Diskon Tidak Sama dengan Banting-Bantingan Harga



“Teh, kalau produk didiskon itu tandanya NGGAK LAKU ya?”
Demikian tanya seorang peserta Reparasi Bisnis.

Jawaban saya, Tidak selalu, produk didiskon ada beberapa alasan yaitu Meningkatkan TRAFFIK penjualan dan memudahkan konsumen.

Saya diwaktu-waktu tertentu memberikan diskon untuk training-training yang saya usung dengan tujuan MEMULUSKAN JALAN untuk mereka yang semangat belajar, kini peserta Reparasi Bisnis saja sudah hampir mencapai 230an orang dan Insya Allah kemudahan kami berikan melalui diskon untuk yang mau belajar dan bergabung jadi PEREMPUAN MANDIRI SECARA EKONOMI.

Diskon tidak sama dengan banting-bantingan harga ya.   Diskon di waktu-waktu tertentu sangat diperlukan untuk tujuan yang saya sebutkan di atas, tapi banting harga?  Jangan sampai!

Jangan pernah ikut banting-bantingan harga kalau bisnis Anda mau jangka panjang.  Itu selalu saya tekankan pada calon-calon tenaga penjual di perusahaan tempat saya bekerja
Merasa harga kita terlalu mahal untuk pasar yang kita bidik dibandingkan pesaing kita? So, mau banting harga? PIKIRKAN kembali untuk melakukannya! Semakin banting harga semakin sulit perusahaan berkembang.

Margin makin tipis...

Capeknya makin terasa...

Barangnya terasa tidak istimewa...

Ujungnya konsumen malah ikut lari karena mereka "mencari yang lebih murah lagi"...

So camkan teman-teman  pebinsis dibandingkan Anda mengatur ulang harga lebih murah lebih baik PIKIRKAN BENEFIT yang akan menyertai harga produk Anda.

Daripada banting-bantingan harga, lebih baik Anda belajar bagaimana MENENTUKAN HARGA JUAL, bagaimana membuat produk Anda terlihat ISTIMEWA, serta bagaimana meningkatkan kemampuan Anda berkomunikasi dengan pembeli.

Ya, komunikasi.  Apapun produk yang kita jual, berapapun harganya jika kita tidak bisa mengKOMUNIKASIkannya dengan baik, maka kesempatan terjadinya transaksi akan kabur.  Tenaga Penjual tanpa kecakapan berKOMUNIKASI saya bilang nihil. KOMUNIKASI sangat dibutuhkan oleh semua Tenaga Penjual. Bagaimana tiba-tiba saya mampu membangunkan relasi-relasi “mati” perusahaan, bagaimana saya mampu menjadi jembatan antara perusahaan dan relasi demi tercapainya kepuasan bersama, bagaimana saya bisa membangun hubungan baik antara semua pihak tak lepas dari pola komunikasi yang saya lakukan.

Bagaimana? Siap belajar lagi?

No comments:

Post a Comment