(Bersama suami dan partner bisnis)
Keterlibatan pasangan dalam
bisnis adalah hal yang menyenangkan, dari mulai mendukung modal bisnis,
membantu promosi, maupun terlibat langsung dalam manajemen bisnis, seperti yang
dilakukan oleh suami saya.
Namun tentu saja ada
plus dan minusnya. Berikut saya bagi
tips sederhana menjalankan perusahaan dengan pasangan :
Pertama, JANGAN BAPER, perselisihan dalam rumah
tangga ataupun sebaliknya perselisihan urusan bisnis jangan saling mempengaruhi
satu sama lain, karena itu semua orang yang membangun bisnis dengan pasangan
harus bisa harus memisahkan kedua urusan secara profesional.
Kedua, JANGAN
SUNGKAN untuk mengkritik pasangan karena takut (lagi
lagi) baper maka yang harus dilakukan adalah komitmen pada pasangan untuk saling
membuka diri jika ada berbuat salah dalam pengelolaan bisnis. Pasangan yang berbisnis bersama harus siap
dikritik dan mengkritik.
Ketiga, harus siap
hanya punya satu ‘KERANJANG’. Siap untung bareng tentu harus siap rugi
bareng. Kalau untung sih enak, kalau rugi? Bakal sama-sama nggak enak makan dan
nggak enak tidur. Nah inilah yang saya
juga rasakan ketika bisnis saya down. Penghasilan
rumah yang disokong oleh bisnis yang
dikelola bersama, pahit manis dirasakan berdua.
Positifnya dengan bersama pasangan, segala kesulitan rasanya lebih
ringan, karena bagaimanapun, pasangan itu tempat bersandar paling nyaman.
Keempat, harus siap BERADAPTASI. Menyenangkan memang 24 jam bersama orang
tercinta. Tapi tetap saja pada awalnya
perlu proses beradaptasi. Adaptasi
bekerja dengan pasangan akan jauh lebih mudah daripada jika kita menghire
partner bisnis baru. Kesulitannya
adalah adaptasi waktu. Bagi pasangan
yang berbisnis bersama, apalagi berbisnis di rumah awalnya akan mengalami kesulitan
mengatur waktu, kapan business time, family time dan terutama me time. Jika Anda tidak pintar memanajemeni waktu dan
membuat skala prioritas pekerjaan dijamin banyak pekerjaan yang terabaikan.
Kelima, harus PASTIKAN POSISI atau job yang akan dikerjakan oleh
masing-masing. Jangan dicampuradukan.
Kalau saya di perusahaan disebut CEO (Chief Executive Officer) alias penentu kebijakan,
bertugas menjaga kestabilan perusahaan dan yang menggerakkan perusahaan secara
langsung ke luar dan ke dalam, kalau suami saya disebut COO (Chief Operating
Officer) yaitu dialah yang berhubungan secara teknis di internal perusahaan.
Namun biarpun masing
masing punya kewenangan sendiri-sendiri tetap saja diskusi dan kerjasama yang
baik diperlukan.
Bagaimana, menyenangkan, bukan? Siap berbisnis
dengan pasangan?
No comments:
Post a Comment