Kartini pun Menulis, Masa Anda Tidak!

(Menulis dalam sebuah pertemuan di Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis)

Ingat cerita masa kecil kita tentang Kartini?  Seorang wanita yang digambarkan terkungkung raganya dalam tembok yang tebal.  Sementara jiwa dan pikirannya terus bergejolak, ingin melepaskan diri dari kungkungan adat istiadat.  Prinsipnya akan kebebasan bertentangan dengan kodrat dirinya sebagai perempuan yang hidup di lingkungan bangsawan Jawa, di mana tatakrama harus dijunjung setinggi-tingginya.
Keseharian Kartini hanya bersama buku-buku.
Kartini sangat suka membaca.
Dan menulis.
Ya, menulis!
Di dalam kesendiriannya, Kartini menulis, menyuarakan pentingnya pendidikan bagi kaum kita, kaum perempuan.  Kartini ingin kaum perempuan keluar dari sekapan adat.  Kartini ingin agar kaum perempuan menjadi kaum yang cerdas, setara dengan kaum laki-laki.  Untuk itu kaum wanita harus memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar.
“Dari perempuanlah manusia itu pertama-tama menerima pendidikan.  Di pangkuan perempuanlah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata,” tulis Kartini.
Kartini terus menulis.  Gagasan  dan pemikirannya terekam dengan baik dalam tulisannya.  Hingga suatu hari tulisannya berhasil mendapatkan perhatian dunia.
Kartini memang sosok cerdas yang berani berbeda.  Dia memiliki budi pekerti yang luhur, terlihat dari goresan penanya selalu menuturkan bahasa yang baik.
Lalu bagaimana dengan kita?
Kita sangat beruntung kita hidup di era yang sangat mendukung karya nyata kaum perempuan.  Kita bebas bersekolah setinggi mungkin.  Perempuan sekarang tidak hanya pandai mengurus rumah, suami dan anak-anak, namun bisa pandai di segala bidang kehidupan, tanpa dibeda-bedakan.
Kartini, dalam keterbatasannya tetap memiliki semangat untuk mengekspresikan ide-idenya dengan menulis. Tidakkah kita ingin mempertahankan semangat itu tetap ada di diri kita?  Mari kita mulai menulis, karena dengan menulis kita akan mampu merasakan semangat itu. Sudah waktunya kita mengenang semangat Kartini tidak sekedar dengan lomba putri-putrian ataupun lomba merias tumpeng.  Mengenang Kartini sambil merayakannya dengan menulis akan membiarkan Kartini tetap ada di setiap diri kita.
Semoga dengan demikian akan semakin banyak perempuan yang tergerak untuk menulis dan menerbitkan karya-karyanya seperti seorang Kartini.


No comments:

Post a Comment