Sewaktu saya memutuskan menerimanya sebagai Marketing. Semua terkejut!
“Masa orang kayak begitu kamu terima”
“Mbak, dia kan gagu.Masa mbak terima juga”
“Saya sulit berkomunikasi dengan dia. “
Begitu beberapa ungkapan rekan kerja dan marketing lain di kantor.
Tapi saya malah selalu mengatakan pada semua orang,
“Tolong, Bantu dia!”
“Tolong, dampingi dia”
“Saya tahu dia bisa!”
Semua orang mengatakan tidak setuju. Tapi, saya tertarik untuk menerimanya karena dari sorot matanya saya tahu dia cerdas dan punya kelebihan yang lain.
Memang, hari-hari pertama dia terlihat ‘berbeda’ dibandingkan teman-temannya. Itu sebabnya saya terus menerus memberikan support dan dukungan bagi dia.
Sebut saja, R. Lelaki berusia 33 tahun, berbadan tinggi kurus, dan gagap jika berkomunikasi. Pertanyaan yang muncul dikepala saat meng-interview dia adalah “Kenapa dia bisa menyelesaikan sarjana Teknik dengan nilai yang lebih dari memuaskan?” itulah yang membuat saya penasaran dan akhirnya ingin membuktikan serta memberi kesempatan kalau dia BISA!
Setelah seminggu menghilang. Tiba-tiba kemarin, dia menelpon saya, “Mbak, saya ingin membicarakan perkembangan menakjubkan atas diri saya. Dimana saya bisa ngobrol secara pribadi dengan mbak.” Ujarnya terpatah-patah.
Antara senang dan tak kalah terkejut (karena saya sempat mengira dia menyerah menjalani training yang dilakukan). Lantas, saya mengundangnya datang ke kantor.
Senyuman hangat, itu yang pertama kali saya berikan untuknya.
“Saya senang kamu menelpon saya. Perkembangan apa yang telah kamu alami?” Tanya saya.
Kemudian, meluncurlah cerita menyenangkan darinya.
Ya Tuhan, ternyata saya tidak keliru menerimanya. Kesempatan yang telah saya berikan pada R, telah membuat dia percaya diri untuk membuat kelemahannya bukan halangan.
Dia memperlihatkan sebuah proposal penawaran kerjasama yang disusun secara apik untuk ditawarkan kepada konsumen yang dikunjungi.Proposal itu…sangat menakjubkan!Bahkan saya tidak pernah terpikir untuk membantunya sejauh itu.Bantuan yang saya berikan padanya hanyalah pendampingan dari marketing yang lain.
“Dengan proposal ini saya tidak perlu menerangkan panjang lebar.Ini karena saya memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan, tapi saya tak bisa berbicara dengan baik.” Ujarnya tanpa sedikitpun rasa minder. Kemudian, dia memberikan daftar konsumen yang telah dikunjungi serta membaca proposalnya. Sebagian besar HOT prospek!
“Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk kamu? Menelpon konsumenmu? Memfollow up mereka?” Tanya saya
R semakin berbinar, “Ya, mbak. Semoga mbak bersedia.”
“R, tentu saja saya bersedia. Saya pasti akan membantu kamu untuk mencapai target penjualan. Dan kalaupun saya tidak ada di tempat, saya akan siapkan orang untuk selalu membantumu.” Janji saya.
Mata saya menghangat. Tuhan, saya benar-benar tak salah pilih. Kini saya semakin yakin, semua orang layak mendapat KESEMPATAN dan kesempatan itulah yang akan membuat PERUBAHAN signifikan pada diri seseorang. Percayalah!
Semua Orang Layak Mendapat KESEMPATAN!
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment