Selalu menarik kalau berbicara masalah perempuan. Itu sebabnya saya
yang perempuan sangat tertarik mengulas tentang perempuan karena
sayapun bisa belajar dari perempuan lainnya.
Saya belajar tentang banyak hal kaitannya dengan interaksi dengan
para perempuan. Tidak melulu tentang bisnis tapi juga mengenai
keikhlasan dan etika pergaulan. Saya mengenal banyak perempuan hebat
dalam banyak hal dan saya belajar darisana.
Saya mengenal keihklasan uni Rachmi seorang perempuan penderita
lupus yang terus berjuang atas hidupnya dengan ikhlas, “saya ikhlas
menerima semua teh, kalau tidak ikhlas sekarang kapan lagi?” Dan setiap
bertemu dengannya hati saya selalu bergetar, “belum tentu saya bisa
seikhlas dan setegar uni jika menerima cobaan seberat uni.”
Perjuangan perempuan tangguh saya pelajari dari mertua saya,
bagaimana mendidik ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang, “alasan
mama tidak menikah lagi meski ditinggalkan suami pada usia yang masih
muda karena anak. Anak jauh lebuh berharga. Mama membesarkan ketiga anak
mama dengan keringat yang hampir habis, dengan darah yang stoknya
hampir menipis. Mama ikhlas untuk anak dan kini anak-anaklah yang
menjadi tempat mama di masa tua.”
Keikhlasan dua perempuan itu membuat saya bekajar untuk ikhlas dan
terus ikhlas. Keihklasan yang berbuah sukses pun terjadi pada Fifie
Rahardja. Pengusaha perhiasan ini tidak dilahirkan dalam keluarga
sukses, hanya dari keluarga petani tetapi, “saya tidak menghujat
kemiskinan, justru kemiskinan membuat saya berpikir untuk naik tangga
selanjutnya. Saya berpikir untuk terus menggali potensi diri untuk masa
depan lebih baik. Ketika saya menikah, saya menyakinkan diri saya agar
saya menjadi istri yang memberikan berkat bagi keluarga saya dan
keluarga suami, bukan membuat susah.” Akhirnya, Fifie memang menjadi
seseorang yang patut dibanggakan.
Selain ketiga perempuan itu saya lambat laun belajar tentang
politik pada Rita Sukendar salah satu perempuan lembut yang amat kuat
menghadapi gejolak di dunia politik. Menurutnya perempuan harus melek
politik dan jangan takut untuk terjun ke dunia politik.
Belajar di dunia organisasi saya dapatkan dari Dina Sudjana.
Perempuan yang saya kagumi ini merupakan aktivis perempuan dalam hal
makanan halal. 5 tahun tinggal Jepang membuat beliau semakin kuat
menyakini peran perempuan dalam berbagai sisi tanpa menghilangkan
tugasnya sebagai ibu. Keinginan terbesarnya adalah membangun universitas
perempuan di Indonesia, “perempuan haru berkembang dengan kekuatan
akarnya dari rumah.”
Dua perempuan yang saya bekajar banyak tentang membangun keluarga
yang luar biasa saya dapatkan dari Candra Nila dan Abyz Wigati. Saya
beberapa kali mengamati bagaimana tutur, sikap, dan cerita baik secara
lisan, tulisan, serta tertangkap mata saya bahwa mereka adalah sosok
perempuan, ibu, dan istri yang seharusnya kita belajar bagaimana
menempatkan suami dan anak-anak dengan sebaik-baiknya.
Presda sari menarik bagi saya. Ibu dua anak ini memiliki rasa ingin
tahu yang sangat besar dan memiliki mimpi besar untuk mewujudkan
bisnisnya lebih baik. Saya belajar darinya tentang kegigihannya belajar
tentang apa saja termasuk bagaimana memelajari sosial media padahal
sebelumnya menjadi perempuan yang sama sekali tidak tahu akan hal ini,
“saya belajar dari google.” Luar biasa!
Ada banyak perempuan yang membuat saya kagum. Kekaguman yang tidak
pernah habis-habisnya. Pergaulan dengan perempuan membuat saya bangga
menjadi perempuan. Terlepas dari kebanggaan saya pada perempuan, ada
satu sisi yang juga saya mencoba mematahkannya di kalangan para
perempuan yaitu sisi sensitif perempuan yang kerapkali merasa harus
bersaing dengan perempuan lainnya. Persaingan yang kerapkali berujung
pada permusuhan, antipati, dan iri hati. Jika tiga hal ini sudah
menguasai perempuan maka menurut saya mereka akan berhenti belajar dari
kehebatan perempuan lainnya.
#perempuan hebat yang saya kenal
#Abyz Wigati
No comments:
Post a Comment