Sahabat saya, punya profesi sebagai seorang penulis, dosen luar biasa, dekan, dan seabreg aktifitas positif lainnya adalah tipe orang yang sungguh luar biasa.
Di samping mengenakan busana rapih nun sederhana, berbicara apik nun sopan, dia adalah seorang pejabat yang tidak suka bermewah-mewahan di samping banyaknya prestasi yang diraih, harmonisnya keluarga, serta beberapa keunggulan yang lagi-lagi luar biasa.
Bagi sebagian orang yang mengenalnya, mungkin tidak lazim bagi orang seistimewa dia masih setia dengan bebek merahnya, bahkan seringkali saya bertanya-tanya dalam diri mengapa dia tidak membeli saja kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemanapun dia pergi. Lebih efektif dan efisien barangkali, begitu pikir saya.
Ternyata, pada suatu sore saat kami berbincang di sebuah toko buku, dia mengatakan alangkah enaknya hidup dan berpikir sederhana. Bahwa dengan kesederhanaan yang dia miliki, banyak sekali hal yang bisa dia pelajari. Menjadi sesempurna yang orang lain inginkan, tentu saja tidak bisa! Yang paling mungkin adalah menjadi seseorang yang diri kita inginkan. Jangan takut dengan pandangan orang atas diri kita, jika kita sudah merasa bahwa yang kita lakukan benar. Dia merasa bahwa mengendalikan diri untuk melakukan konsep hidup ‘sederhana’ alias ‘tidak berlebih-lebihan’ bukan sesuatu yang gampang. Namun jika semua itu sudah dapat dilakukan maka kita akan terus merasa bersyukur. Jika kita punya mobil, maka bersyukurlah karena orang lain hanya punya motor. Jika kita punya motor, bersyukurlah karena orang lain hanya punya sepeda. Jika kita punya sepeda, bersyukurlah karena orang lain hanya punya kaki. Jika kita masih punya kaki untuk berjalan, maka bersyukurlah karena ada juga orang yang tak bisa berjalan tak punya kaki. Jika kita masih punya hati, maka bersyukurlah karena dengan hati kita bisa mengetahui segala yang tak beres dalam hidup kita. Bersyukur! Itu patokannya.
Bersyukur, itu patokannya!
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment