Keceriaan dan BAKAT ALAMIAH anak
memang selalu MENARIK untuk diikuti dan tentu saja setiap orang tua bangga akan
hal itu. Wajar pula jika ingin MEMPERTONTONKAN pada khalayak. Tapi ketika bakat
anak sudah masuk dalam RANAH TELEVISI, dipoles sedemikian rupa, kesan natural
itu seolah HILANG berganti dengan panggung PROFESIONALITAS selebritis.
AJANG ADU KEBISAAN rupanya
tidaklah asing lagi ditelinga masyarakat kita. Lembaga survei global AC Nielsen
mengatakan bahwa sepanjang tahun 2012, ajang pencarian bakat berhasil menjadi
PRIMADONA pemirsa layar kaca.
PERTANYAANNYA adalah, apakah
hitung-hitungan angka penonton dan rating TV itu SEBANDING dengan pribadi anak
yang DIEKSPLOITASI menjadi selebritis?
Tidak diragukan lagi, hal
demikian kuat kepada bentuk EKSPLOITASI ANAK. Fenomena orang tua mendambakan
anak menjadi selebritis ini menjadi TOPIK HANGAT dalam beberapa tahun
belakangan.
Namun sebagian pakar psikologi
mengatakan bahwa ajang adu bakat tersebut memiliki SISI POSITIFNYA. Yaitu untuk
mengasah KEBERANIAN dan RASA PERCAYA DIRINYA anak. Tapi harus dipastikan
terlebih dulu, anak tidak dipaksa untuk mengikuti acara tersebut.
Memang jarak antara EKSPLOITASI
dengan keinginan mengembangkan bakat anak sangat tipis. Orang tua adalah pihak
yang PALING memahami MOTIVASI memasukan anak ke ajang tersebut.
Dan tentu saja, memiliki anak sebagai seorang selebritis juga bukan berarti tanpa RESIKO. Gegar budaya adalah salah satu bahaya yang senantiasa mengintai.
CULTURE SHOCK atau gegar budaya
merupakan keterkejutan yang terjadi pada anak. Dimana yang awalnya bukan
siapa-siapa MENDADAK jadi terkenal. Yang sehari-harinya hanya di rumah dan
sekolah, sekarang jadi ada jadwal wawancara, pemotretan, syuting iklan, wah
jadi padat!
POPULARITAS itu belum tentu
mampu ditanggung oleh anak. Karena anak dikondisikan untuk HARUS selalu ceria
dan terkesan tidak pernah lelah didepan kamera. Padahal yang namanya anak pasti
ada titik jenuhnya dan butuh kebebasan bermain.
Akhirnya pada usia dewasa anak tersebut banyak yang mengalami masalah yang rumit. Terjerat obat-obatan terlarang misalnya.
Marilah bijaksana sebagai orang
tua memandang bakat anak. Jangan sampai jatuh kepada eksploitasi dan merugikan
anak itu sendiri nantinya.
No comments:
Post a Comment