Kisah Saya dan Suami (Bagian Ketiga)



Saya berkarir bertahun-tahun sejak usia 18 tahun akhirnya saya memilih jadi IBU RUMAH TANGGA yang diam di rumah, apa yang terjadi?

Ini karena SEBUAH BUKU yang dia berikan menjelang pernikahan kami..

Saya dilamar tanggal 16 Juli dan menikah 8 Agustus 2007, dalam 3 minggu persiapan mental saya dari SEBUAH BUKU yang diberikan lelaki sholeh...

MELAMAR DENGAN UANG ARISAN adalah juga sebuah keberanian bagi suami saya
"Neng, nanti kita akan nikah dengan uang arisan. Saya nggak punya tabungan selain arisan itu."
Seandainya saya matre, udah aaah nggak usah nikah ama lelaki yang bongkar-bongkaran banget sama keadaan, jelas banget saya melihat sosoknya JUJUR dan APA ADANYA, tertanam di benak saya, kalau dia mengatakan yang sebenernya InsyaAllah adalah suami yang bisa mengarahkan ke arah kebaikan

Dia mengatakan...
Dialah tulang punggung keluarga dengan gaji yang tidak besar..
Dia mengatakan bahwa dia bukan dari keluarga ada, bisa dibilang pas-pasan
Tanpa gengsi mengatakan bahwa sebelum bekerja pernah jualan bakso di depan kampus, jual roti pakai sepeda, dan jualan apa saja demi menyambung hidup keluarga
Himpitan ekonomi tak mengurangi kesholehannya *di mata saya
Tetap menjadi lelaki santun yang tak pernah meninggalkan sholat, mengaji, dan ikhlas dalam melakukan apa saja *itu di mata saya

HARTA BERHARGANYA adalah sebuah BUKU yang beliau berikan pada saya, "Bacalah buku ini untuk memahami lebih baik lagi hak dan kewajiban seorang istri" 

Menikah dengan uang arisan bukan masalah bagi saya, harta berharga yang beliau berikan bagi saya bukanlah uang tapi KESHOLEHANNYA dan BUKU...

No comments:

Post a Comment