Hati-hatilah bercanda...
Sebab terkadang tidak semua bahan, situasi dan orang bisa diajak bercanda.
Alih-alih ingin mencairkan suasana dengan bercanda, yang terjadi malah
sebaliknya. Petaka dari hasil bercanda yang kurang tepat.
Beberapa waktu lalu,
viral sebuah pemberitaan gurauan seorang presenter tv secara live mengenai
sosok pemimpin negara. Windy Wellingtonia, presenter TV One tersebut
mengomentari doa seorang politikus dengan celetukan yang mungkin spontanitas ia
lakukan demi mencairkan suasana pemberitaan yang sedang jalankan.
Namun,
ternyata tindakannya ini menuai kritik pedas para warganet. Bahkan ada pula
yang mengecam dirinya, dianggap telah menghina presiden sendiri.
Duhai sahabatku,
candaan dan gurauan memang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup
terasa lebih berwarna, penuh rasa bahagia dan mempererat tali silaturrahim.
Tapi sadarkah kita,
bahwa ada batas-batas tak kasat mata yang tidak bisa diterabas begitu saja?
Kita harus
pintar-pintar memilah kapan waktunya bercanda...
Siapa lawan bicara yang
kita bergurau...
Bagaimana kalimat dan
intonasi suara saat melontarkan senda gurau...
Lalu, bagaimana pula
reaksi lawan bicara yang diajak bercanda tadi? Apakah ia dalam frekuensi yang
sama dengan kita?
Dengan kata lain ia turut menikmati atau tidak?
Atau bahkan
berang dengan aksi candaan yang kita lakukan?
Untuk itulah gunanya
rasa simpati dan empati, Sahabat.
Gestur tubuh yang
ditampilkan seseorang pasti akan terlihat jelas bagaimana kondisnnya.
Sedang senangkah
dia, sedang sedihkah dia atau dia tak butuh apa-apa darimu.
Hanya butuh ruang
sendiri untuk merenungi dirinya sambil berkontemplasi.
Bagaimana kita bisa
tahu?
Banyaklah menyimak.
Mendengar. Dahulukan telinga daripada mulut. Allah memberikan dua telinga satu
mulut, supaya kita terbiasa menyimak terlebih dahulu. Resapi lalu bawa ke hati.
Lahirlah simpati syukur kalau sampai pada tahap empati.
Semuanya ada normanya.
Begitulah hidup bermuamalah. Sebab niat baik tidak selalu berakhir baik.
Terkadang pada proses eksekusinya, mengalami sedikit hambatan. Maka pesan yang
ingi disampaikan tidak bisa diterjemahkan dengan baik pula.
No comments:
Post a Comment