Ngomongin bully tak ada habisnya.
Setiap dari kita memiliki cara
pandang berbeda bagaimana mengatasi bully, baik pada korban maupun pada pelaku.
Pembahasan ini juga yang tak
pernah saya sampaikan pada anak-anak di Sekolah Gratis, Nanit, maupun Ammar.
KEMARIN...
Sepulang berkegiatan di acara
Kementrian Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ayahnya Ammar cerita,
Ammar dihukum di Sekolah karena berkelahi.
"Ammar mengatakan kalau dia
didorong hingga jatuh deket pot bunga oleh temannya." ujar Ayah.
"TAPI, dia melawan, dia
dorong kembali temannya hingga terjatuh dan ketahuan guru. Akhirnya mereka
berdua dihukum" sambungnya.
BEGITULAH cara lelaki melawan,
mereka bisa melakukan pembalasan dengan otot.
Ammar diajarkan oleh ayahnya
untuk melawan setiap ada bully, namun terus menerus disampaikan melawan dengan
cara lebih santun akan lebih melegakan.
"Aku akan mendorong lagi
jika didorong! Kecuali kalau yang mendorong anak yang lebih kecil, atau
perempuan, aku tidak akan melawan. Aku biarkan." tekad Ammar beberapa
waktu lalu.
Pernah juga, suatu waktu saya
dan ayahnya mengajak Ammar ke suatu toko, ada seorang anak sangat aktif, dia
menendang Ammar, dan Ammar tidak membalas malah senyum, "Bun, aku tidak
akan balas anak ini, biarkan saja, anak-anak ini kok." padahal Ammar waktu
itu masih berusia 5 tahun hahaha.
KEMARIN MALAM menjelang tidur,
saya kembali diskusi tentang bully dengan Nanit.
"Bully ada dimana-mana, apa
yang akan kamu lakukan jika menerimanya?" tanya saya, sebetulnya
pertanyaan ini sudah saya ajukan beberapa kali, tapi seiring waktu saya yakin
bahwa Nanit akan memberikan jawaban yang berbeda karena pengetahuannya tentang
bully semakin bertambah.
"Jika bully terjadi, AKU
LAWAN DENGAN PRESTASI!" jawabnya.
NOTED!
Saya membayangkan ada di posisi
yang dibully. EITS jangan salah, meski saya sudah dewasa bully pernah saya
dapatkan dalam bentuk lain. MISAL:
Black campaign oleh segerombolan
orang.
Fitnah dan ghibah yang
berkepanjangan.
Penghinaan pada karakter dan
profesi.
SAYA TAHU kejadian itu menimpa
saya, sayangnya saya bukan termasuk orang yang suka membalas hal tersebut,
paling banter saya duel satu-satu hahaha *duel itu lebih ke tabayyun ya.
TANPA perlu membela diri KARENA
haters is haters, mereka akan selalu melihat kita dari sisi negatif tak peduli
sepositif apapun yang dilakukan.
MAKA seperti halnya yang
dikatakan Nanit, "BULLY? LAWAN DENGAN PRESTASI" merupakan tekad saya.
Setiap penghinaan akan jadi
ribuan pencapaian.
Setiap pandangan sebelah mata
akan jadi rangkaian prestasi berkepanjangan.
BULLY tak perlu membuat kita
merasa tidak percaya diri KARENA sesungguhnya lebih banyak masalah pelaku bully
justru berasal dari kurangnya percaya diri mereka sehingga mereka butuh
pengakuan dengan MEMBULLY.
ANAK-ANAK berbeda dengan orang
dewasa yang melakukan bully. Ada anak melakukan bully karena pergaulan,
ikut-ikutan, lingkungan, kondisi di rumah, TAPI orang dewasa melakukan BULLY
biasanya dengan sadar karena satu hal yang menggerakkannya atau memiliki tujuan
tertentu, bisa bersifat persaingan bisnis, politis, hingga butuh pengakuan dari
orang lain.
*innalillahi
HAL INI BERLAKU juga untuk anak asuh saya, Sandra yang ternyata sangat jarang sekolah karena tak mampu menghadapi bully teman-temannya, "aku dihina, dicubit, kadang dipukul" hasil dari tahun kemarin, Sandra dinyatakan tidak naik kelas dan kembali ke kelas empat.
Saya memanggil Sandra dan
menanyakan, "Siapkah kembali ke kelas empat? mungkin akan banyak mata
memandangmu dengan sinis, mungkin saja. Mungkin akan ada bully dengan jenis
lain, mungkin saja. TAPI, Bunda yakin kamu akan lebih hebat, Nak. Kita
tunjukkan bahwa kamu sudah berubah, kamu sudah baik, dan kamu tidak takut
dengan apapun kecuali Allah. Kamu harus lebih baik dan terus membaik. Siap
lawan Bully? Bunda yakin kamu akan jadi anak hebat!" ujar saya sambil
memeluknya.
Baiklah, Nak, MARI KITA LAWAN
BULLY DENGAN PRESTASI!
Tertanda,
Ibumu
Untuk yang terkasih,
Untuk yang terkasih,
Nanit dan Ammar
Untuk yang sedang berjuang,
Sandra
No comments:
Post a Comment