“Dan suatu ketika..voila! Saya
duduk bengong di kafe depan toko..terheran-heran ternyata mimpi saya menjadi
kenyataan setelah 25 tahun. Padahal saya sendiri sudah lama lupa dengan mimpi
itu, Subhanallah....”
Demikian cerita Dhian Widya,
perempuan pemilik Cinta Cakes & Bakery asal Bojonegoro Jawa Timur.
Mmm…jadi penasaran, apa sih
impian Dhian yang jadi kenyataan?
Kita simak kisah berikut yuk.
Waktu masih duduk di bangku SD Dhian
suka sekali melihat aneka makanan enak di buku-buku resep. Untuk membeli jelas tidak mungkin karena
Dhian tinggal di sebuah desa nun jauh di pegunungan. Selain tidak tahu harus membeli dimana, juga
tidak ada uang!
Berbekal bahan resep dan pengetahuan
seadanya di desa, Dhian kecil mencoba aneka resep. Keluarga dan tetangga sebelah rumah diminta
Dhian untuk menjadi kritikus kue-kue buatannya.
Saat menginjak bangku SMP Dhian
mulai sering sekali memimpikan mempunyai sebuah toko roti dengan kue yang enak
dan lucu bentuknya. Bahkan Dhian
mendesain sketsa toko impiannya secara detail di diary. Diimpikannya di depan tokonya nanti ada
tempat nongkrong untuk menikmati roti yang hangat, secangkir teh dan kopi.
Sekian lama berlalu, mimpi itu
terlupakan walaupun hobi membuat kue masih berlanjut. Setelah anak yang
terkecil mulai mandiri, Dhian mulai memberanikan diri berjualan kue via online.
Suka duka berjualan online dijalani
Dhian dengan senang hati sebagai pembelajaran.
Misalnya saja ada customer yang order namun ternyata tidak jadi diambil,
haduh sudah susah-susah buat, akhirnya dimakan sendiri! Namun Dhian mengambil pembelajaran dari
kejadian ini, next, no DP no produksi!
Walaupun ada satu saudara yang membantu
menjalankan bisnisnya, banyak hal yang harus Dhian kerjakan sendiri, mulai
belanja bahan, produksi roti, mendekor, desain, promo marketing dan lain-lain.
Capek, stress, badmood saat menghadapi customer rewel dan banyak maunya kerap kali menghiasi hari-hari perempuan ini.
Capek, stress, badmood saat menghadapi customer rewel dan banyak maunya kerap kali menghiasi hari-hari perempuan ini.
Bagaimana nggak stress, sebagai
ibu rumah tangga dengan 3 anak yang masih balita Dhian harus menyelesaikan
semua tugas rumah dan memenuhi pesanan tepat pada waktunya. Untuk pesanan
sebelum jam 9 Dhian harus bangun jam 01.30 untuk prepare!
Kalau bukan karena semangat yang
menggebu rasanya tak mungkin bisnis Dhian tetap bertahan dari tahun ke
tahun. Sejak tahun 2011 rata-rata Dhian
menerima orderan satu buah tart tiap 2 hari sekali. Saat ini Dhian masih dibantu oleh seorang
pegawai saja. Hingga akhirnya di tahun
2015, Dhian memberanikan diri membuka sebuat toko dan menghire 30 orang
pegawai.
Pelanggan Dhian mulai menyebar ke
seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke Finlandia, Hongkong, Kairo dan
masih banyak lagi.
Perkembangan bisnis yang kian
pesat membuat Dhian menyadari bahwa setiap saat Dhian dituntut untuk
belajar. Dhian yang tadinya kurang
komunikatif sekarang harus bisa ngobrol dengan banyak karyawan, mengkoordinasi
seluruh karyawan, bagaimana agar tokonya bisa menghasilkan output produk yang
berkualitas, service yang memuaskan dan omset yang terus bertambah pastinya!
Waktu Dhian habis untuk toko,
keluarga dan konsumen. Dhian mulai merasa masuk dalam perangkap kejenuhan. Amat sangat capek! Dhian bertanya pada
dirinya sendiri, kapan bisa lebih baik? Ada apa dengan bisnis ini? Jelas ada yang kurang dengan sistem bisnis
ini.
Ketidakpuasan akan kondisi
bisnisnya membuat keinginan Dhian untuk belajar bisnis lebih banyak dan lebih
serius lagi semakin menguat. Dari sekian
banyak pencarian training yang sesuai, Dhian memutuskan untuk mengikuti kelas
Reparasi Bisnis.
Di kelas Reparasi Bisnis ini
Dhian menemukan akar permasalahan dalam bisnisnya, yakni berkaitan dengan
manajemen karyawan. Dhian mulai aktif
berdiskusi dengan saya selama proses mentoring.
Kami berdiskusi untuk menemukan solusi permasalahan bisnis Dhian, diantaranya
adalah dengan membuat SOP yang jelas di setiap divisi, menyusun appraisal
karyawan, mengevaluasi kinerja karyawan, kenaikan gaji, tunjangan, bagaimana mengeluarkan
SP (surat peringatan) harus fokus pada apa kesalahan karyawan, bukan
berdasarkan like or dislike.
Masalah lain yang perlu
pembedahan adalah marketing online yang masih ditangani Dhian seorang
diri. Bisa dibayangkan seperti apa
repotnya dan yang jelas, pastilah sangat menyita waktu.
Saya mulai membuka wawasan Dhian
tentang bagaimana cara mendelegasikan kegiatan marketing sosmed diawali dengan
menyusun SOP yang jelas agar customer service bisa menangani pemasaran online
sesuai harapan Dhian. Dengan adanya customer service, pekerjaan yang lebih penting
bisa ditangani oleh Dhian. Sebagai
pemilik, tugas utama Dhian adalah mengarahkan, mengontrol, membenahi
permasalahan yang muncul dan memastikan semua berjalan dengan lancar.
Alhamdulillah, sekarang bisnis
Dhian jauh lebih baik, selain bisa memanajemeni bisnisnya dengan lebih
sempurna, Dhian kini sudah lebih paham bagaimana memanajemeni waktunya. Tak ada lagi stress bisnis dalam kamus
seorang Dhian.
Kini Dhian bisa berbisnis dengan
penuh suka cita dan kebahagiaan, sesuai impian masa kecilnya!
No comments:
Post a Comment