Lagi, Korban Bullying Melakukan Aksi Bunuh Diri


-
-
Perilaku bunuh diri zaman sekarang seakan menjadi salah satu pilihan penyelesaian dari persoalan hidup. Padahal yang namanya  hidup, adalah GUDANGNYA MASALAH yang tidak akan berhenti sampai kita sebagai pelakunya meninggal dunia.

Namun, ketika masalah datang kenapa bunuh diri yang jelas-jelas menyakiti diri sendiri menjadi jalan keluar? Kemana keterampilan PROBLEM SOLVING?

Se-dangkal itukah POLA PIKIR manusia sekarang?
Berbagai pertanyaan meliputi mengapa jalan itu yang ditempuh.

Lagi, kemarin tanggal 8 Februari 2018, seorang anak usia 12 tahun yang masih duduk di bangku SD nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan menggantungkan dirinya di RUMAHNYA!

Kejadian ini terjadi di Sulawesi Utara. Seorang anak bernama Jonathan Turangan (12) yang memilih bunuh diri ini bahkan sempat menuliskan permintaan maaf pada ayahnya. Diketahui penyebab Jonathan mengakhiri hidupnya, sebab ia sering menjadi KORBAN BULLYING!

Innalillahi,..

Perasaan kita tentu rasanya berkecamuk hebat mendengar kata BULLY. Sebuah kata dan perbuatan yang mempunyai dampak luar biasa MENYERAMKAN, membuat efek yang tidak sebentar hilangnya. Tindakan dan agresi yang dilakukan anak-anak sekolah dasar saat ini malampaui batas pikir orang dewasa. Artinya, anak usia SD sudah mampu melakukan bully dan menyakiti secara fisik dan mental.

Menurut psikolog, selain bunuh diri ada beberapa dampak yang akan dihasilkan dari bullying:

DEPRESI YANG BERKEPANJANGAN. Ini merupakan dampak besar yang nantinya akan mampu mendorong anak melakukan tindakan bunuh diri. Depresi yang berkepanjangan membuat anak tertekan batin, tidak mampu melawan dan pada akhirnya membuat ia ketakutan namun tidak nyaman atas perlakuan yang diterima.

KESEHATAN FISIK TERGANGGU. Korban bully akan terganggu kesehatannya secara tidak langsung. Akibat efek dari gangguan kecemasan yang terus menerus membuat nafsu makan menurun dan daya tahan pun ikut terjun bebas. Anak menjadi mudah sakit.

MEMILIKI KONSEP DIRI YANG BURUK. Anak korban bully, memiliki konsep buruk pada dirinya. Itulah gunanya komunikasi interaktif antara orangtua dan guru di sekolah bila ada sesuatu yang terlihat mengganggu pada anak.

Wahai ayah bunda, kehidupan anak-anak zaman sekarang berbeda jauh dengan masa kecil kita dahulu. Ribuan tulisan tentang bully sudah mengatakan diluar sana, bagaimana PERAN ORANGTUA dan GURU serta DUKUNGAN MASYARAKAT adalah tiga pilar yang tidak terpisahkan, untuk MENGATASI dan MENGHINDARI tindakan bullying.

Apa jadinya generasi bangsa, bila masa kecil mereka dilalui dalam masa bully?

Yuk mari secara sadar kita letakkan gadget, tinggalkan aktivitas di luar rumah yang jika di ladeni tak kunjung habis itu sejenak.

Bila anak kita sudah menjadi salah satu korban bully,
Mari sentuh anak kita...
Peluk dia...
Katakan bahwa, cinta orangtua itu tanpa syarat, tanpa batas...
Besarkan hatinya...
Bahwa apapun yang terjadi, ayah bunda akan selalu disamping, didepan dan dibelakang dirinya...
Sehingga tiada rasa takut dalam dirinya untuk selalu kembali ke RUMAHNYA YANG NYAMAN.

Semoga tidak ada lagi kejadian seperti Jonathan diatas. Bunuh diri di rumah, karena di bully.

Saya teringat dengan salah satu ayat dalam Al-Qu’an bahwa,...” jaga dan peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”



No comments:

Post a Comment