaslah yang akhirnya membuat kami jadi nyambung. Setelah bertukar nomor telpon, kami akhirnya berkirim kabar, tidak sering memang tapi luar biasa bermagnet. Setelah dia menetap di Bandung, beberapa kali kami bertemu, hanya sekedar makan malam dan berdiskusi masalah buku (kebetulan kami sama-sama hobi membaca). Dan hingga kini dia menjadi sahabat yang kutemukan secara kebetulan.
3 Minggu yang lalu kami bertemu dan kami saling berbagi cerita seru.
Hebat..! Sahabatku benar-benar menjadi seseorang yang luar biasa dan hebatnya lagi ‘antusiasme dan rahasia kehebatannya’ tak pernah lupa diajarkan padaku.
Dan itulah ajaibnya kado istimewa dari Tuhan berbentuk sahabat, dia memberikan kita banyak hadiah-hadiah lain berupa pengetahuan setelah kita memiliki sahabat dan kepada sahabat kita janganlah kita sungkan untuk berbagi. Dan memang benar, persahabatan merupakan cara Tuhan mengurus kita! Terima kasih untuk semua sahabat yang Engkau berikan untukku!

(Untuk semua sahabatku di mana pun)

Jakarta, 12 September 2006

Sedikit kurang sempurna nggak apa-apa kok!

Berjuanglah untuk kesempurnaan, tetapi sedikit kurang sempurna pun tidak apa-apa
(Henry Ford)

Pastinya dong kita semua ingin tampil menjadi individu yang sempurna. Apa yang dikatakan ingin terlihat luar biasa, yang dilakukan ingin terlihat hebat, bahkan mengubah diri –secara fisik- supaya kelihatan selalu kereeeen...sialnya adalah ketika ada sesuatu –sekecil upilpun- yang dianggap bisa merusak apa yang kita katakan sempurna lantas bikin kita kecewa. Lantas, yang terjadi adalah kita mengeluh pada hal-hal kecil dan melupakan hal-hal besar yang ada pada diri kita...
Tapi..bukan cuman kamu kok yang ngalamin itu, aku juga kadang mengalami hal yang sama. Dan sungguh ini sangat menyebalkan! Ibaratnya saja semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata kita malah nggak bisa lihat...Uuuuugh, tentunya bikin BT seamit-amitnya karena yang ada di benak kita cuman “oh, betapa tidak beruntungnya diriku inihhhh...!” lalu berurailah si bawah bombay...
Ketika jaman-jaman SMA dahulu kala (kayak dongeng aja) aku bisa ribut cuman gara-gara satu jerawat di jidat dan aku lupa bersyukur pada suaraku yang merdu..wehehehe...
Huuuummmm, nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini walaupun kita berusaha untuk menjadi manusia sempurna...jadi, mungkin nggak sempurna juga nggak apa-apa yang penting kita tahu bahwa Tuhan ngga pernah salah menciptakan manusia lengkap dengan kesempurnaan dalam kacamata-Nya dan kesempurnaan setiap orang itu ada pada titik yang berbeda.
Jadi, sedikit kurang sempurna juga kereeeeen kok!

Jakarta, 12 September 2006

kata-kata lembut berargumen

Gunakan kata-kata lembut tapi argumentasi kuat.
(Pepatah Inggris)

Aku jadi ingat dengan email-email yang diberikan oleh salah satu sahabat ‘cyber’ untukku. Kata-katanya lembut tapi memiliki argumen yang kuat. Barangkali dia bisa dikategorikan seorang konsultan yang memiliki ilmu psikologi cukup mendalam. Yeah, dengan kata-kata yang eduktif dan ramah dia memberiku banyak pelajaran berharga. Umumnya email-email beliau membahas masalah manajemen dan marketing. Jujur saja, selain sempat terhenyak dengan emailnya, aku juga sering berulangkali membaca email yang sama dalam satu waktu dan merenungkannya. Dan akhirnya apa yang disampaikan masuk ke dalam pikiranku. Dia menggunakan kata-kata lembut dengan argumentasi kuat dan begitulah kiranya untuk bisa menyadarkan seseorang akan sesuatu. Cara yang kasar bukan lagi musim, pendekatan yang baik adalah dengan jalan kelembutan. Well, sekali lagi aku belajar banyak dari sana!
Salah satu sahabatku memiliki dua anak perempuan yang luar biasa aktif. Perempuan-perempuan kecil itu tumbuh dengan anjuran bukan larangan. Salah satu ceritanya yang paling membekas adalah ketika salah satu dari dua perempuan kecil itu mengatakan, “Pa, aku akan naik ke lemari itu ya?” tangannya menunjuk lemari buku temanku yang berwarna-warni terang (barangkali mereka menganggap itu bakal jadi tempat memanjat yang asik). Temanku mengangguk, “Boleh saja, tapi bagaimana kalau kamu jatuh dari lemari itu? Rasanya pasti sakit sekali. Sebab itu Papa anjurkan kamu tidak perlu naik ke lemari biar tidak jatuh dan merasakan sakit. “ dan dua perempuan kecil itu tidak jadi memanjat lemari buku papanya serta melanjutkan bermain di tempat yang lebih aman untuk menghindari rasa sakit.
Bagaimana menurut anda mengenai cerita di atas?
Nah, sedikitnya aku juga harus banyak belajar dari cerita-cerita penuh hikmah itu, entah dari buku yang kubaca, cerita sahabat, atau mungkin pengalaman kamu yang tak kalah seru.
Sedikitnya aku harus belajar untuk mengatakan sesuatu –keinginanku- dengan bahasa yang lembut tapi memiliki argumentasi yang kuat. Insya Allah, semoga Allah menuntunku. Amin.

Jakarta, 11 September 2006

Terima kasih tapi...

Aku marah karena tidak memiliki sepatu. Kemudian aku bertemu dengan orang yang tidak memiliki kaki.
(Hikmah dari Negeri Cina)

Terima kasih Tuhan atas mataku, sebab aku bisa melihat jelas walau harus ditambah kacamata..hehehe...
Terima kasih Tuhan atas tanganku, sebab karenanya aku bisa melakukan apapun walau gerakannya nggak seluwes penari Indonesia...huuuuuu
Terima kasih Tuhan atas kakiku, sebab aku bisa pergi kemanapun walau kadang kesemutan...weks..
Hehehe...aneh ya ucapan terima kasihnya? Ya begitulah manusia, dia tahu dia memiliki sesuatu yang berguna namun selalu saja diakhiri dengan keluhan. Seperti kalimat, “Aku mencintaimu tapi....” Mencintai kok pake syarat ya?
Tapi susah juga ya bisa sedemikian ideal berpikir tulus, soalnya ya itu tadi kita manusia biasa yang tak lepas dari khilaf dan selalu tak puas pada kehidupan. Sesuatunya secara teori kita ketahui tapi prakteknya puiiiiih luar biasa suliiiiiit bow!
Well, untungnya selain kelemahan di atas, kita juga diberikan kelebihan yaitu AKAL dan PIKIRAN. Dua hal itu yang akan membantu kita untuk memperbaiki sikap kita dalam memandang hidup.
Terima kasih Tuhan atas AKAL dan PIKIRAN yang Engkau berikan, karena keduanyalah aku bisa BELAJAR
Belajar...belajar...belajar...yang paling penting adalah belajar dan dunia ini adalah laboratorium belajar yang paling hebat untuk manusia.
Jadi, tak perlu sedih ketika kamu melakukan kesalahan. Belajarlah dari kesalahan itu
Tak perlu kecewa karena kegagalan. Belajarlah dari kegagalan itu
Tak perlu menangis karena penderitaan. Belajarlah dari penderitaan itu
Dan Tuhan...
Tetaplah disampingku dan mendampingiku di saat aku belajar memahami apapun yang terjadi dalam kehidupanku.
Terima kasih Tuhan atas mata, mulut, hidung, kaki, tangan, rambut, telinga, dan semuanya dalam ragaku walau tidak seindah bidadari yang Engkau ciptakan di Surga..yaaaaaahhhhh dasar!
Terima kasih Tuhan atas jiwa, pikiran, akal, rasa yang Engkau hadiahkan untukku walau tidak sesempurna ahli surga...(makanya belajar dong! J)

Jakarta, 11 September 2006

Musuh di dalam dan di luar

Lebih baik seratus musuh di luar daripada satu di dalam.
(Pepatah Arab)

Bayangkan saja jika kita bermusuhan dengan orang dalam radius beberapa meter saja dari tempat kita berdiri –setiap hari- bisa dalam satu kost, rumah, ataupun kantor. Uuuikkkh dijamin melelahkan! Selain karena korban batin, juga jadi korban pikiran, karena biasanya sih –negative thinking- jadi jauh lebih banyak dibandingkan –positive thinking-. Gimana ngga, wajah yang kita lihat always cemberut, sikap yang tampak sedemikian gelisah. Sungguh tak enak!! Lain soal dengan orang-orang yang berlaku ‘tak menyenangkan’ itu berada di luar kawasan kita dengan radius lumayan jauh, Emang gua pikirin!!!
Nah, pengalaman ini juga pernah aku alami. Seperti biasa, layaknya adik kakak yang normal..hehehe...berantem itu pasti ngalamin, mulai dari masalah kecil hingga masalah seujung upil! Pokoknya berantem jadi rutinitas, musuhan mendarah daging dan sialnya lagi, aku tipe orang yang gengsian untuk mengaku salah (itu zaman dulu loh! Sekarang dah beda kaleee...sekarang dah lebih pemaaf..cieee!). Makanya rumah itu heboooh terus, kalo ngga aku sama salah satu kakakku yang ribut berantem, mungkin kedua kakakku yang lagi berantem, atau aku dan adikku. Well, sering juga sih beda pendapat sama mama..hehehe...ujung akhir, ya Ribuuuut!
Karena nggak betah di rumah, akhirnya aku memutuskan pindah...KOST...selain untuk mendekati tempat kerja juga karena untuk mendinginkan otak. Emang enak tiap hari berantem!
Well, ini cuman kisah sedih di masa lalu (sekarang kalo berantem nggak tiap hari tapi pake jadwal...hahaha) Tapi hikmah yang aku petik adalah “Daripada Ribut mending dieem lah” soalnya musuhan itu nggak enak. Mau minta tolong jadi gengsi, mau makan (karena mama yang masak) malu, mau ngapa-ngapain nggak enak. Nggak mau lagi deh peristiwa ‘ngga dewasa’ itu terulang.
Dan sejak ngerasa nggak enak itu semakin berkobar di dada, aku mutusin satu hal “Beda pendapat bukan masalah!”
Akhirnya, kalau sekarang ada yang beda lagi, aku nggak mau pusing lagi, cukup ngomong “Kayaknya itu nggak banget deh.” Terus dah gitu biar mereka mutusin sendiri. Well, ternyata maksain kehendak itu nggak enak ya? sebab lain kepala lain pendapat. So, aku mulai menghargai perbedaan dan semoga aku bisa lebih menghormati diriku sendiri dengan selalu mencoba menghormati orang lain. Insya Allah.

Jakarta, 11 September 2006

Mencintai = Dicintai

Pernahkah kau sadari bahwa bagaimana kau memperlakukan orang lain adalah bagaimana orang lain itu juga akan memperlakukanmu? Ada pepatah Cina berbunyi : Orang yang mencintai orang lain akan mendapatkan balasan cinta dari orang itu.(Author Unknown)

*Mencintai SAMA DENGAN Dicintai*
Barangkali artinya adalah ketika kita mencintai maka kita akan dicintai. Kalimat itu benar sekali adanya. Pengalaman yang dialami ketika aku bertugas sebagai Marketing dan harus berpindah dari satu kota ke kota yang lain –walaupun aku belum pernah mengunjunginya sama sekali- adalah dengan bermodalkan cinta yang kucoba pancarkan dalam hati dan sikap. Aku mencoba untuk memberi senyum yang tulus pada setiap pertemuan pertama, jabat tangan erat seolah telah lama bersahabat, memasang telinga untuk mendengarkan kisah seru kawan baru, dan mencintai mereka apa adanya. Aku belajar mencintai dan menyanyangi siapapun. Di samping berusaha untuk mempercayai dan menempatkan diri sesuai dengan lingkungan baruku.
Respon yang kudapatkan sungguh luar biasa, pada setiap kota kutemukan keluarga-keluarga baru yang senantiasa memberiku cinta yang tulus, memberi senyum manis menggairahkan semangat, pelukan seorang ‘ibu’ yang menentramkan, semuanya berjalan sangat sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Kuncinya adalah aku mencintai mereka –siapapun mereka- dan mereka belajar mencintai aku –siapapun aku-
Hasil akhir adalah airmata yang terurai dari masing-masing kami ketika akhirnya kami harus berpisah, ketika tugasku selesai, ketika aku harus kembali ke kota asal. Mengharu biru dan menakjubkan. Kami saling mencintai dalam kurun waktu yang singkat!
“Hadiah yang terindah kemudian adalah ketika kami menjadi seperti saudara.”

Aku selalu ingin menghadiahi kado istimewa untuk diriku sendiri dengan memberikan saudara atau sahabat baru setiap hari. Terima kasih Allah, untuk semua kado istimewa itu.

(Untuk semua sahabatku di Makasar, Batam, Yogyakarta, Semarang, Wonosobo, Purwokerto, Klaten, Purwodadi, Solo, dan semua kota yang pernah aku kunjungi. Aku mencintai kalian semua!)

Jakarta, 11 September 2006

Menjadi Lebih Baik

Laut tenang tidak menciptakan pelayar tangguh (Pepatah Afrika)

Hal ini mengingatkan aku akan perjalanan hidup yang aku alami sejak kecil.
Setelah beragam kesakitan, kekecewaan, dan kesedihan aku sempat bertanya pada Tuhan, “Layakkah aku mendapatkan semua ini?” tentu saja ketika aku tanyakan itu airmataku sudah turun deras bak air terjun dan badan lemas seolah tak memiliki penyangga untuk berdiri. Aku sempat kacau menghadapi semuanya!
Proses pencarian makna dari perjalanan hidupku ternyata juga tidak gampang. Orang seringkali menasehatiku bahwa, “semua akan berlalu, kamu hanya perlu bersabar.” Tapi mereka bukanlah orang yang berada ditempatku, jadi nasehat itu kuanggap angin lalu.
Untuk mengobati kekecewaan itu aku BERMIMPI dan MENULISKAN mimpiku. dua lembar penuh dalam diary tertulis mimpi yang ingin aku capai. Mengobati kekecewaan dengan berharap itu akan terjadi.
Sembari mencoba bersahabat dengan hidup, aku mencari cara untuk bertahan dan memperbaiki langkah.
Ajaib, semakin lama aku semakin ‘kuat’..jika dulu aku akan tersiksa sekian lama untuk satu cobaan, lambat laun siksaan itu terus berkurang seiring keyakinanku akan mimpi-mimpiku. Aku berubah dalam segala hal, aku belajar dari apapun, dan aku bersyukur ternyata kekecewaan itu membuatku terus menumbuh dan tumbuh.
Ajaibnya lagi, MIMPIku yang kutulis satu per satu terwujud!!!!
Beberapa diantaranya bahkan hanya tinggal menunggu waktunya dan aku sedang berjalan ke arahnya.
Kini,
Setiap aku marah, aku menetralisirnya dengan, “Sudahlah tidak penting siapa yang melakukan kesalahan, yang penting adalah bagaimana memperbaiki kesalahan.” dan karena itu aku mencoba untuk belajar dari hari ke hari.
Setiap aku merasa kecewa, aku menetralisirnya dengan, “ Sudahlah tidak penting siapa yang membuatku kecewa, yang penting adalah bagaimana supaya aku tidak membuatnya kecewa.”
Dan karena itu aku mencoba mulai berhati-hati dalam bersikap
Terakhir, setiap apapun yang terjadi aku selalu menjadikannya sebagai MOTIVASI menjadi lebih baik dan terus lebih baik. Semoga Tuhan memberi kekuatan untuk menjalankan semua secara konsisten. Amin

“Tidak penting siapa yang TERBAIK, yang penting adalah siapa yang selalu menjalankan harinya dengan LEBIH BAIK.”

Jakarta, 11 November 2006

Jatuh Cinta *berkali-kali*!!

Hubungan yang sukses membutuhkan seseorang untuk jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama (Author Unknown)

Barangkali ini lebih tepat bagi orang yang sudah menikah, dimana frekuensi turun naik perasaan itu seperti gelombang laut. Ketika pasangan kita melakukan kesalahan maka kadang bisa mengikis rasa cinta, dan ketika pasangan kita membahagiakan rasa cinta itu menggelora. Jatuh cinta berkali-kali pada orang sama, pada istri atau suami kita akan membuat hubungan rumah tangga sukses. Ketika kesalahan, khilaf, dan benci terobati dengan kesadaran mencintai kembali ‘apa adanya’
Tapi..ketika masalah jatuh cinta kembali pada orang yang sama *berkali-kali* pada kekasih yang telah *berkali-kali* melukai sepertinya bukan tindakan yang bijaksana. Sebab, dia bukanlah pasangan yang berikrar bersama di hadapan Tuhan bahwa *kami akan selalu bersama dalam suka dan duka sehidup semati* kekasih hati hanya –calon- pasangan yang pada akhirnya membuat kita berikrar hal itu. Dan tidak bijak ketika kita memutuskan menikah dengan orang yang membuat kita kecewa *berkali-kali* apalagi pada kesalahan yang sama.
Di luar tulisan di atas : Juga rasanya tidak bijaksana jika kita jatuh cinta kembali kepada orang yang kita cintai namun dia telah pergi meninggalkan kita.
Kisah sedih ini sempat aku alami, bahkan mungkin beberapa di antara kamu. Aku mencintai mantan kekasihku dalam kurun waktu cukup lama, berharap bahwa dia akan kembali dan tetap setia memberikan hatiku padanya.Jujur saja –hingga kini- bayangannya masih bersama dalam setiap langkahku walau aku tahu dia benar-benar telah pergi..pergi...Ini sungguh bukan tindakan yang bijaksana buatku. Terlebih bayangannya akhirnya menganggu setiap hubunganku dengan orang baru. Entah kenapa, aku sangat mencintai, dan akibat perbuatanku ini -aku seperti- lebih mencintai dia dibandingkan diriku sendiri....ini sangat tidak bijaksana!
Buatku, dia paling sempurna...dan perpisahan kami adalah semua karena kesalahanku....
Ini tidak bijaksana karena aku berkali-kali jatuh cinta pada orang yang sama..orang yang telah pergi..dan tentu saja ini tidak memberikan manfaat apapun untukku justru semakin menenggelamkan aku dalam kesedihan dan penyesalan.
Ini sangat tidak bijaksana! Karenanya jangan kamu lakukan!
Ini sangat tidak bijaksana! Karenanya aku harus berdiri kembali, menegakkan kepala dan berkata, “Aku mencintaimu tanpa harus menunggumu kembali!”

(Untuk mantan kekasihku yang lebih memilih diam saat hatinya terluka walau sangat parah. Maafkan aku!)

Jakarta, 11 November 2006