Hidup itu tidak seindah mimpi karenanya selalu aja ada sedih dan kurang di dalamnya. Karena itulah kita tidak bisa membuatnya lebih tidak indah dengan selalu menyesalinya karena indahnya hidup bisa kita buat sendiri. Yuk, kita buat hidup lebih indah dari sebelumnya
Beberapa kali dalam hidupku mengalami beragam kekecewaan, kegagalan, ketidakpuasan, akibatnya aku yang labil merasa bahwa hidup itu tidaklah seindah yang dibayangkan. Biasanya yang aku lakukan ketika ketidakindahan itu datang adalah dengan menangis dan meminimalisir berbincang dengan banyak orang. Aku merasa cara itu paling ampuh untukku. Kenapa menangis? Sebab menangis efektif meringankan beban di dada. Kenapa meminimalisir berbincang dengan banyak orang? Karena aku takut apa yang aku bicarakan justru menyakiti mereka, mengurangi kebahagiaan yang sedang mereka rasakan. Padahal..ternyata point kedua yang kupilih itu salah! Ternyata kebahagiaan itu cepat menular pada orang lain.
Salah satu sahabat yang kubilang paling bahagia dengan kehidupannya ternyata bukanlah orang serba ‘lebih’. Di mataku dia istimewa karena apapun yang dia alami selalu dia anggap sebagai kebahagiaan.
“Lihatlah, hidup itu terlalu indah untuk dikecewakan.” Katanya sambil memandang langit yang berwarna biru cerah
Dan aku terkenang dengan ucapan-ucapan bijaknya yang lalu
“Putus cinta tidak akan membuatku kecewa sebab Tuhan memiliki stok pangeran baik hati yang salah satunya siap dihadiahkan untukku.”
“Ketidakharmonisan keluarga bukan alasan untukku kecewa sebab Tuhan sudah menyiapkan diriku untuk belajar dari ketidakharmonisan ini dan aku yakin kelak aku akan memiliki keluarga yang sakinah.”
“ Keterbatasan materi tidak akan membuatku sedih sebab Tuhan sudah menyediakan tabungan lain untukku beramal.”
Tuhanku, betapa indah kalimat-kalimat yang diucapkannya. Dia selalu melihat dunia sedemikian indah dalam keadaan apapun.
Aku terbangun…dan merenung. Apakah dunia memang seindah yang dibayangkan olehnya?
Remajaku dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang ‘high class’ mereka berasal dari keluarga yang tidak pernah kehabisan uang, sungguh berbeda dengan aku, dan aku sempat merasa iri pada keberuntungan mereka.
Mereka mengenakan baju-baju yang bagus, diantar jemput oleh mobil yang bagus, uang jajan yang bisa dibelikan apa saja tanpa perlu khawatir habis, semuanya serba menyenangkan di mataku. Aku sempat menganggap mereka adalah remaja-remaja yang bahagia.
Tapi, ternyata tidak demikian adanya ketika aku mulai mendengarkan keluahan mereka tentang betapa membosankannya selalu berada dalam pengawasan orang tua, segala yang serba diatur, dan kebebasan yang terenggut.
Berbeda dengan aku, orangtuaku membolehkan aku melakukan apapun yang dianggap positif. Aku aktif sejak SMA, aku bisa kemana-mana untuk mengembangkan bakat menulisku bahkan kepercayaan diberikan padaku untuk memanfaatkan bakatku untuk menghasilkan uang.
Aku tumbuh lebih leluasa di bandingkan mereka dan sekarang aku juga tahu, ternyata aku berkembang lebih cepat di bandingkan mereka.
Kita saling merasa masing-masing lebih beruntung. Padahal ternyata semua punya konsekuensi atas hidupnya. Kita hanya tidak perlu memperumit hidup kita dengan membandingkannya satu sama lain, tapi menjalaninya sebaik mungkin. YES!
Pahamilah hidup tak ada yang sempurna
Hidup tak cukup hanya pusing kepala
Masalah pun tak bisa hilang dengan mengeluh
Hanya saat cukup gelap kamu dapat melihat bintang
Ralph Waldo Emerson
No comments:
Post a Comment