Resensi Buku: SANG NOVELIS (Bobby Hardika)

Judul : SANG NOVELIS
Penulis : BOBBY HARDIKA
Cetakan : I, tahun 2010
Penerbit : PUSTAKA RAMA, Yogyakarta
Tebal : 228 halaman
Harga : Rp.29.000,00
Harga On Line : Rp.24.650,00
Ini adalah buku pertama karya Bobby Hardika yang juga penulis buku “Anak kos lebay”. Buku ini mengisahkan perjalanan Jhody, seorang penulis novel humor terkenal menjadi seorang penulis novel romantis. Tawaran ini diberikan oleh editor sekaligus bosnya,Pak Toni. Perjalanan Jhody ini diwarnai hubungan asmaranya dengan Sasya, sosok yang penuh kelembutan, perhatian, juga penyayang. Pertemuan dengan sang mantan pacar di kota Yogyakarta yang khas dilukiskan dengan bumbu canda dalam kisah ini.
Jhody sebenarnya berasal dari golongan orang berada, tetapi dia lebih memilih untuk tinggal di tempat kost yang sederhana. Tetangga kostnya tidak banyak mengetahui hal ini. Konflik antara ayah Jhody membuat diri Jhody semakin tidak ingin berlama-lama berada di rumahnya sendiri.
Kegiatan Roadshow satu bulan yang dijadwalkan Pak Toni, sang editor, membuat Jhody kewalahan. Dia harus berpacu dengan waktu diantara padatnya Roadshow ke beberapa kota besar dan kegiatan perkuliahannya. Semua itu dijalani Jhody dengan baik walau pada awalnya dia sempat terlibat adu mulut dengan sang editor. Permasalahan pribadi Jhody dengan Randi dan Simon, di kampus menjadi sebuah hal yang mengganggu pikiran kedua sahabat Jhody (Tommy dan Ricky) yang selalu setia mendampinginya.
Menjelang waktu deadline tiba, kejadian tragis dan misterius menimpa Jhody. Anggota keluarga,sahabat dan Sasya sangat terpukul karenanya. Apakah Jhody dapat menjadi novelis kisah romantis setelah kejadian itu? Apakah Sasya dapat menerima novel romantis itu sebagai bukti cinta dari Jhody? Apakah ayahnya dapat berdamai dengan Jhody? Telusuri dan nikmati saja kisahnya dalam buku ini.
Sebagai pembaca kedua buah buku karya Bobby, saya tidak hanya melihat sisi Bobby Hardika yang sensitif dan romantis di “Sang Novelis”, juga sisi humorisnya dia tampilkan dalam beberapa dialog antara Jhody dan kedua sahabatnya. Buku ini memiliki nilai plus di bagian cover dan di dalamnya terdapat sebuah pembatas buku kecil yang bergambar sama persis dengan covernya. Tetapi tidak dengan tinta yang tercetak di setiap lembaran bukunya. Ada pula beberapa halaman yang tampilan paragrafnya tercetak miring dan tidak simetris.

Beta Kun Natapradja

Resensi Buku: Ada Apa Dengan Tampang (Indari Mastuti)

Ada Apa dengan Tampang merupakan buku ketiga dari serial Agatha. Buku bergenre remaja yang sarat humor dan bahasa gaul. Sebagaimana cerita teenlit lainnya, serial ini menyuguhkan alur yang segar dan sangat menghibur. Disini, pembaca tak perlu mengerutkan kening tapi justru pembaca akan tercengang dan larut dalam derai tawa.

Bagi saya, membaca Agatha sama seperti nyemil kripik singkong yang gurih, renyah dan enak. Pelan-pelan saya makan tanpa perlu terburu-buru saya habiskan. Dan sebagaimana kita ketahui, singkong sarat dengan karbohidrat. Karbohidrat yang akan memberi energi lebih bagi aktivitas kita sehari-hari. Nah, demikian juga dengan buku ini, meski ringan ia mengandung gizi yang sangat berguna bagi sel-sel otak kita. Sebuah energi pencerah yang akan mebuat kita tahu dan mengerti betapa sesuatu yang terlihat sepele ternyata memiliki makna dan pesan yang sarat dan dalam. Sungguh mengesankan!

Ada Apa dengan Tampang sangat cocok dijadikan sebagai judul buku karena hampir seluruh bab yang ada bertema ada apa dengan tampang. Sebuah pertanyaan yang sangat ringan tapi ironis. Sebagaimana kita ketahui, dalam planet remaja terkadang tampang dijadikan barometer dalam pergaulan. Misalnya, tampang keren berarti baik dan tampang jelek berarti buruk. Sebuah pemikiran instan yang menjerumuskan. Hingga tak aneh jika dalam planet remaja ada sistem pengelompokan (baca: grup-grupan). Ada grup anak tajir, anak cantik, anak pinter, dan lain sebagainya. Nah, disinilah kelebihan dari buku ini. Buku ini hadir dan menyuguhkan grup alternatif yang bernama grup imut-imut tapi amit-amit.

Grup imut-imut tapi amit-amit terdiri dari empat personil yakni Agatha, Vera, Pepi dan Tery. Keempatnya mepunyai karakter yang unik dan menarik. Yang pasti, tidak berdasarkan kepintaran, kecantikan, apalagi kekayaan, tapi berdasarkan rasa persahabatan yang kental. Dalam grup ini, ada Agatha yang pintar dan jago menang dalam hampir setiap kejuaraan, ada pepy yang tajir dan bermobil, ada Tery yang cantik dan langsing, dan ada Vera yang hobi selingkuh alias playgirl. Sebuah grup yang komplit.

Dalam bab pertama diceritakan Vera naksir cowok yang tak lain adalah tetangga barunya. Cowok ini tampan dan memikat, tapi sayang angkuh. Setiap kali Vera melemparkan senyum selalu saja dikacangin. Karena gerah, ia ceritakan hal ini pada ketiga teman imut tapi amit-amitnya. Rasa penasaran membuat ketiganya melakukan investigasi. Ketiganya pergi ke rumah Vera. Dan ternyata apa yang terjadi? Ternyata cowok itu buta.

Dalam bab ketiga dikisahkan kendaraan Tery mogok. Hal ini membuatnya terpaksa naik angkot untuk pergi ke sekolah. Pengalaman naik angkot jarang sekali ia alami. Otomatis ada rasa gerah dan canggung menyelimutinya. Rasa takut yang berlebihan membuat ia menjustifikasi teman seperjalanannya. Ia berkesimpulan lelaki asing di sebelahnya adalah copet, hanya semata karena tampang lelaki itu jelek, kumuh dan berjerawat. Walhasil, sepanjang perjalanan ia memasang muka antipati meskipun lelaki itu bersikap sangat ramah dan sopan terhadapnya. Turun dari angkot, Tery histeris. Dompetnya hilang. Kontan saja, ia menuduh lelaki asing itulah yang mengambilnya. Namun, apa yang terjadi kemudian? Justru, lelaki itulah yang dengan susah payah mengembalikan dompet Tery yang terjatuh sewaktu hendak turun dari mobil angkot dalam keadaan utuh. Rasa bersalah menguasai hati Tery.

Dalam bab kesebelas dituturkan Agatha mendapat serangan teror. Teror ini dilakukan by phone. Jelas Agatha kebingungan plus kelimpungan. Bagaimana tidak, cewek dalam telpon itu mengatainya gendut, jelek, dan goblok. Benar sih, tubuh Agatha agak melar, tapi Agatha pintar kok. Lagipula, Agatha merasa tak pernah bikin masalah dengan sesiapapun. Agatha berusaha selalu baik dengan semua orang. Lalu bagaimana teror itu bisa muncul? Jawabannya masih tak jauh-jauh dengan urusan tampang. Pelakunya adalah seorang gadis super cantik dan super langsing yang merasa terganggu dan cemburu atas kedekatan Agatha dengan Dio si cowok idola. Cewek itu beropini, Agatha yang secara fisik jauh dibawahnya itu tak pantas berdekatan atau pacaran dengan Dio. Dia merasa dialah yang pantas karena secara fisik ia sempurna. Agatha menjadi kesal plus kasihan sesudahnya dan berkata: gue nggak sudi harus berantem gara-gara cowok. Sana ambil tuh, kalo Dio mau sama elu!. Agathapun berlalu.

Masih banyak lagi sketsa-sketsa makna yang terkandung dalam tiap bab buku ini. Dan tetap tak jauh-jauh dari urusan tampang. Seolah-olah buku ini hendak berkata dont judge the book from the cover!


Malang, 18 Juni 2011

Kunthi Hastorini

Gendut, Siapa Takut?

Judul : Gendut, Siapa Takut?
Penulis : Indari Mastuti
Editor : A. Ariobimo Nusantara
Asisten Editor : Mira Rainayati
Penata Isi : Suwarto
Isi : 104 Hal, 13 x 19,5 cm
Penerbit : PT. Grasindo, Jakarta, 2005

Resensi:

“Mama!” Teriak Agatha keras, tergopoh-gopoh Mama keluar dari kamar begitu pula Ega yang sedang mandi dengan hanya memakai seutas handuk menghampiri Agatha.
“Ada apa, ada apa?” tanya Mama dan Ega berbarengan.
“Aduh Ma, ini gawat! Agatha naik 4 kilo. Oh, tidak!” Teriak Agatha setengah histeris. Ega langsung berjingkrak-jingkrak senang, sedangkan Mama setengah mengiba.
“Ah sayang, sampai separah itukah?” Ujar Ega sedikit melecehkan. Agatha geram, lalu dibantingnya timbangan… brak…
Sekelumit dialog dari salah satu kumpulan cerita pendek buku “Gendut, Siapa Takut?” ini rasanya hampir semua orang merasakan. Terutama para remaja yang mulai memperhatikan penampilannya sebagai modal utama untuk gaul.
Agatha sebagai tokoh utama dari setiap judul menyajikan kisah-kisah pendek dan menarik ketika dia harus berhadapan dengan berbagai kasus. Saat Agatha berhadapan dengan perusak tanaman kesayangannya dijudul ayam tetangga betapa kesal dan kacau pikirannya. Sampai proses menyelidik dan mencari solusinya. Lalu ketika Agatha mendapatkan teman baru bernama Cersy yang cantik setengah mati, membuat banyak teman-temannya menyukainya dan membuat hatinya iri. Sehingga muncul sikap memusuhi pada Cersy dengan tujuan agar dia bisa keluar dari sekolahnya.

Kegokilan Agatha yang ceria, spontan dan jail makin terasa setelah menjelajah dari satu cerita menuju cerita yang lain. Khas anak remaja dalam melewati persoalan hari-harinya dengan Ega sang Kakak yang demen becanda, dan geng “imut-imut tapi amit-amit” sebagai juru supporter saat Agatha berhadapan dengan masalah-masalahnya. Ini menarik untuk dibaca oleh remaja juga orang tua, karena cerita-ceritanya riang, ringan, mengelitik.

Ima Emaknya Alif

“Anak kos lebay”

Judul : “Anak kos lebay”
Penulis : Bobby Hardika
Penerbit : Pustaka Rama
Cetakan : Tahun 2011
Tebal : 222 halaman
Harga Normal: Rp. 29.000,00
Harga On line: Rp. 24.650,00

Buku ini cukup menghibur dan informatif untuk kalangan anak muda, khususnya mahasiswa yang kos. Cukup banyak mahasiswa luar daerah yang ngekos di Bandung, untuk kepentingan studi di perguruan tinggi yang memang mereka pilih dan berhasil lulus dari penyeleksian. Salah satunya adalah Bobby Hardika, sang penulis buku “Anak kos lebay”. Isi buku ini menceritakan berbagai pengalaman sang penulis dan dua orang temannya (Viktor dan Deni) yang asli dari kota Medan, saat kos di Bandung di tahun pertama kuliahnya.
Mulai dari sekelumit tentang Bobby dan cerita kedatangannya di kota Bandung, halaman pertama, ‘Nyasar di Bandung’. Di awali dengan ketidakpercayaan Bobby bahwa dia ternyata diterima di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Orangtuanya tak terlalu khawatir melepas keberangkatannya ke Bandung. Padahal Bobby ingin sedikit ada moment dramatis kala orangtuanya melepas pergi anak laki-lakinya ke kota lain yang berbeda pulau. Akhirnya Bobby ditemani sang Ayah hingga sampai ke daerah Bandung Selatan, tentu saja perjalanan dimulai dengan naik pesawat terbang dari Medan menuju di Jakarta terlebih dahulu. Sesampainya di Jakarta, mereka menggunakan jasa travel menuju Bandung. Di tengah perjalanan, Ayah Bobby minta berhenti karena perut sudah keroncongan dan memutuskan untuk mencari tempat makan. Setelah makan, mereka bingung memilih sarana apa yang bisa dinaiki untuk melanjutkan perjalanan ke tempat yang mereka tuju. Karena di daerah tempat mereka berhenti banyak sekali delman, berwisatalah mereka dengan delman hingga sampai di Bale Endah.
Ayah Bobby kembali ke Medan setelah segala urusan pendaftaran kuliah selesai, dan Petualangan Anak Kos Lebay dimulai. Ayah Bobby sangat menekankan Bobby untuk serius kuliah, dan harus menunda pacaran. Ekspresi Bobby mendengar nasehat beliau yang Bobby tuangkan dalam kata-kata secara berlebihan alias lebay di buku ini, sesuai dengan judul bukunya. Gaya lebay khas anak alay. Petualangan dimulai saat awal ospek di kampus bersama Viktor dan Deni, teman sekosnya. Ospek dengan segala lika-liku tugas-tugas yang aneh, juga peraturan-peraturan dari senior yang banyak dikeluhkan Bobby dan teman-temannya. Bumbu obrolan lucu mengundang tawa mulai menghiasi halaman buku ini. Di sela-sela lelahnya ospek, Bobby dipertemukan dengan seorang calon mahasiswi bernama Diana. Ini merupakan hawa segar baginya. Apakah Bobby akhirnya berpacaran dengannya? Silahkan baca saja kisahnya.
‘Capeknya ospek’ ada di halaman berikutnya, kemudian akibat dijemur di bawah sinar matahari, kulit Bobby dan Deni menghitam seperti ‘Kulit hitam ala Nigeria’. Di halaman buku yang membahas tentang perubahan signifikan kulit mereka itu, diceritakan pula bagaimana Bobby dan melakukan ritual rutin untuk mengembalikan kecantikan kulit mereka seperti sedia kala. Viktor dapat dengan sepuasnya mengejek mereka, karena Viktor memang sudah dari orok begitu hitam warna kulitnya. Setelah membahas warna kulit, cerita beralih ke ‘Makanan Ala Kostan’. Mulai dari ikan lele, ayam bakar Kemarsam yang dimasak sendiri oleh mereka bertiga dengan kepala koki Deni, nasi goreng yang lewat depan kostan mereka.
Tiga bulan berjalan, perubahan fisik Bobby tampak banyak perubahan. Perutnya membuncit padahal waktu pertama kali datang di Bandung, tubuhnya kurus. Mungkin pengaruh dari makanan di Bandung yang nikmat nan murah. Saat liburan kuliah tiba, Bobby terpaksa harus berlebaran di Jakarta, di tempat tinggal Om nya karena sang Ayah melarangnya pulang ke Medan. Untuk pertama kalinya Bobby berlebaran di Jakarta. Semua hal yang dialaminya di sana ada di ‘Lebaran di Jakarta’. Bobby sesungguhnya ingin sekali merasakan keharuan lebaran saat bermaaf-maafan terucap. Tetapi saat sang Ibu meneleponnya dari Medan, yang ada hanya Ibu yang kangen pada ibunya (nenek Bobby). Mereka mengobrol lama di telepon, Bobby tak terlalu dikangeni. Dua minggu Bobby di Jakarta, dan setelah itu memutuskan kembali ke Bandung. Dalam hatinya bertekad untuk mengecilkan bagian perut dan berharap bisa berbentuk six pack.
Keinginan untuk kurus lagi disambut baik oleh Viktor dan Deni. Mereka memutuskan untuk segera membeli sebuah barbel. Tak berpikir lama, mereka bertiga menuju BIP (salah satu mal besar di Bandung) menggunakan angkot. Sesampai di sana, Viktor dan Deni langsung mencari barbel, sementara Bobby terdampar di toko buku dan melihat-lihat komik. Diselingi canda sambil memilih barbel, akhirnya mereka jadi membeli. Setelah pencarian barbel selesai, mereka pulang ke kostan dengan taksi. Obrolan dengan supir taksi mengundang kegelian, karena di halaman ini diberi judul ‘Taksi SARITEM’. Sekedar informasi, SARITEM adalah salah satu tempat/kompleks prostitusi terkenal di Bandung, mirip Dolly yang ada di Surabaya.
‘Program kurus dan Six Pack’ dimulai Bobby dan Deni. Apakah berhasil atau tidak? Yang jelas ada hal-hal yang membuat Bobby tersiksa dan menjadi bahan ejekan teman kostnya. Kembali ke seorang mahasiswi yang ditemui Bobby saat ospek, Diana. Ternyata Bobby tak bisa mendapatkan hatinya. Semuanya dicurahkan dengan nada kocak di ‘Gue dan Diana berakhir’, hingga tetap terngiang apa kata-kata Ayah Bobby di awal hari Bobby tiba di Bandung.
Menjelang pergantian tahun, Bobby menjalani UTS (Ujian Tidak Serius) yang sebelumnya dibebani dengan ‘Jadwal tambahan yang menyiksa’. Saat pergantian tahun 2008 menuju 2009 tiba, mereka mengikuti ‘Pesta Tahun Baru’ di Gasibu (sebuah lapangan dekat gedung Sate Bandung). Seperti biasa kemacetan menjadi sebuah hal biasa saat mereka yang merayakan tahun baru tumplek di jalan utama. Bobby dan kedua temannya terjebak di lapangan Tegal Lega sebelum sampai di Gasibu.
Bobby mulai merasakan sulitnya berbahasa Sunda, mengingat dia asli Medan. Kalaupun diuji coba berkata sepatah atau tiga patah kata, tetap saja logat Medan yang terdengar. Semuanya Bobby ceritakan di ‘Sulitnya berbahasa Sunda’. Anda akan dibuat tertawa dengan bahasan antara kata “teuing” dan “ikan teri”. Tidak ada hubungannya, tapi coba cerna dengan indah di halaman ini.
Bobby merasakan sebuah kejenuhan mengikuti perkuliahan di kampusnya. Dalam penggalan ‘Kuliah menjenuhkan’, Bobby pun menceritakan bahwa dia akan mendapat liburan UAS (Ujian Agak Serius) selama dua minggu. Tanpa disangka, Ayahnya mengijinkannya untuk pulang ke Medan. Seluruh biaya akomodasi keberangkatannya seperti biasa, Ayahnya yang atur. Begitu pun setiap bulannya untuk keperluan sehari-hari Bobby. Ayahnya rutin mengirimi uang. Saat UAS telah dekat, ‘Mati lampu’ membuat mood Bobby dan temannya terganggu. Bobby menemukan fakta, ternyata saat mati lampu, suasana Bandung dengan Medan tak ada bedanya. Di halaman ini, Bobby membandingkan kejadian yang dialaminya saat mati lampu seperti di Medan. Beres dengan urusan UAS, mereka bertiga bersiap pulang kampung. Mengepak semua barang bawaan dan pesanan oleh-oleh Bandung untuk keluarga di sana. Berangkatlah mereka dengan pesawat terbang. Diselingi perbincangan dan jahilnya mereka menggoda resepsionis bandara. Akhirnya sampailah Bobby di Medan, dan sang Ayah terheran-heran melihat bentuk tubuh Bobby yang menjadi melar. Bobby menyalahkan kota Bandung tentang kegendutannya. Bobby sangat menikmati liburan di Medan walau matinya lampu juga dia temui di sana, bahkan rutin.
Diana tinggal kenangan, tapi Bobby memang beruntung bisa berkenalan dengan seseorang yang asing di bis yang dia naiki. ‘Siapakah Nadia?’ ini menceritakan kejadian perkenalan Bobby dengan penumpang yang duduk di sebelahnya. Nadia pun bersandar tanpa sadar di pundak Bobby, hingga membuat Bobby terlena namun tetap sigap. Siapa sangka dia menyamar menjadi gadis manis anak Siantar padahal mungkin seorang penipu. Prasangka buruk bobby tak terbukti. Nadia turun lebih dulu daripada Bobby dan dompetnya aman.
‘Danau Toba, Awesome!’ menceritakan segala yang Bobby lihat sesampainya dia di Balige. Dia berkunjung ke tempat tinggal Ayahnya. Ibu dan Ayah Bobby tinggal terpisah. Bobby pun hanya sebentar berada di Medan hingga tiba ‘waktunya berpisah’ dengan kampung halaman. Bobby kembali menuju Bandung. Bobby kembali mengikuti perkuliahan dan cerita Bobby menjadi mak comlang untuk Mia teman sekelasnya dengan Joko, ada di halaman ‘Hari pertama semester dua’.
Musim penghujan mewarnai cerita di buku ini. Semuanya hadir di halaman yang berjudul ‘Kontrakan atau Kebun binatang’. Banjir, laron-laron,lintah, siput dan kodok menjadi hal yang dramatis saat hujan turun. Mereka menghajar seluruh “pendatang” kostan dengan candaan kejam. Kemudian ‘Curhatan Tukang Nasi Goreng’ pun dihadirkan di buku ini. Tukang nasi goreng menggunakan modus curhat bahwa istrinya sakit agar Bobby memberikan dengan rela uang kembalian yang menjadi uang terakhir yang dimiliki Bobby kala itu. Bobby pun mencurigai setiap curahan hatinya itu hanya fiktif belaka. Hal ini terbukti saat Bobby membeli nasi gorengnya dan si tukang nasi goreng selalu curhat tentang istrinya. Ini dan itu. Bobby mengaitkannya dengan sebuah kebohongan. Bobby mencontohkan jika kebohongan si tukang nasi goreng dibuat menjadi sebuah buku, dan buku itu laku keras, maka dia akan terkenal. Tidak akan jadi tukang nasi goreng lagi, lain hal dengan Bobby yang masih tetap berstatus mahasiswa.
Jarak satu bulan sejak Bobby meninggalkan kota Medan, dia mulai merasakan homesick karena mendengar Deni yang sering ditelepon ibunya, juga Viktor yang sering ditelepon pacarnya. Bobby menyesalkan orangtuanya tak pernah berlama-lama bicara di telepon. Namun kala itu, telepon dari ibunya membuat Bobby sedikit mengeluarkan airmata. Terlihat jelas bagaimana sebenarnya Bobby yang sebenarnya berperasaan dan tetap lebay. Terjadi perdebatan aneh saat temannya melihat sesuatu membasahi matanya. Bobby merasa berbagai masalah selalu menghampirinya. Diantarnya, sang Ayah yang telat mengirim uang, kabar dari adiknya di Medan bahwa orangtuany sering bertengkar. Adiknya memutuskan kabur, tepatnya kesasar entah kemana. Diantara konflik, ulah adiknya menjadi bumbu canda yang menghibur. Masalah dapat Bobby atasi dan dia bersenang-senang di Dufan bersama teman-teman kuliahnya. Di bagian akhir buku ini diceritakan bahwa Bobby batal pulang ke kampung halaman karena harus mengikuti Semester Pendek, senasib dengan Deni. Berbeda dengan Viktor yang sangat menikmati liburannya. Buku ini sangat ringan dan menghibur. Tidak menutup kemungkinan akan hadir Anak kost lebay session II sebagai kelanjutan kisah Bobby.

Selamat membaca dan semoga terhibur.

Beta Kun Natapradja

Tito dan Omelannya

Judul buku : Tito dan Omelannya
Penulis : Fita Chakra
Cetakan : I, April 2010
Penerbit : Pustaka Oasis
Tebal : 24 hal

Pagi ini hujan turun lebat. Tito mengeluh. Seragam sekolahnya jadi basah dan sepatunya belepotan lumpur. Di sekolah, ketika waktu istirahat tiba, Tito mengeluh lagi. Kata Tito, bekal yang dibawakan Ibu tidak enak. Siangnya, pas matahari bersinar terik, lagi-lagi Tito mengeluh.

Tito terheran-heran dengan temannya, Lintang. Lintang menyikapi semua hal tadi dengan cara berbeda. Pantas Lintang selalu tersenyum ceria. Sore hari, Tito kembali bertemu Lintang. Lintang terlihat lelah dan kotor. Wah, ternyata Lintang baru saja selesai membantu ibunya berjualan es. Apakah Lintang mengeluh? Bagaimana cara Lintang menyikapi semua keadaan hingga ia selalu bisa tersenyum ceria?

Buku berilustrasi cantik dan penuh warna ini membawa pesan agar kita pandai bersyukur. Di sisi lain, kita juga diajak berkenalan dengan ilmu keuangan Islam secara sederhana. Membacanya sangatlah menyenangkan karena kisahnya menarik, kalimat-kalimatnya mudah dimengerti. Ada pula selipan doa dan ayat Al Quran sebagai pendukung hikmah cerita. Kemasan hard cover pastinya menjadikan buku ini lebih tahan lama.*** Haya Aliya Zaki

80 Bisnis Sampingan Modal < 5 Juta

☻ Judul Buku: 80 Bisnis Sampingan Modal < 5 Juta
☻Penulis: Astri Novia & Natar Adri
☻Penerbit: Penebar Plus (Penebar Swadaya Grup)
☻Cetakan: I,Jakarta 2011
☻ Tebal: 262 Halaman
☻Harga: Rp 39.000



Kebutuhan yang terus meningkat sedangkan penghasilan sebagai karyawan hanya pas-pasan memaksa kita untuk mencari penghasilan tambahan. Istilah “besar pasak daripada tiang!” sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka yang tidak pandai-pandai mengelola keuangan dan bagi mereka yang tidak jeli melihat peluang disekitar untuk dijadikan sebagai tambahan income.
Sebagai karyawan yang selalu disibukkan dengan aktivitas kantor dapat menambah penghasilan dengan cara memiliki bisnis sampingan. Dalam buku ini dijelaskan bahwa bisnis sampingan adalah memulai bisnis baru dengan modal seminim mungkin tetapi berpeluang mendapatkan keuntungan yang cukup menjanjikan.
Pada bab pertama buku ini dimulai dengan bahasan “tak perlu bingung memulai bisnis”. Tentu saja untuk memulai bisnis sampingan harus memperhatikan beberapa hal diantaranya kita harus mengembangkan kreativitas sehingga bisnis kita memiliki keunikan dibandingkan bisnis serupa yang sudah ada. Kesiapan modal kadang menjadi kendala dalam memulai bisnis. Dalam buku ini diberikan tip bagaimana mengelola gaji menjadi modal bisnis. Menilik hobi yang diminati sangatlah penting. Akan lebih baik jika kita memang memiliki minat dibidang yang akan kita jalankan sehingga dari hobi menjadi hoki.
Pasar itu kejam dan dunia bisnis penuh kompetisi dan kejutan. Berbagai kesulitan akan bermunculan. Namun kita perlu menggali terus potensi diri dan diperlukan ide kreatif agar menjadi inovasi yang diminati pasar contohnya; bila kita ingin berjualan pisang goreng, lakukan dengan menambah perbedaan. Apabila pisang goreng dengan balutan tepung itu sudah biasa, tidak ada salahnya membuat pisang goreng dengan berbagai topping yang lebih menarik disertai penamaan produk yang lebih in misalnya Pisang Goreng Kriuk .
Kesiapan mental harus menjadi faktor yang harus diperhatikan. Siap gagal? Apakah kita memiliki daya resistensi terhadap stress? Semuanya harus terus dihadapi sambil terus mencoba dan bekerja keras sehingga kita bisa menjadi manusia yang “say no to surrender”.
Buku ini dilengkapi dengan tips dan info berbisnis seperti tips bagaimana mengasah kreatifitas dan tip mengelola gaji menjadi modal bisnis walaupun didalamnya terdapat point ‘sedekah’ yang statementnya benar namun kurang relevan dalam konteks yang dimaksud. Terdapat juga ejaan yang masih salah.
Pada bab akhir buku ini terdapat kisah inspirasi sukses bagaimana mereka yang telah sukses dengan omzet 18 juta hingga 32 juta per bulannya. Contohnya, siapa yang tidak mengenal wingko babat ? Bisnis yang telah digeluti Chandra sejak tahun 1993 dengan modal yang sangat minim yaitu hanya 20 ribu dan akhirnya sukses dengan omzet 500 ribu per hari dengan strategi bisnis yang dijalankannya.
Buku ini penting untuk dimiliki bagi mereka yang ingin menjalankan bisnis sampingan. Buku yang berisi 80 pilihan bisnis sampingan dengan modal kurang dari 5 juta disertai peluang, langkah memulai, hambatan, strategi dan tips bisnis lengkap dengan perhitungan analisis usaha.
Jadi, tingal pilih apakah anda mau memilih bisnis bros cantik dengan keuntungan 1 jutaan, bisnis lolychoco dengan keuntungan 2 jutaan atau bisnis blog/website dengan keuntungan 3 jutaan, atau bisnis sampingan lainnya? Tinggal pilih dan siapkah anda memulai berbisnis sampingan ? (Sri Marini)

Resensi LUCKY BACKPACKER

Judul Buku : Lucky Backpaker
Penulis Astri Novia
Cetakan : Cetakan I, Januari 2011
Penerbit : Imania, Depok
Ukuran/Hal : 13 x 20,5 cm/320 hal
Harga : Rp.

Resensi:

Saat membuka plastik pengaman buku rasanya senang sekali, lembaran isi jenis kertas buram membuat berat buku ini enteng di tangan. Selain itu karena warna dasar lembaran redup matapun terasa lebih adem. Dulu beres kuliah awal tahun 2000-an impian saya satu, ingin keluar Bandung dengan melakukan perjalanan menikmati beragam kota seorang diri. Tapi impian itu tidak pernah diwujudkan karena beberapa hal. Lalu kemudian harus merasa cukup beruntung bisa merkunjung ke beberapa kota di Jawa karena terlibat pertunjukan kelompok teater. Kini melakukan perjalanan (travel) dengan modal minim menjadi tren, namanya Backpaker. Traveler mengandalkan biaya minim dan perlengkapan seperlunya namun bisa menikmati perjalanan yang maksimal. Kini beberapa pengalaman para backpaker yang dibukukan, panduan perjalanan dan peta kota menjamur dimana-mana. Cara ini menambah minat para pecinta travel sebagai gaya hidup yang menyenangkan. “Work Hard Play Hard”, begitu kata Andre Beau seorang teman yang dikunjungi dan sekaligus jadi guide dadakan Novia Savitri di Paris.

Rasanya tepat sekali memutuskan judul buku ini “Lucky Backpaker”, karena Novia sangat beruntung memiliki banyak teman di belahan Negara Eropa yang mendukung proses perjalananya lebih menarik. Ketika berencana datang ke berbagai Negara Eropa, dia sudah menghubungi teman-teman di Negara tersebut sebagai tempat berkunjung dan menginap. Alhasil melalui kehangatan teman-teman inilah Novia dapat ditemani diperkenalkan setiap sisi kota, baik makanan, tradisi, nonton festival musik, bangunan tua, sistem fasilitas publik yang nyaman dan beragam lainnya yang menarik untuk dinikmati. Persahabatan antar Negara memperluas sudut pandang hidup kita pada hidup yang beragam. Seperti saat bertemu dengan pasangan Cloe dan Gabriel dimana mereka merasa kikuk pada Novia sebagai orang timur dan muslim karena harus melihat mereka tinggal bersama. Novia mengatakan bahwa perbedaan tidak menghalangi pertemanan, kita ambil yang baiknya saja untuk bisa berjalan berdampingan. .

Isi cerita dituturkan dengan nyaman melalui bahasa dialog dan kita mampu merekam kehangatannya. Setiap paragraph dari isi buku ini banyak informasi, pencerahan dan energi yang ditawarkan. Perjalanan selalu membuka jendela dunia, pertemuan dengan beragam situasi yang baru selalu membuat kita belajar dan mempelajari banyak hal. Bahkan saya cukup sering membaca ulang ke beberapa lembar halaman ke depan agar dipastikan informasi dari cerita tidak ada yang terlewat. Kita sebagai pembaca seperti ikut terlibat dalam perjalanan tersebut. Kota-kota, jalanan, bangunan tua yang terawat, musium yang dikunjungi seolah terhampar didepan mata.

Travel tidak mungkin lepas dari menikmati ragam makanan khas di tempat yang kita kunjungi. Seperti halnya Novia saat menceritakan situasi Belgia yang dingin dan minuman dark chocolate menjadi satu kesatuan yang pas. Lidah terasa ikut merasakan ketika mereka meneguk minuman dark chocolate panas, begitu juga ketika melahap cannellones di Spanyol. Hal yang menarik dari setiap kunjungan, tuan rumah selalu menyiapkan masakan rumah sambil berbagi cerita. Dalam buku ini diselipkan juga oleh-oleh menarik bagi para pembaca yaitu resep makanan khas tiap daerah, bagi yang suka bereksperimen resep ini menarik untuk dicoba. What a wonderful days!

Buku ini wajib dibaca bagi pecinta travel, maupun orang-orang yang ingin mengetahui dunia luar karena memberikan banyak informasi yang menarik. Selain kita bisa mengetahui tempat-tempat yang berbeda dengan negeri kita, kitapun bisa belajar pola hidup disiplin mereka. Disiplin pada tempat naik turun penumpang, jam kerja bahkan disiplin pada jam makan dan banyak lagi. Seperti halnya keramahan dan kedekatan keluarga Lien di Belgia saat menerima Novita, gambaran situasi yang menarik meskipun berbeda dari semua sisi. Perbedaan memang menciptakan keindahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Ima. Bandung, 19 Juni 2011