"Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka." (HR. Muslim)
Sudah hampir lima bulan saya menerima email dari seseorang yang tidak saya ketahui asal usulnya. Di dalam surat itu, dia mengkritisi apa yang saya lakukan. Awalnya saya marah karena merasa dia terlalu sok tahu dengan apapun yang saya kerjakan dan ego saya langsung muncul saat itu, apalagi saya sama sekali tidak mengetahui asal usulnya. Kemudian suatu ketika, saya masuk ke sebuah penerbitan sambil membawa naskah. Editor di penerbitan itu meminta saya merevisi tulisan sesuai dengan kritikan yang diberikan oleh teman-teman yang membaca naskah tersebut. Akhirnya saya menyadari satu hal bahwa perubahan ke arah yang lebih baik terkadang bisa di dapatkan dari kritik yang diberikan orang lain. Sejak itulah saya mulai dapat bersahabat dengan kritik dan merasakan manfaat di dalamnya. Kritik sama dengan perbaikan.
Ketika kritik tiba seringkali kita merasa bahwa kita kena musibah lantas kecewa, sedangkan ketika kita mengkritik kita merasa menang dan dia kalah. Padahal jangan salah, kritik merupakan petunjuk jalan dan memberitahu kita apa yang bisa berjalan baik dan mana yang tidak bisa menjalan baik.
Kritik akan selalu menguntungkan untuk kita. Kita tak perlu memandang kritik sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Kritik aharus dipandang sebagai peluang untuk memperluas pemahaman, dan harus bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai hasil positif. Jika disampaikan secara tepat, kritik bisa menjadi umpan balik yang konstruktif.
Beruntungnya, kehidupan kita memang tak pernah bisa dipisahkan dengan kritik. Sehingga kita harus bisa memahami dan menggunakan kritik sebagai alat pemberdayaan untuk berkomunikasi secara lebih terbuka dan memperbaiki banyak segi kehidupan kita.
Memang untuk bisa mendengar kritik sebagai pembangun kita harus membuka pikiran dan mendengar pandangan orang lain terhadap kita sebagai pembentuk citra diri ke arah yang positif.
Biar nggak takut dikritik :
Pahami saja kalau orang lain memang punya pendapat berbeda denganmu. Bersikaplah toleran, penuh pengertian, dan mau menerima keadaan
Sesekali kamu harus memusatkan perhatian pada apa yang orang lain pikirkan, bukan melulu memikirkan diri sendiri
Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orang lain padamu
saring kritik yang ditujukan padamu. Analisa kebenarannya, jangan lantas menyalahkan diri sendiri
mintalah saran membangun dari si pengkritik. Siapa tahu apa yang dikatakannya memang benar.
Ucapkan terima kasih atas segala kritik
Kamu harus mau menerima KRITIK
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment