LELAKI
PERTAMA yang membuat saya jatuh cinta adalah almarhum bapak.
Saya
tahu kurang lebihnya bapak, TAPI bagi saya beliau sangatlah berharga karena
dari beliaulah saya tahu bagaimana BERTAHAN dari BERAGAM PERSOALAN. Termasuk,
bagaimana beliau tetap mencintai anak-anaknya dalam segala keterbatasan.
SEWAKTU
bapak sakit, kami makan dari pemberian saudara dan UTANG yang semakin
menggunung. Tapi, saya tak pernah melihat binar PESIMIS dari sorot mata
almarhum bapak, bahkan dengan OPTIMIS, almarhum bapak berkata kepada mamah,
"Anak-anak kita akan lebih berhasil dibandingkan orangtuanya, lihat saja
nanti, kun fayakun."
MAMAH
sering mengulang-ngulang kalimat almarhum bapak sambil menangis
WARISAN
KATA-KATA POSITIF jauh lebih berharga dibandingkan warisan harta apapun.
Kelas
1 SMP, almarhum bapak berkata, "Bapak tidak akan melihat kamu tumbuh
dewasa, TAPI bapak yakin kamu akan bertumbuh dengan sangat baik. Jadilah
perempuan yang hebat, tidak peduli masa lalumu bagaimana. Bapak tidak
mewariskan apa-apa, selain do'a dan pendidikan."
ITU SEBABNYA saya sekuat tenaga KULIAH sambil bekerja agar almarhum bapak bisa tersenyum bahagia kalau anaknya bisa menyelesaikan SARJANA meski beliau sudah tenang di surga.
ALMARHUM
BAPAK menyelamatkan masa depan saya dengan sering memangku saya di waktu kecil
sambil memberikan banyak nasihat
Kalau
sudah besar harus mandiri
Jadi
perempuan tidak boleh lemah
Pintar
cari uang biar nggak tergantung sama suami
Ambil
hal baik dan buang hal buruk setiap bertemu dengan siapapun
Mulai cari uang dengan hobi yang dimiliki
dan begitu banyak petuah lainnya...
Waktu itu saya masih sekitaran usia 8-12
tahunan. Almarhum bapak mengajak saya kemana-mana, menuntun, membelai punggung,
memeluk penuh cinta.
KETIKA saya berusia 14 tahun, bapak sakit stroke dan mulai lumpuh, tergolek lemah di tempat tidur, bicara saja tidak bisa, lemah, hanya bisa menangis melihat anak-anaknya bertumbuh.
HINGGA selepas SMA bapak meninggal...
BAPAK MENINGGALKAN SAYA WARISAN berupa
petuah, nasihat, pelukan, genggaman tangan, dan juga motivasinya yang hebat
sewaktu saya kecil NAMUN masih terasa hingga saat ini.
SETELAH
KAMI BESAR, saya, adik, dan kakak membagi utang yang diwariskan oleh orangtua
kami untuk dibayar.
UTANGlah
yang membuat kami tetap bertahan hingga akhirnya kami bisa MELUNASINYA.
Tenang
di surga ya, pak. Utang telah dilunaskan anak-anakmu...
KENANGAN
TENTANG ALMARHUM BAPAK menemani saya menuju kedewasaan seolah bapak masih ada.
Selalu
merasa dilihat...
Merasa
harus membuktikan kata-kata bapak benar...
Merasa
harus meneruskan apa yang sudah bapak lakukan...
Merasa
menjadi pewaris kekuatan karakter bapak...
JIKA saya rindu pelukan bapak, saya akan
menangis sambil MENULIS.
Menulis pak, dulu bapak pernah bilang,
bakat anakmu ini adalah MENULIS…
Al Fatihah…
No comments:
Post a Comment