Aksan bertemu dengan calon konsumennya. Setelah ngobrol ngalor ngidul mengenai produk yang ditawarkan, Aksan kemudian pamit. Pada saat pamit, sang calon konsumen meminta kartu namanya..ladalah..Aksan lupa membawa si kartu nama. Dengan terkekeh Aksan mengatakan kalau kartu namanya tertinggal malah mengatakan biar dia saja yang menghubungi sang calon konsumen. Ada kemungkinan Aksan akan kehilangan kesempatan untuk menjaring konsumen baru karena ketidakpercayaan calon konsumen atas identitas jelas Aksan.
Sebelum melakukan pertemuan dengan calon konsumen hendaklah lengkapi diri anda dengan identitas yang lengkap mengenai data perusahaan (brosur, list harga, surat pengantar perusahaan) atau identitas diri (kartu nama) karena itu sangat penting untuk masa akan datang.
Selain itu, dalam pengenalan diri dan produk anda tidak perlu melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya karena itu berarti anda BUNUH DIRI. Pada saat si calon konsumen tertarik membeli dikhawatirkan bualan anda tidak terbukti sama sekali kemudian mereka kecewa dan Duerrrr anda kehilangan konsumen terbaik anda. Lagipula konsumen tidak perlu kata-kata melainkan bukti. Setuju?
Seorang sahabat di Ujung Pandang, Bapak Naza, SE seorang pengusaha Telekomunikasi terkemuka dengan bendera PT. Incipna Indonesia malah menghadirkan fotocopy dirinya dalam kartu nama alias kartunama berphoto dan saya setuju dengan konsep pembuatan kartu nama seperti itu. Saya yakin bahwa sebuah kartu nama merupakan perwakilan diri kita pada orang lain. Bisa jadi setelah sekian tahun tidak bertemu dengan kita, konsumen telah melupakan seperti apa diri ini, tapi kartu nama seperti itu serta merta akan menembak ingatannya kembali. Dan hingga kini saya masih mengingat secara utuh betapa simpatiknya Bapak Naza. Selamat memperkenalkan diri!
Tips Marketing10 : Buatlah diri Anda dapat Dipercaya
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment