"Ayah, apa tandanya kalau takaran rezeki dari Allah itu paling pas untuk kita?" Tanya saya pada suami
"Terlihat dari syukur. Bukan dilihat dari berapa banyak atau sedikit tapi rasa syukur kita." Jawabnya
****
"Ayah, apa yang harus kita syukuri dalam hidup kita?" Tanya saya lagi
"Bahagia yang kita rasakan saat dalam rumah. Apapun kondisi yang terjadi, kita tidak pernah kehilangan kehangatan dalam keluarga. Kita kompak." Jawabnya
***
Alhamdulillah, memiliki dirinya sebagai penyempurna hidup saya...

Dewi Iriani, Sosok Ibu yang Terus mengupgrade Diri

 Mengenalnya di social media tidak membuat saya dan Dewi Iriani berjarak. Kami cukup sering berdiskusi masalah penulisan, meskipun hanya melalui inbox di facebook termasuk ketika Dewi akhirnya mendapatkan kesempatan menulis naskah ini.

Dewi Iriani terus menuliskan naskah yang awalnya membuat dia shock "teh, serius 150 halaman spasi 1? Ini pengalaman pertama buat saya, mohon bimbingannya ya, teh" tulisnya di inbox.
Untuk penulis pemula, menulis lebih dari 100 halaman bukan persoalan mudah. Butuh kerja ekstra keras! Tapi saya melihat kesungguhan seorang Dewi Iriani untuk menyelesaikan naskah ini meski harus direvisi beberapa kali sebelum akhirnya masuk ke penerbit Elex Media.


Di tengah revisi terakhir, saya terhentak kaget mendengar kabar bahwa beliau telah menghembuskan nafas terakhirnya. Lantas saya segera mengunjungi rumah beliau dan mengabarkan pada pewarisnya mengenai naskah sang bunda. Mengucapkan berduka cita dengan suara yang gemetar, air mata yang menetes, serta hati yang carut marut tidak mudah. Saya kehilangan Dewi Iriani, seorang penulis berbakat yang tidak pernah mengeluh dalam melukis pahalanya dalam sebuah buku. Dan ternyata beliau adalah seorang ibu yang luar biasa bagi anak semata wayangnya, "mama bercerita bahwa dia sedang menulis buku dan kerapkali saya diminta membaca naskahnya. Saya tahu mama akan jadi penulis buku dan saya ingin melanjutkan mimpinya itu." Ujar remaja di depan saya.


Buku 101 Kesalahan dalam Mendidik Anak ini adalah sejarah baik untuk Dewi, warisan berharga bagi anaknya, serta limpahan pahala kebaikannya kelak. Saya berharap Anda akan merasa terinspirasi mendidik anak dengan lebih baik melalui buku ini, menyadari kesalahan mendidik anak dan memperbaiki langkah kita sebagai orang tua.


Saya mengucapkan terima kasih kepada Nunu El Fasa, salah satu penulis di manajemen Indscript Copywriting yang berkenan melanjutkan revisi buku ini sebagai nilai ibadahnya. Saya berterima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan Dewi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tentu saja, saya mengucapkan terima kasih pada Elex Media atas jalan pembuka pahala bagi Dewi dengan terbitnya buku ini.


Dewi di mata saya adalah seorang ibu yang selalu semangat mengupgrade ilmu, karena itulah buku ini ada di tangan Anda. Nyaman di surga, ya Dewi....

Bandung, 27 Februari 2014

Indari Mastuti
CEO Indscript Copywriting
Indscript.creative@gmail.com

----->mengenang seorang penulis, Dewi Iriani yang meninggalkan kita semua pada saat proses penulisan buku solo pertamanya.

Ammar Reuseup


"Dede mah reuseup seeur tanaman teh, segeur nyak bunda?" Komentar ammar, si bungsu sambil memandang tanaman di teras rumah...

Ooh dede, dirimu tampak dewasa, nak hehehe

Mengubah Perempuan dari Dapurnya

Taman Vertikal
 Pertemuan demi pertemuan dengan para perempuan semakin melecut saya untuk memperbaiki diri dan langkah yang akan ditapaki. Perempuan itu hebat! Dia yang lemah bisa menjadi sangat kuat, dia yang ringkih menjadi sangat kebal, dia yang sensitif bisa sangat berempati. Kuncinya hanya satu yaitu mau terus belajar dan berproses ke arah kebaikan melalui masalah yang menghadangnya.
Berbicara masalah demi masalah ternyata bisa dengan mudahnya diselesaikan jika semua perempuan bergerak ke arah sana. Seperti yang digaungkan oleh Bandung, “ubah bandung bukan dengan caci maki tapi solusi.” Maka dari sinilah saya merasa hidup saya berawal.
 
Saya merasa sangat peduli dengan Bandung, merasa peduli dengan masa depan kami, dan peduli pada setiap persoalan yang ada. Tugas saya kemudian adalah mengubah diri sendiri sebelum mengubah sekeliling saya.
 
Saya tidak enjoy dengan kritik yang disebarkan ke sekeliling, apapun persoalan yang ada. Saya lebih enjoy melakukan aksi nyata mengubah diri dari hal yang paling kecil salah satunya adalah sampah.
Dalam satu pertemuan, seorang kawan mengatakan, “saya pernah dan sering disms pada saat bencana banjir datang. Bunyinya begini; pemerintahan tidak becus mengurusi sampah. Kami kini kebanjiran karena sampah. Kalau saya mendapatkan sms ini, saya pasti marah. Seharusnya sms itu berbunyi, kami kebanjiran gara-gara sampah yang kami buang sembarangan. Kami akan mulai membersihan sampah dan membuang sampah pada tempatnya agar tidak ada banjir lagi.”
 
Persoalan sampah tanggungjawab kita semua. Bukan siapa yang paling bersalah, tapi kita yang memulai penumpukan sampah terjadi dimana-mana dan menjadi sumber bencana.
Keinginan untuk mengubah suatu wilayah amat tidak mungkin, yang harus kita ubah adalah diri kita sendiri, dari hal yang paling mungkin kita lakukan yaitu membuang sampah pada tempatnya. Bukan di bawah jok kursi angkot, bukan di jalanan, bukan di pojokan komplek, bukan di kali, bukan di sungai, bukan ditumpuk di suatu lokasi, bukan, bukan disana tempatnya sampah.
 
Kita bisa memulai dari dapur kita, wahai perempuan. Memilah sampah basah dan sampah kering, mengumpulkannya, membuatnya lebih berguna. 65% sampah di dunia ini berasal dari dapur rumah, dimana perempuan adalah managernya. Bayangkan jika semua dapur menggunakan pengolahan sampah yang benar, maka 65% gundukan sampah menyusut sudah bahkan bisa jadi 99%nya.
 
Maka, mengubah masalah sampah bisa dimulai dengan mengubah perempuan dari dapurnya, bagaimana mereka mengolah sampahnya. Terutama, mengubah diri saya terlebih dulu bagaimana mengolah sampah dengan baik untuk kemudian meneruskan virusnya pada perempuan terdekat di lingkungan saya dan virus itu terus menyebar dari satu perempuan ke perempuan lainnya.
Untuk para perempuan penggiat lingkungan dalam hal pengolahan sampah, salam takjub untukmu. Izinkan saya mengikuti langkahmu!

Test SD Nanit

Moment spesial bersama Nanit sore tadi
 Untuk masuk SD saja ternyata ada banyak test yang harus dilakukan Nanit. Salah satunya berbagai pertanyaan mengenai kebiasaan, karakter, dan hubungan dengan orang tua.

Bunda: apa kebiasaan paling menonjol di rumah? *saya membacakan pertanyaan
Nanit: hemmm
Bunda: jawab aja kentuuut ya, nit woahahaha
Nanit: weeee bundaaaaaa

Mental Positif

Yang paling penting di dunia bisnis adalah MEMPERTAHANKAN MENTAL POSITIF, sebab goncangan dan rintangan bukan hanya satu, dua, atau tiga kali terjadi tapi bisa beberapa kali bahkan berulang kali terjadi. Mental positif membantu kita tetap BERSEMANGAT melangkah dan TENANG mengatur rencana...

Fokus Anda pada hal yang POSITIF bukan untuk sesuatu yang Anda anggap NEGATIF...

Jangan cari ALASAN untuk MEMBENCI tapi carilah alasan untuk tetap MENCINTAI. Jika fokus Anda pada KEKURANGAN dan KEBURUKAN maka Anda tidak akan BELAJAR untuk lebih SUKSES dari sekarang....

Untuk sebuah SUKSES BESAR kerapkali kita akan menghadapi RINTANGAN BESAR dan COBAAN BESAR. Maka, teruslah mencapai sukses besar dengan melalui keduanya....

Percayakah Anda bahwa apa yang Anda baca akan memengaruhi cara Anda BERPIKIR dan BERTINDAK?


ALLAH Menurunkan Armada-Nya


Ketika selesai mengantar Nanit ke sekolah, saya berjalan menuju pulang dan seseorang memanggil saya. "Teh, saya pingin ngobrol"

Kami lalu mengobrol, ternyata beliau salah satu aktivis di lingkungan kami dan sedang merencanakan untuk membuat rencana pembaharuan lingkungan dengan menyelenggarakan pembuatan halaman khusus bermain anak, penghijauan, serta pembinaan masyarakat mengenai sampah.

"Kami ingin bekerjasama dengan teteh. Bisakah? Kami sering mengintip rumah teteh tapi canggung untuk datang. Sungkan, takut teteh sibuk. Kami siap membantu dan bekerjasama mewujudkan lingkungan kita lebih baik dan terus membaik." ujarnya dan dia mengatakan bahwa anggota Karang Taruna dan pemuda di lingkungan kami siap berkolaborasi
Saya sungguh terkejut, tiba-tiba Allah menurunkan armadanya sedemikian banyak.

Dan, kami akan bekerjasama membangun lingkungan kami menuju RW JUARA ekh BANDUNG JUARA

Bismillah, kolaborasi dengan anak-anak muda

Bukan Sosialita tapi SosialKita

Saya tidak akan menyebutkan namanya, sebab saya hanya ingin menyebarkan inspirasinya tentang cerita beliau atas izinnya menceritakan tanpa perlu mengupas namanya.
Saya mengenalnya dalam satu pertemuan dan tiba-tiba kami dekat satu sama lain. Ketika saya berkunjung ke Jakarta, kami bertemu, tidak tanggung-tanggung seharian, beliau mengikuti setiap meeting yang saya lakukan selama di Ibu Kota.
Dalam 3 bulan mengenalnya dan 3 kali pertemuan intens saya yakin dia adalah partner yang bisa menjalankan beberapa project yang didapatkan.
Beliau istimewa!
 
Kami berbicara tentang life style perempuan masa kini. Mall, baju mahal, gadget, arisan, serba asisten rumah tangga, salon, dan banyak hal lainnya.
“Kasihan perempuan yang tergerus pergaulan, dia akan tersiksa sebab ada uang tidak ada uang dia musti beli hermes baru. Tapi uang mungkin selalu ada, jatuhnya hanya mubazir. Jika uang itu digunakan yang lain akan lebih menguntungkan. Penggunaan kartu kreditpun membengkak tidak kira-kira, ini juga merepotkan.” Ujarnya sambil menyantap makanan.
 
Obrolan kami memang selalu asyik. Saya menganggap beliau cerdas, bijak, dewasa, dan menyamankan. Mungkin juga karena basic pendidikan beliau di bidang magister psikologi membuat banyak hal dipandang dalam sudut humanisme yang proporsional.
Tidak jarang, beliau memberi masukan atas banyak hal. Karena kekonyolan saya merasa sudah dekat, saya izin, “aku panggil nama ya, nggak perlu pake embel-embel mbak?” Tanya saya. Dan lalu kami saling memanggil nama, meski beliau bilang, “saya sungkan karena wibawamu.” Tsyaaaaaah saya geliiii….
Kami ya kami kemudian menjadi satu….
 
Satu waktu dalam satu kunjungan ke Jakarta, saya ternyata harus menginap dan beliau menawarkan menginap di rumahnya. Oke, saya menginap…
Dari situlah saya tahu identitasnya lebih lengkap. My God, beliau lebih tua dari saya dan beliau adalah istri seorang Senior Vice Presiden sebuah Bank terkemuka…haaaaa….
“Tetap panggil saya nama, nggak perlu pake mbak” ujarnya. Xixixix….saya cekikikan.
Untuk seseorang seperti beliau, saya acungkan jempol. Ada di lingkungan perempuan tingkat atas dengan pergaulan yang berada di level atas tetap membuat beliau membumi luar biasa.
“Saya menyukai cara saya. Tetap mengurus anak sendirian, menyelesaikan pekerjaan rumah, bersosialisasi dengan banyak kalangan, membangun potensi diri yang bermanfaat, berbagi, menulis, menghabiskan banyak waktu di rumah, dan semua hal yang bisa dilakukan bersama-sama dengan perempuan lainnya.” Ujarnya.
 
Untuk seseorang dengan level sosial ekonomi seperti beliau, orang sering menyebutnya dengan sosialita, tetapi beliau adalah sosial-kita. Sebab saya mengamati sepanjang pertemuan perjalanan kami bersama ternyata beliau rajin sekali membagikan makanan dan oleh-oleh pada semua orang, diam-diam menjadi donatur sosial, dan aktivitas lainnya yang lebih bermanfaat dibandingkan membeli produk mahal yang sebetulnya bisa beliau beli.
Ya, menjadi sosialita dengan segala kemewahannya memang adalah pilihan masing-masing perempuan, termasuk ketika kitapun akhirnya memilih menjadi sosialkita…
 
Anda pilih yang mana?

IIDN: Ibu-Ibu Doyan NgasuhAnak


Nanit putri sulung saya merupakan anak yang sangat kritis. Setiap yang dia lihat, dengar, dan rasakan selalu berakhir pada sebuah pertanyaan. Kerapkali saya merasa kewalahan menjawab pertanyaannya . Berikut ini adalah 2 kejadian lucu dari tingkah Nanit 
*Karena Nanit berbahasa sunda maka percakapan ini sudah saya translate ke bahasa Indonesia 

===Ketika saya sedang masak========

Nanit: Bun, kalau IIDN artinya Ibu-ibu Doyan Nulis?
Bunda: Iya
Nanit: Kalau gitu bunda bikin aja lagi Ibu-ibu Doyan masak
Bunda: 

===Ketika saya sedang bermain dengan Nanit dan Ammar===

Nanit: Bun, IIDN itu kalau sekarang udah berubah singkatannya jadi Ibu-ibu Doyan NgasuhAnak
Bunda: *()&^%#@@

Saya Ingin Bertemu Ibu Presiden



Entah kenapa, ya entah kenapa setelah saya semakin intens bertemu dengan para perempuan hebat diseluruh negeri, keinginan saya bertemu ibu presiden semakin memuncak.
Saya semakin aktif menulis kiprah perempuan Indonesia dengan berbagai aktivitasnya yang bisa berbagi inspirasi bagi perempuan lainnya adalah karena sebelumnya bertemu mereka bukan hasil googling atau membaca. Metode bertemu dan menuliskannya secara langsung menjadi sesuatu yang lebih “bernyawa” bagi saya.
 
Itulah kenapa saya tidak pernah ikut hingar bingar memprotes melalu tulisan ketika begitu banyak yang menyoroti hobi baru Ibu Presiden main intagram dan fotografi yang dianggap nggak “berempati” dengan kondisi negara kita. Saya tidak mengulas atau menshare sama sekali namun saya mengamati kegiatan Ibu no satu di Indonesia itu dengan penuh semangat. Termasuk ketika saya membaca Kompas beberapa hari lalu, dan melihat Ibu Presiden membidik aktivitas seorang perempuan dengan kameranya. Saya tersenyum senang…saya merasakan aura tertentu melihatnya dan saya ingin bertemu dengan beliau.
 
 
Saya merasa bahwa sudah saatnya perempuan mengenali Ibu Presiden kita lebih dekat, bukan hanya dari media, bukan dari kritik yang berhamburan kepadanya, bukan pula berkenalan di social media termasuk instagram yang memicu kontroversi pada setiap jawaban beliau yang dianggap “sinis’. Saya ingin menuliskan Ibu Presiden dengan cara saya ketika saya sudah bertemu dengannya. 
Saya ingin tahu apa mimpi besar beliau sebagai ibu negara, bagaimana keseharian beliau sebagai ibu rumah tangga, bagaimana cara beliau berdiskusi dengan perempuan yang bukan siapa-siapa, apa yang membuat beliau menyukai fotografi, apa tanggapan beliau atas segala musibah di Indonesia, apa kesan beliau mendampingi orang nomor satu di Indonesia, saya ingin mengenalnya lebih jauh dan merasa harus sangat obyektif menilai beliau dari kacamata saya sebagai perempuan.
 
Saya ingin bertemu dengan Ibu Presiden dan merasakan aura positifnya lebih dekat. Dan, jika kelak bertemu, saya akan membagikannya pada Anda…

#berbagi dengan para perempuan



Kunjungan ibu Wakil Walikota Bandung


Tadi pagi, tiba-tiba saya diSMS beliau mengabarkan kalau beliau ingin berkunjung ke Sekolah Perempuan. Waduuuh....ini sidak namanya hehehe

Berhubung jadwal hari ini adalah mengurus perpanjangan pasport, saya tetap berangkat dan tetap memantau pertemuan kami, "bu, saya masih di kantor imigrasi, setelah selesai langsung cepat pulang." Sms saya pada beliau ketika melihat jarum jam makin merapat ke angka 11. Meski antrian panjang, saya berdoa semoga saya tetap bisa bertemu dengan beliau dan tidak telat bertemu...jangan sampai beliau menunggu saya di rumah, waktu beliau sangat padat.



Alhamdulillah, akhirnya jam 11.30 tepat rumah saya sekaligus rumah berbagai aktivitas perempuan dikunjungi beliau. Makan siang malah kami lewatkan sejenak karena ibu wawakil berkata, "saya ingin mengobrol dulu dengan mbak indari." Aduuuh saya jadi maluuu...


Dan...di akhir perjumpaan kami, kami saling memberi doa, menguatkan langkah, serta menyeruput masing-masing pengalaman.


Saya semakin yakin, dunia hanya bisa diubah ketika semua orang saling bersinergi, terutama para perempuan...

Terimakasih atas kunjungannya bu....

Partai Persatuan Perempuan

Dalam setiap obrolan dengan para perempuan, kerapkali saya mencuri inspirasi kisah mereka lalu mencoba menerapkannya dalam keseharian. Misalnya ketika saya bertemu dengan Rina Dewi Lina, seorang Financial Planner yang juga mengisi program UANG ANDA di TVRI, saya mencuri kebiasaannya menabung yang kini mulai dijalankan oleh keluarga kecil saya.
 
Saya mencuri ilmu kesederhanaan yang dijalankan oleh ibu kost saya saat saya tinggal di Jogjakarta. Saya memanggilnya yuntit. Beliau adalah seorang perempuan yang tidak pernah berangan mendapatkan sesuatu yang lebih dari hidupnya sekarang, “jalankan saja yang sudah didapatkan dengan sukacita dan kita akana bahagia.” Ujarnya. Perempuan yang sangat mungil ini sudah saya anggap selayakanya ibu saya sendiri, tak pernah absen saya menjenguknya saat saya bertandang ke Jogja.
 
Perempuan pemaaf sebutan saya pada popoh Wong Nyuk Yun. Istri dari pengusaha Gouw Tjioeng Yun yang kisah hidup keluarganya saya tulis. Saya terkesan dengan perjalanan hidup popoh dan menjadi inspirasi daya untuk senantiasa memaafkan.
 
Namun, yang paling dasyat adalah getaran yang saya rasakan tadi malam. Ketika saya menonton sosok walikota Surabaya, Ibu Risma di mata najwa melalui youtube. Talkshow ini terlewatkan beberapa hari lalu. Saya menonton dengan penuh semangat. Ingin menyeruput energi positif yang sering saya dengar dari kerabat dan kawan ketika saya bertandang ke Surabaya. Auranya positifnya dalam menyelesaikan berbagai persoalan kota metropolitan setelah Jakarta itu ternyata tidak mampu menghalau energi negatif yang hadir menggoyangkan langkahnya. Ibu walikota ini akhirnya memunculkan sisi kewanitaannya yang lembut dan meneteskan air mata ketika menceritakan satu persatu tantangan, hambatan, dan tekanan yang dia dapatkan, “saya sudah melakukan semua dengan sebaik-baiknya.” Begitu katanya.
 
Melihat perempuan, dari berbagai sisi baik kelemahannya hingga keunggulannya saya semakin yakin bahwa jika memang satu perempuan dengan perempuan lainnya saling mengisi maka akan tumbuh perempuan yang kuat dan mengubah dunia. Perempuan yang sedang berjuang untuk rakyat, harus didorong oleh kekuatan perempuan lainnya. Perempuan yang kuat, harus memberi energi pada perempuan yang lemah. Perempuan yang cerdas berbagai kecerdasan pada perempuan yang minim informasi. Perempuan yang hebat menyebarkan auranya pada mereka yang tertatih dalam hidupnya.
Ya, perempuan harus saling MENGINSPIRASI dan MENGUATKAN satu sama lain, bukan MELEMAHKAN satu perempuan dengan perempuan lain.
 
Terbayangkah jika itu terjadi? Pasti Partai Persatuan Perempuan akan menjadi partai besar dan kokoh di Indonesia :)
#social media menjadi salah satu alat mempertemukan kekuatan perempuan dari seluruh Indonesia

Perempuan Itu Powerfull !

Pertemuan saya dengan beberapa perempuan pendiri komunitas di majalah Noor semakin membuat saya kaya akan informasi seputar perempuan. Ibu Tila, founder majalah Noor begitu gamblang menggambarkan tentang perempuan muslimah di Indonesia.
 
Konsep majalah Noor yang lahir untuk syar’i  kini mengangkat metode bergandengan dengan seluruh muslimah lainnya. Maka, undangan yang diberikan pada saya Senin kemarin langsung saya respon dengan baik terlebih diskusi ini mengenai social media. Dimana selama hampir empat tahun ini saya banyak berinteraksi dengan social media, yaitu facebook.
 
Facebook bisa jadi memang menjadi ajang pengubahan hidup dalam hal bisnis dan jejaring. Fatmah Bahalwan, founder dari Natural Cooking Club yang sudah didirikan lebih dari 9 tahun banyak berbicara tentang bagaimana mensosialisasikan mengenai makanan halal yang dibuat dari rumah. Beliau sendiri menggunakan media milis untuk membangun komunitasnya dengan jumlah anggota 17 ribu orang.  Penerima 3 MURI ini sangat fokus dengan komunitas perempuan di bidang kuliner.
Ada pula Indah Julianti Sibarani, founder dari Kumpulan Emak Blogger ini fokus pada edukasi dan pencerdasan perempuan melalui media blogger. Beliau yang memang saya kenal cukup lama, memang sudah menjadi salah satu perempuan yang cukup aktif dalam berjejaring sosial baik di twitter, facebook, hingga blog. jujur, saya pun kembali bersemangat mengisi blog kembali ketika mulai mengenal KEB. Saya yang seorang penulis artikel sejak tahun 1996, nulis buku sejak 2004 akhirnya euforia fokus menulis buku dan melupakan menulis artikel. Padahal sejak tahun 2004 saya ngeblog dan menceritakan banyak hal di blog. Tapi kebiasaan ini nyaris hilang karena lebih memilih profesi sebagai penulis buku dan mulai disibukkan dengan aktivitas bisnis di bidang agensi naskah.
Nining  Irianingsih, Redaktur Pelaksana majalah Noor mengatakan bahwa dengan adanya pertemuan antar perempuan yang difasilitasi oleh majalah Noor diharapkan bisa membangun jejaring antar perempuan, saling menginspirasi satu sama lainnya.
 
“Perempuan itu powerfull apalagi jika kekuatannya disatukan.” Ujar ibu Tila.
Ada 3 perempuan yang diundang saat ini yaitu saya, Fatmah Bahalwan, dan Indah Julianti Sibarani. Kami berharap pertemuan ini akan menghadirkan kolaborasi untuk membuat perempuan lebih powerfull.
 
“Tugas kita sebagai founder komunitas adalah FOKUS, berhenti untuk memikirkan serangan negatif yang diberikan pada kita. Tetaplah positif. Buktikan saja prestasi-prestasi kita.” (Fatmah Bahalwan, Founder Natural Cooking Club)

Dibully Nggak Selalu Berakhir TRAGIS!


 “Karena marah aku membuat diriku terus melesat menjadi yang terhebat” (Tantia Dian)

Bertemu dengan Tantia bagi saya amat berharga. Saya bisa mendengarkan secara langsung bagaimana seorang anak yang selama di sekolahnya dibully bisa menjadi sangat hebat kini.
Menurutnya, peristiwa dibully bukan hanya didapatkan saat kecil, tapi di semua tingkatan pendidikan mulai SD hingga kuliah, Tantia mendapatkan perlakuan tidak adil.
Alasan bullynya macam-macam, tapi yang jelas Tantia merasa karena dia memang berbeda, “bahkan dalam kemenangan kompetisi yang aku lakukanpun menjadi celah untuk dibully. Aku dianggap perempuan yang untuk menang kompetisi akan melakukan banyak cara. Padahal tentu saja tidak! Dalam banyak hal aku menang karena aku melakukannya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.” Ujarnya.
Ada banyak cara orang membully orang lain dan ada jutaan alasan melakukannya. Pembahasan tentang bully tidak ada habis-habisnya terutama di dunia maya, dimana semua orang bebas untuk berkata lisan melalui tulisan pada orang lain yang bahkan bertemu dengannya pun belum pernah.
Satu hal yang menarik ketika saya bertanya pada Tantia, “laki-laki atau perempuan yang lebih banyak membullymu?” Dan dia menjawab dengan tegas, “perempuan!”. Hati saya tiba-tiba merasa teriris mendengarnya. Kenapa harus perempuan? Kenapa perempuan harus menyakiti perempuan lainnya? Kenapa perempuan tidak saling melindungi, saling berbangga hati, dan saling mendukung satu sama lain?
“Menurutku perempuan memang rentan dalam kaitan persaingan. Aku menganggap itu hanyalah wajah dari sebuah ketidakmampuan untuk bersaing dengan sehat.” Ujar Tantia.
Tantia merupakan perempuan muda yang sangat berprestasi. Sejak kecil sudah memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Semasa sekolah selalu menjadi juara dan menjadi mahasiswi teladan tingkat nasional. Tantia memenangkan begitu banyak kompetisi bergengsi dan mendapatkan beasiswa dari 5 negara. Kini, dia mengemban tugas sebagai Vice President Business Development TouchPoint sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi yang akan digunakan di mall sebagai mesin pencari lokasi berbentuk iphone raksasa.
Tidak main-main dengan mimpi yang akan dibangunnya bersama Touchpoint, “kelak semua mall di Indonesia akan menggunakan produk kami. Fasilitas yang diberikan bukan hanya memudahkan pengunjung tapi juga memberikan benefit lebih pada tenan di mall karena produknya semakin dikenaliy yang pengunjung dan bagi mall menjadi tambahan penghasilan yang produktif dengan sistem advertising yang kami terapkan dalam touchpoint” gadis berusia 23 tahun ini selalu berbinar jika berbicara tentang masa depan bisnis yang dijalankannya kini.
“Lalu, apa mimpimu selanjutnya?” Tanya saya. Dengan penuh semangat gadis berambut pendek itu berkata, “saya akan segera jadi profesor.”
Dan saya mengguman dalam hati bahwa masa lalu yang buruk tidak menjamin masa depan sama buruknya, sebab keputusan mengubah masa depan ada di tangan kita. Ya, dibully ternyata tidak selalu berakhir tragis, justru karena bully yang diterimanya Tantia menjadi perempuan muda perkasa dan luar biasa!

Rumah Tanpa Asisten Rumah Tangga ala Ibu Wakil Walikota

 
Bertemu dengan ibu wakil walikota Bandung membuat saya terinspirasi untuk meneruskan kegiatan domestik di rumah tanpa asisten rumah tangga. Ya, sudah lebih dari 6 bulan ini memang semua dilakukan tanpa asisten rumah tangga, saya dan suami berbagi peran dalam urusan rumah. Awalnya kehilangan asiten bikin galau, ada kekhawatiran kalau dari satu kegiatan kegiatan lainnya akan saling menguras energi —– ternyata tidak!
 
Perihal tidak ada asisten rumah tangga bukan hanya urusan pilihan tapi juga krisis asisten yang sesuai dengan kriteria masing-masing orang semakin meleset dari harapan. Asisten rumah tangga saat ini lebih banyak bikin pusing daripadada bikin happy. Misalnya saja karena kurang perhatian pada anak, sms atau telponan sepanjang hari, kurang jujur, hingga berbagai keluhan lainnya. Saya jadi menyakini bahwa krisis saat ini mencakup salahnsatunya krisis attitude.
 
Menilik kembali percakapan dengan ibu wakil walikota bandung, saya yang kebetulan datang bersama team Sekolah Perempuan terkagum-kagum dengan prinsipnya tidak menggunakan asisten rumah tangga, “justru saya menikmati rasa lelah sebagi puncak terbaik kreativitas. Kadang saya bisa terpikirkan ide terbaik menulis pidato saat sedang memasak.” Ujarnya.
Dengan aktivitas yang padat seperti mengurus 7 anak, rumah dengan 9 kamar, memasak untuk begitu banyak orang, mencuci, mengepel, dan aktivitas domestik lainnya ternyata tidak membuat beliau luput mengerjakan kegiatan lain untuk dirinya sendiri, ” saya masih punya waktu untuk belajar, berkunjung, melakukan aktivitas sosial, dan menyelesaikan membaca Al-Qur’an 3 juz setiap hari.” Ujar beliau dengan senyum mengembang.
 
Kami semua yang hadir dalam pertemuan singkat berdecak kagum pada beliau dan inilah yang semakin menguatkan saya untuk menjalankan apapun darirumah baik bisnis, keluarga, dan aktivitas lainnya tanpa asisten rumah tangga, “tidak ada yang namanya krisis asisten rumah tangga, yang ada sepertinya krisis gaya hidup ke serba asisten, serba mbak dan bibi padahal kunci dari semuanya bukan seberapa sibuk kita tapi manajemen waktu yang baik membuat kesibukan apapun bisa teratasi dengan baik.” Ujar salah satu kawan.
 
Lantas, Anda siap hidup tanpa asisten rumah tangga?

Tomat berbuaaah....mari bergayaaaa

Horeee tomatnya berbuah...
Dua gaya kakak beradik yang berbeda




#menikmatipagi
#menanamsayurbuah

101 Mimpi diantara Ribuan Pengalaman Meraihnya! ^^

Sejak kecil saya termasuk anak yang banyak mau dan banyak mimpi :)). Saya suka menuliskan apa saja yang saya rasakan, inginkan, dan saya alami. Kalo bicara masalah keinginan, jangan tanya deh berapa banyak tulisan yang menyatakan dengan tegas keinginan saya, termasuk salah satunya menjadi seorang PENULIS!

Dalam buku harian kelas 4 SD dengan huruf kapital, saya menulis "AKU AKAN JADI SEORANG PENULIS TERKENAL!" wkwkwkwkwk...geli banget deh kalo ngebaca lagi tuh tulisan :)). Mungkin saja pada saat itu saya sama sekali tidak tahu bagaimana caranya menjadi seorang penulis, tapi mungkin karena buku-buku dan majalah anak "BOBO" yang jadi santapan tiap hari bikin saya ngiler untuk jadi bagian di dalam buku/majalah yang saya baca...wekweeew ^^

Beranjak remaja mimpi saya makin 'liar'...lagi-lagi buku harianlah yang mendokumentasikan semua keinginan saya, lagi-lagi ya geli juga kalo baca tuh buku harian hehehe...tapi, mau nggak mau banyaknya mimpi itulah yang melecut saya untuk terus berjuang dalam berbagai keadaan ~baik pahit atau manis~

Saya akhirnya membuat sebuah untaian mimpi yang terangkum dalam 101 MIMPI YANG AKAN SAYA RAIH!! Catatan dengan spidol berwarna hijau itu nampak melambai-lambai untuk segera diwujudkan. Percaya atau tidak, dengan catatan itulah semangat saya senantiasa membara. 101 MIMPI!

Waktu bergulir cepat...saya beranjak dewasa, menua, dan terus melangkah! Setiap satu pencapaian, saya buka kembali catatan 101 MIMPI...dan tanpa saya sadari satu persatu mimpi itu terwujud! Kini, lebih dari 50% mimpi sudah bisa saya capai, mulai dari hal kecil hingga hal yang "mungkin" pada saat menuliskannya saya bertanya pada diri "Emang gue bisa gitu?!" Tapi, dasar saya pede saya selalu bilang YA, SAYA BISA!

Bagaimanapun juga, satu hal yang hingga hari ini saya syukuri adalah bahwa saya tidak pernah berhenti menyakini bahwa apapun yang ingin saya RAIH pasti bisa saya RAIH jika saya MAU mengusahakannya dan YAKIN mendapatkannya!

Banyak kejadian dalam hidup saya yang tidak bisa saya lupakan begitu saja, baik yang pahit ataupun yang manis. Biasanya setiap kejadian pahit justru akan melecut saya untuk mewujudkan mimpi lebih cepat, yang manis kerapkali tidak membuat saya terlena justru membuat saya makin yakin untuk melangkah agar mendapatkan yang lebih manis hehehe...

Waktu terus bergulir, usia terus bertambah, dan puji syukur Allah melimpahi begitu banyak kekuatan untuk saya berjalan tegak, untuk bangun kembali ketika terjatuh, untuk mengusap air mata ketika menangis, untuk berbesar hati ketika kecewa menghampiri, untuk melepaskan dengan ikhlas ketika yang disayangi harus pergi, dan untuk tetap tersenyum dalam berbagai kondisi!

Ada 101 mimpi yang ingin saya raih, tapi ada ribuan pengalaman yang hadir ketika akan meraihnya. Bismillah....tetap berjuang, melangkah, dan semangat! ^^

Perempuan yang Setiap Jengkalnya Produktif

 
Menikmati setiap jengkal rumah tinggal Rita Sukendar memberi saya inspirasi, “rumah yang sangat produktif” batin saya takjub.
Pertemuan dengan beliau diawali oleh perkenalan langsung karena sahabat sekaligus pembina komunitas perempuan Ibu-ibu Doyan Nulis, Dina Sudjana. Lantas, dengan undangan non formal beliau datang berkunjung ke Sekolah Perempuan untuk sharing tentang dunia politik bagi perempuan. Sharingnya menginspirasi, “masuknya saya ke dunia politik karena kepedulian sebagai perempuan. Banyak hal di negara kita yang membutuhkan campur tangan perempuan dengan segala potensinya.”
“Teh, jangan lupa kita saling terkoneksi terus ya, saling sharing.” Pinta saya setelah beliau sharing. “Tentu saja, apalagi kita berteman di facebook. Saya tahu kok aktivitas yang dilakukan teh Iin, mengamati…” Ujarnya.
 
What? Maluuu deh saya saat itu. Tapi, ya, kemudian kami memang bersahabat baik. Sebagai sosok yang sudah berpengalaman, saya menjadikan beliau salah satu orang yang saya jadikan pegangan nasihatnya untuk beragam masalah dalam berorganisasi pun berkomunitas.
Dan….sayapun makin kagum tatkala mengunjungi kediamannya. Dari pertama datang kesana saya langsung menangkap kesan “produktif”. Selain sempat mengamati sebentar radio Litasari FM dimana beliau adalah pemiliknya, saya mendapati halaman rumah yang disulap menjadi cafe mini dengan sajian aneka bakso.
 
Perempuan dengan setiap jengkal produktif rasanya pantas disematkan pada beliau. Perempuan yang tidak takut terlibat dalam politik karena kepeduliannya, perempuan dengan kemampuan dakwah yang mengagumkan, perempuan cerdas yang tahun batasan dalam rumah, sosial, agama, serta perempuan yang tidak pernah berpikir negatif pada situasi yang negatif.
 
Saya juga masih ingat pesannya dalam satu percakapan singkat, “tidak semua kebaikan direspon dengan baik, hal yang harus kita siapkan ketika langkah baik direspon dengan buruk adalah bercermin pada perjuangan nabi Muhammad. Bahkan seorang yang sudah dijamin masuk surga pun masih tetap menerima cacian dan hinaan dari manusia. Lantas, bagaimana dengan kita? Jadi lakukan yang terbaik, melangkah dengan baik, dan teruslah berpikir baik.” Ujarnya menenangkan.
Subhanallah….wahai perempuan, indahnya akhlakmu….

#karya para ibu

PEREMPUAN, JANGAN MENUNDA MEMBERSIHKAN RUMAH

 
Saya masih tergelitik dengan ucapan salah satu alumni Sekolah Perempuan, Ida Susanti, “suami memuji saya. Belajar di Sekolah Perempuan bukan hanya jadi pandai menulis tapi juga jadi pandai membersihkan rumah.” Ujarnya dan kata-kata itu langsung membuat kami yang yang sedang berkumpul tertawa terbahak-bahak.
 
Menurut Ida yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan dan sosial ini, aktivitas membersihkan rumah sering jadi urutan terakhir dalam kegiatan hariannya. Ida yang juga pendongeng, pengelola rumah singgah, dan trainer di bidang dongeng merasa bahwa waktunya habis di luar rumah, “sampai rumah capek banget….” Lanjutnya
 
Lantas kemudian beliau mulai berpikir saat mulai serius menulis buku, “awalnya saya hanya kaget aja, teh indari kok bisa punya rumah rapih padahal nggak ada asisten rumah tangga dan kegiatan teteh pasti jauh lebih banyak dari saya. Saya enjoy kalau masuk kelas Sekolah Perempuan, ide jadi buanyak. Nah, pas nyampe rumah, saya jadi penat mau nulis karena mungkin rumah berantakan. Dari situlah saya mulai membersihkan rumah. Habis bersih-bersih, ide langsung berloncatan keluar dan akhirnya lancaaaar nulis.”ujarnya lagi.
 
Hal inilah yang kemudian memancing sang suami untuk memuji. Siapa yang tidak bangga pada Ida Susanti, sosok ibu serba bisa ini bukan hanya aktivis sosial yang lembut tapi juga tidak pernah lelah berbagi hal baik pada sekelilingnya.
Keinginannya untuk belajarpun sangat tinggi. Di usianya yang tidak muda, Beliau tercatat sebagai salah satu mahasiswi Univesitas di Bandung, menjadi host untuk kegiatan mendongeng di televisi, serta memulai karirnya sebagai penulis buku.
Saya melihat aktivitas domestik perempuan memang tidak ada habis-habisnya, sehingga pilihan untuk kemudian beraktivitas di dunia luar rumah, misalnya bekerja atau bersosialisasi kerapkali membuat perannya bertambah berat, “pasti akan ada yang dikorbankan karena satu waktu mengerjakan banyak hal.” Ujar salah satu sahabat saya ketika kami berdiskusi tentang multiperan perempuan.
 
Bukan hanya Ida Susanti, mungkin banyak perempuan lain yang akan ngos-ngosan mengejar aktivitas satu ke aktivitas lainnya, termasuk saya. Maka, dengan multiperan inilah lagi-lagi saya menggunakan manajemen waktu. Pagi saya akan mengerjakan apa, siang apa, sore apa, dan malam apa. Ada 183 to do list yang kini harus saya kerjakan setiap hari, mulai dari mengirimkan email untuk klien, menyapa grup, menulis, membalas email, mengecek produksi naskah, hingga aktivitas menyapu, menyiram tanaman, memandikan anak, mencuci piring, menyiapkan sarapan, dan aktivitas lainnya.
 
Bersyukur menjadi perempuan, kita semua bisa menjalankan multiperan dengan baik. Kita bisa menelpon sambil memasak, menulis sambil gendong anak, membaca sambil menemani bermain, menyiram bunga sambil memandikan anak (saya kadang mandiin anak di luar rumah sambil nyiram bunga untuk seru-seruan), dan aktivitas lain yang mungkin tidak akan mampu dikerjakan laki-laki.
Selain manajemen waktu, salah satu hal yang harus dikerjakan perempuan adalah tidak menunda-nunda. Tidak menunda setrikaan menggunung, tidak menunda rumah berdebu, tidak menunda aktivitas yang akan membuat rumah menjadi terlihat tidak nyaman.
Jadi, selamat menjalankan multiperan Anda dan mari berbagi inspirasi.
 
#Siswi Sekolah Perempuan
#www.sekolahperempuan.com

BELAJAR ALA PEREMPUAN

 
Selalu menarik kalau berbicara masalah perempuan. Itu sebabnya saya yang perempuan sangat tertarik mengulas tentang perempuan karena sayapun bisa belajar dari perempuan lainnya.
Saya belajar tentang banyak hal kaitannya dengan interaksi dengan para perempuan. Tidak melulu tentang bisnis tapi juga mengenai keikhlasan dan etika pergaulan. Saya mengenal banyak perempuan hebat dalam banyak hal dan saya belajar darisana.
 
Saya mengenal keihklasan uni Rachmi seorang perempuan penderita lupus yang terus berjuang atas hidupnya dengan ikhlas, “saya ikhlas menerima semua teh, kalau tidak ikhlas sekarang kapan lagi?” Dan setiap bertemu dengannya hati saya selalu bergetar, “belum tentu saya bisa seikhlas dan setegar uni jika menerima cobaan seberat uni.” 
 
Perjuangan perempuan tangguh saya pelajari dari mertua saya, bagaimana mendidik ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang, “alasan mama tidak menikah lagi meski ditinggalkan suami pada usia yang masih muda karena anak. Anak jauh lebuh berharga. Mama membesarkan ketiga anak mama dengan keringat yang hampir habis, dengan darah yang stoknya hampir menipis. Mama ikhlas untuk anak dan kini anak-anaklah yang menjadi tempat mama di masa tua.”
 
Keikhlasan dua perempuan itu membuat saya bekajar untuk ikhlas dan terus ikhlas. Keihklasan yang berbuah sukses pun terjadi pada Fifie Rahardja. Pengusaha perhiasan ini tidak dilahirkan dalam keluarga sukses, hanya dari keluarga petani tetapi, “saya tidak menghujat kemiskinan, justru kemiskinan membuat saya berpikir untuk naik tangga selanjutnya. Saya berpikir untuk terus menggali potensi diri untuk masa depan lebih baik. Ketika saya menikah, saya menyakinkan diri saya agar saya menjadi istri yang memberikan berkat bagi keluarga saya dan keluarga suami, bukan membuat susah.” Akhirnya, Fifie memang menjadi seseorang yang patut dibanggakan.
Selain ketiga perempuan itu saya lambat laun belajar tentang politik pada Rita Sukendar salah satu perempuan lembut yang amat kuat menghadapi gejolak di dunia politik. Menurutnya perempuan harus melek politik dan jangan takut untuk terjun ke dunia politik. 
 
Belajar di dunia organisasi saya dapatkan dari Dina Sudjana. Perempuan yang saya kagumi ini merupakan aktivis perempuan dalam hal makanan halal. 5 tahun tinggal Jepang membuat beliau semakin kuat menyakini peran perempuan dalam berbagai sisi tanpa menghilangkan tugasnya sebagai ibu. Keinginan terbesarnya adalah membangun universitas perempuan di Indonesia, “perempuan haru berkembang dengan kekuatan akarnya dari rumah.”
 
Dua perempuan yang saya bekajar banyak tentang membangun keluarga yang luar biasa saya dapatkan dari Candra Nila dan Abyz Wigati. Saya beberapa kali mengamati bagaimana tutur, sikap, dan cerita baik secara lisan, tulisan, serta tertangkap mata saya bahwa mereka adalah sosok perempuan, ibu, dan istri yang seharusnya kita belajar bagaimana menempatkan suami dan anak-anak dengan sebaik-baiknya.
 
Presda sari menarik bagi saya. Ibu dua anak ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan memiliki mimpi besar untuk mewujudkan bisnisnya lebih baik. Saya belajar darinya tentang kegigihannya belajar tentang apa saja termasuk bagaimana memelajari sosial media padahal sebelumnya menjadi perempuan yang sama sekali tidak tahu akan hal ini, “saya belajar dari google.” Luar biasa!
 
Ada banyak perempuan yang membuat saya kagum. Kekaguman yang tidak pernah habis-habisnya. Pergaulan dengan perempuan membuat saya bangga menjadi perempuan. Terlepas dari kebanggaan saya pada perempuan, ada satu sisi yang juga saya mencoba mematahkannya  di kalangan para perempuan yaitu sisi sensitif perempuan yang kerapkali merasa harus bersaing dengan perempuan lainnya. Persaingan yang kerapkali berujung pada permusuhan, antipati, dan iri hati. Jika tiga hal ini sudah menguasai perempuan maka menurut saya mereka akan berhenti belajar dari kehebatan perempuan lainnya.

#perempuan hebat yang saya kenal
#Abyz Wigati

Kenali Bisnis Sebelum Memulai Bisnis

 
Setiap bertemu dengan Ana Victoria saya selalu penasaran dengan kiat suksesnya membangun bisnis di bidang investasi emas karena menurut saya atau mungkin sebagian besar orang bisnis ini bukanlah bisnis yang mudah terlebih karena investasinya bisa dibilang cukup besar.
 
Tapi, Ana sangat enjoy dengan bisnis ini, “bisnis ini sudah saya jalankan lebih dari 3 tahun dan saya belum berpikir untuk berbisnis yang lain. Saya sangat menikmatinya, baik pengalamannya maupun hasilnya.” Ujar beliau ketika ditanya apakah tidak tertarik dengan bisnis lain selain emas.
 
Saya jadi makin kepo dengan bisnis ini, apakah memang bisnis emas itu tidak pernah rugi sehingga bikin ketagihan, “namanya juga bisnis pasti ada untung ruginya. Kita harus cepat belajar dalam bisnis, ketika rugi artinya kita harus semakin memperkuat skill kita di bidang bisnis yang kita geluti. Jangan rugi terus…itu bukan bisnis namanya.” Ujarnya.
 
Akhirnya Ana memberikan tips bisnisnya, ” sebelum memulai bisnis pastikan anda mengenali bisnis yang akan anda jalankan. Semakin kenal dengan bisnisnya semakin baik untuk kelangsungan bisnis anda.” Pesannya.
 
Mulailah berbisnis dari yang paling mudah, paling dikuasai, dan paling dibutuhkan pasar disekeliling anda (indari mastuti)

Kolaborasi


Jika ditanya, siapa yang paling berpengaruh dalam hidup saya maka saya selalu menjawab suami saya setelah almarhum bapak.

Tanpa kedua lelaki itu langkah saya pasti berbeda, mungkin tidak sebaik sekarang. "Suami tugasnya jauh lebih berat dibandingkan saya, sebab dia harus mengubah mindset saya dari seorang lajang yang merasa mampu melakukan banyak hal sendiri menjadi seorang istri yang bisa melakukan banyak hal karena izin suami."

Curhat Bisnis

Dalam sebuah bisnis yang tidak selalu manis. Kita semua harus memaknainya dengan sederhana sebagai jalan tempuh belajar menuju bisnis lebih manis. 

Lebih menariknya jika disebut travelling bisnis dan mencatatkan semua aktivitas bisnis dalam sebuah cerita yang menarik.
Bisnis adalah sumber ilmu yang tidak pernah habis...

Saya Suka Banget Sama Penulis !


Jam 5 subuh saya sudah berangkat ke kantor imigrasi untuk mengurus perpanjangan pasport yang tidak selesai-selesai dari bulan lalu. Persoalannya adalah karena nama saya panjang tidak sama dengan di beberapa kartu identitas saya yang lain :').
Akhirnya sayapun diwawancara


Petugas: Seharusnya ibu tidak perlu antri karena tinggal melengkapi kekurangan
Saya: Lah, saya disuruh antri kok. Ya udah taat aturan saja
Petugas: Pekerjaannya apa bu?
Saya: Penulis Buku...
Petugas: (dari wajah agak jutek berubah sumringah) woaaaaah, penulis! saya suka banget sama penulis
Saya: terkekeh *campur kaget
Petugas: Nulis buku apa?
Saya: buku bisnis untuk ibu rumah tangga
Petugas: woaaaah...mau banget! judulnya apa bu?
Saya: Virus Mompreneur
Petugas: Duuuh coba saya bisa bisnis ya, waktu saya abis di kantor nih. Padahal pengen banget bisnis
Saya: Sibuk banget ya?
Petugas: Iya . Bu, kalau ambil pasportnya bawain buku ibu ya...
Saya: Siap, mbak...
Petugas: sukses ya bu, kunjungannya...

Saya keluar ruang wawancara dengan senyum senang....

#senangjadipenulis

Melibatkan Anak





Aktivitas saya dalam kegiatan para ibu, kerapkali membuat Nanit iri. "Nanit juga pengen punya kegiatan anak-anak."


Inilah yang menguatkan saya untuk terus mengeksplore kegiatan anak-anak. Bukan hanya untuk semakin berkembangnya anak, tapi juga melibatnya anak dalam berbagai aktivitas membuat mereka memiliki rasa bahagia. Seperti Nanit dalam perjalanan pergi sekolah berkata, "Bun, hari ini teman-teman Nanit mau datang ke rumah, mau menanam sayur buah pake bekas aqua gelas. Iiiih Nanit seneeeeeng,...." ujarnya riang


Saya menyahut dengan tawa tak kalah riang
Alhamdulillah, kegiatan ini disupport oleh pengusaha muda lainnya, YouJell - Koperasi Petani Sumedang - Tinker Games dan Indscript Corp

#kegiatan bersama anak-anak TK Nugraha
#Menanamsayurdanbuah
#Aktivitaskreatifanak

Aku Suka Menanam


Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama Koperasi Petani Sumedang, You Jell Yoghurt, Tinker Games, dan Indscript Corp membuat anak-anak gembira.

Terima kasih untuk semua yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Terutama ibu-ibu yang bersedia membantu kelancaran kegiatan, mbak Enno Ariestha dan mbak Rochma Firdaus

Tanaman Sehat


Seminggu meninggalkan Bandung, meninggalkan kegemaran menanam. 

Alhamdulilah tanaman sehat dan tetap gembira untuk tumbuh, "apa kabar tanamanku? Kangen ya padamuuuuuu"

Ibu Mengajar


Ketika berkenalan dengan mbak Novi Wilkinson. Saya merasa tertarik dengan program dan komunitasnya "IBU MENGAJAR", lantas saya bertanya banyak hal dalam kaitan ini.
Kegiatan mengajar memang tidak bisa dipisahkan dari seorang ibu. Tidak perlu jauh-jauh mengajar yang lain, anak-anak kita membutuhkan teknik mengajar terbaik dari kita. 


Di rumah kita akan mengajari anak kita dengan beragam cara. Satu hal yang paling penting adalah cara ajar kita bisa tercermin dari sikap kita. Ketika Anda ingin anak suka membaca mulailah dengan kebiasaan Anda membaca, ketika Anda ingin anak Anda suka menulis mulailah dengan kegiatan menulis yang konsisten dari Anda, ketika Anda ingin anak rapih maka akan dimulai dengan kerapihan Anda.

Ibu mengajar dan anak akan belajar...

#kembali mengajar di Sekolah Perempuan gelombang 3
#kunjungan Galangpress Publisher

Ibu Belajar


Pesan kepala sekolah Sekolah Perempuan, Anna Farida "Anda akan belajar bukan hanya dari mentor, bahkan dari teman-teman Anda sendiri yaitu ibu-ibu yang sama-sama sekolah di Sekolah Perempuan."

Saya setuju dengan ini sebab sepanjang saya mengajar di Sekolah Perempuan, saya mendapatkan banyak ilmu baru untuk bahan saya belajar.
Kami gabungan perempuan yang menyukai kegiatan belajar dan saling belajar dari interaksi kami

#pertemuanSekolahPerempuangelombang3
#Ibusalingmengajardanbelajar

5 Kota 5 Rasa


Perjalanan saya ke 5 kota titik wilayah IIDN menyisakan semangat yang menggelora dalam dada, "Kedatangan saya ke titik-titik IIDN bukan hanya ingin mengetahui bagaimana kondisi wilayah tapi juga saya ingin menyerap aura dari perempuan dari berbagai kota" ujar saya pada setiap perempuan.
Surabaya - Semarang - Jogja - Solo - Tasik adalah wilayah pertama kunjungan saya sepanjang Januari - Februari 2014 dan saya menemukan 5 rasa karakter perempuan.


"Setiap kota mesti akan membedakan perlakuannya, menyesuaikan dengan karakter yang mereka miliki." ujar salah satu sahabat saya yang berkecimpung di dunia riset komunitas.
Inilah yang akan membuat Ibu-ibu Doyan Nulis - Interaktif akan semakin disempurnakan di langkah berikutnya. Terima kasih untuk pertemuan demi pertemuan yang indah pada IIDN Jawa Timur, Ibu-Ibu Doyan Nulis Semarang, Ibu-ibu Doyan Nulis - Solo, IIDN Jogja, dan IIDN Tasikmalaya


Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Raditya Surya yang telah merekomendasikan saya sebagai SUPERWOMAN INDONESIA dan alhamdulillah menjadi salah satu pemenangnya. "Mbak, Semua itu hanya karena aku merasa mbak layak jadi SUPERWOMAN. Mungkin bagi sebagian orang, jasa mbak bisa diabaikan. Tapi bagi saya, ENGGAK. Saya bisa begini karena Allah sudah memperkenalkan sosok mbak, meskipun hanya melalui media FB. Dan semoga mbak bisa amanah mengemban tugas di depan yang semakin berat" pesan beliau pada saya...

Bismillah....