Taman Vertikal |
Pertemuan demi pertemuan dengan para perempuan semakin melecut saya
untuk memperbaiki diri dan langkah yang akan ditapaki. Perempuan itu
hebat! Dia yang lemah bisa menjadi sangat kuat, dia yang ringkih menjadi
sangat kebal, dia yang sensitif bisa sangat berempati. Kuncinya hanya
satu yaitu mau terus belajar dan berproses ke arah kebaikan melalui
masalah yang menghadangnya.
Berbicara masalah demi masalah ternyata bisa dengan mudahnya
diselesaikan jika semua perempuan bergerak ke arah sana. Seperti yang
digaungkan oleh Bandung, “ubah bandung bukan dengan caci maki tapi
solusi.” Maka dari sinilah saya merasa hidup saya berawal.
Saya merasa sangat peduli dengan Bandung, merasa peduli dengan masa
depan kami, dan peduli pada setiap persoalan yang ada. Tugas saya
kemudian adalah mengubah diri sendiri sebelum mengubah sekeliling saya.
Saya tidak enjoy dengan kritik yang disebarkan ke sekeliling,
apapun persoalan yang ada. Saya lebih enjoy melakukan aksi nyata
mengubah diri dari hal yang paling kecil salah satunya adalah sampah.
Dalam satu pertemuan, seorang kawan mengatakan, “saya pernah dan
sering disms pada saat bencana banjir datang. Bunyinya begini;
pemerintahan tidak becus mengurusi sampah. Kami kini kebanjiran karena
sampah. Kalau saya mendapatkan sms ini, saya pasti marah. Seharusnya sms
itu berbunyi, kami kebanjiran gara-gara sampah yang kami buang
sembarangan. Kami akan mulai membersihan sampah dan membuang sampah pada
tempatnya agar tidak ada banjir lagi.”
Persoalan sampah tanggungjawab kita semua. Bukan siapa yang paling
bersalah, tapi kita yang memulai penumpukan sampah terjadi dimana-mana
dan menjadi sumber bencana.
Keinginan untuk mengubah suatu wilayah amat tidak mungkin, yang
harus kita ubah adalah diri kita sendiri, dari hal yang paling mungkin
kita lakukan yaitu membuang sampah pada tempatnya. Bukan di bawah jok
kursi angkot, bukan di jalanan, bukan di pojokan komplek, bukan di kali,
bukan di sungai, bukan ditumpuk di suatu lokasi, bukan, bukan disana
tempatnya sampah.
Kita bisa memulai dari dapur kita, wahai perempuan. Memilah sampah
basah dan sampah kering, mengumpulkannya, membuatnya lebih berguna. 65%
sampah di dunia ini berasal dari dapur rumah, dimana perempuan adalah
managernya. Bayangkan jika semua dapur menggunakan pengolahan sampah
yang benar, maka 65% gundukan sampah menyusut sudah bahkan bisa jadi
99%nya.
Maka, mengubah masalah sampah bisa dimulai dengan mengubah
perempuan dari dapurnya, bagaimana mereka mengolah sampahnya. Terutama,
mengubah diri saya terlebih dulu bagaimana mengolah sampah dengan baik
untuk kemudian meneruskan virusnya pada perempuan terdekat di lingkungan
saya dan virus itu terus menyebar dari satu perempuan ke perempuan
lainnya.
Untuk para perempuan penggiat lingkungan dalam hal pengolahan sampah, salam takjub untukmu. Izinkan saya mengikuti langkahmu!
No comments:
Post a Comment