Saya masih tergelitik dengan ucapan salah satu alumni Sekolah
Perempuan, Ida Susanti, “suami memuji saya. Belajar di Sekolah Perempuan
bukan hanya jadi pandai menulis tapi juga jadi pandai membersihkan
rumah.” Ujarnya dan kata-kata itu langsung membuat kami yang yang sedang
berkumpul tertawa terbahak-bahak.
Menurut Ida yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan di bidang
pendidikan dan sosial ini, aktivitas membersihkan rumah sering jadi
urutan terakhir dalam kegiatan hariannya. Ida yang juga pendongeng,
pengelola rumah singgah, dan trainer di bidang dongeng merasa bahwa
waktunya habis di luar rumah, “sampai rumah capek banget….” Lanjutnya
Lantas kemudian beliau mulai berpikir saat mulai serius menulis
buku, “awalnya saya hanya kaget aja, teh indari kok bisa punya rumah
rapih padahal nggak ada asisten rumah tangga dan kegiatan teteh pasti
jauh lebih banyak dari saya. Saya enjoy kalau masuk kelas Sekolah
Perempuan, ide jadi buanyak. Nah, pas nyampe rumah, saya jadi penat mau
nulis karena mungkin rumah berantakan. Dari situlah saya mulai
membersihkan rumah. Habis bersih-bersih, ide langsung berloncatan keluar
dan akhirnya lancaaaar nulis.”ujarnya lagi.
Hal inilah yang kemudian memancing sang suami untuk memuji. Siapa
yang tidak bangga pada Ida Susanti, sosok ibu serba bisa ini bukan hanya
aktivis sosial yang lembut tapi juga tidak pernah lelah berbagi hal
baik pada sekelilingnya.
Keinginannya untuk belajarpun sangat tinggi. Di usianya yang tidak
muda, Beliau tercatat sebagai salah satu mahasiswi Univesitas di
Bandung, menjadi host untuk kegiatan mendongeng di televisi, serta
memulai karirnya sebagai penulis buku.
Saya melihat aktivitas domestik perempuan memang tidak ada
habis-habisnya, sehingga pilihan untuk kemudian beraktivitas di dunia
luar rumah, misalnya bekerja atau bersosialisasi kerapkali membuat
perannya bertambah berat, “pasti akan ada yang dikorbankan karena satu
waktu mengerjakan banyak hal.” Ujar salah satu sahabat saya ketika kami
berdiskusi tentang multiperan perempuan.
Bukan hanya Ida Susanti, mungkin banyak perempuan lain yang akan
ngos-ngosan mengejar aktivitas satu ke aktivitas lainnya, termasuk saya.
Maka, dengan multiperan inilah lagi-lagi saya menggunakan manajemen
waktu. Pagi saya akan mengerjakan apa, siang apa, sore apa, dan malam
apa. Ada 183 to do list yang kini harus saya kerjakan setiap hari, mulai
dari mengirimkan email untuk klien, menyapa grup, menulis, membalas
email, mengecek produksi naskah, hingga aktivitas menyapu, menyiram
tanaman, memandikan anak, mencuci piring, menyiapkan sarapan, dan
aktivitas lainnya.
Bersyukur menjadi perempuan, kita semua bisa menjalankan multiperan
dengan baik. Kita bisa menelpon sambil memasak, menulis sambil gendong
anak, membaca sambil menemani bermain, menyiram bunga sambil memandikan
anak (saya kadang mandiin anak di luar rumah sambil nyiram bunga untuk
seru-seruan), dan aktivitas lain yang mungkin tidak akan mampu
dikerjakan laki-laki.
Selain manajemen waktu, salah satu hal yang harus dikerjakan
perempuan adalah tidak menunda-nunda. Tidak menunda setrikaan
menggunung, tidak menunda rumah berdebu, tidak menunda aktivitas yang
akan membuat rumah menjadi terlihat tidak nyaman.
Jadi, selamat menjalankan multiperan Anda dan mari berbagi inspirasi.
#Siswi Sekolah Perempuan
#www.sekolahperempuan.com
No comments:
Post a Comment