Satu
Ann masih ragu untuk bertanya sesuatu pada sahabatnya, Meta. Meta menyadari hal tersebut apalagi melihat tingkah Ann yang pendiam kini tambah pendiam, persis kayak anak ayam keilangan induknya –muyung-
"Kamu kalo mau ngomong, ya ngomong aja. Mau nanya sesuatu dan minta nasehat sama aku juga gak apa-apa." Ujar Meta sambil melahap nasi padang yang baru saja dihidangkan.
"Hem..ini kasus yang rumit." Kata Meta, matanya terlihat bingung.
"Rumit atau tidakkan bisa diputuskan kalau aku sudah tahu mengenai masalah yang pengen kamu ungkapkan."
Ann memegang tangan Meta, "Met, bisakah kita jatuh cinta pada seseorang melalui telpon dan kita tidak tahu yang mana orangnya?"
"Ah, itu sih gak mungkin!" jawabnya cuek. Ann langsung kehilangan selera makan. Apakah dia normal?
***
kring..kring…kring….
"Selamat pagi, PT. Andirastiwa Telekomunikasi. Dengan Ann disini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Pagi juga, mbak." Sahut penelpon.
"Ya, bisa saya bantu, pak? Anda membutuhkan salah satu produk kami?"
"Tentu saja, mbak. Itu sebabnya saya menelpon ke perusahaan anda. Begini..saya membutuhkan salah satu alat yang bisa menghubungkan dari satu wilayah ke wilayah lain dengan jarak hingga 500 km."
"Wah…jauh sekali ya?" Ann jadi bingung, setahunya perusahaannya tidak memiliki produk tersebut
Eit, tiba-tiba dia ingat kalau dirinya bukan seorang Marketing. Lalu kenapa dia mesti bingung-bingung dengan produk yang ditanyakan penelpon, "Bagaimana kalau saya sambungkan anda ke Marketing? Tunggu ya.."
"E eh, mbak.."
"Ya.."
"Nama mbak siapa?"
"Ann, pak." Sepengetahuannya dia sudah menyebutkan nama di awal percakapan. Yah, sudahlah..
"Ooh, gak pengen tahu nama saya?" tanyanya
"Hemm.."
"Nanti ditanya sama Marketingnya dari siapa dan darimananya?"
Oh, iya ya..untung diingatkan!
"Maaf pak, dengan siapa saya bicara?"
"Saya Okan, dari Bali."
"Baik pa Okan, saya segera sambungkan anda dengan Marketingnya."
"Eeh…" yang bernama Okan itu menyela lagi
"Ya…"
"Boleh ya saya panggil Ann?"
"Hemm..silahkan.." wah ini bikin memperpanjang waktu di telpon untuk percakapan yang tidak penting
"Saya cuman ingin memuji sesuatu dari anda."
Wah, ketemu penggombal baru deh, Pasti dia mau memuji suaranya.Apa lagi?!
"Suara kamu merdu banget."
Nah, bener kan?
"Terima kasih." Entah kepada berapa ratus penelpon dia mengucapkan terima kasih atas pujian terhadap suaranya.
"Baiklah..saya akan sambungkan kepada Marketing.."
"Eeh.." sial! Menyela lagi
"Terima kasih sebelumnya ya, An."
"Baik, pak."
"Eh jangan panggil Pak dong. Saya belum terlalu tua lho."
Ann bingung, kesel, "Baiklah."
"Panggil saja saya, Okan."
"Baik Okan, segera saya sambungkan ke Marketing." Tangannya dengan cepat langsung menutup telpon dan mengalihkannya ke extensi. Selamat deh!
Kring..kring..kring…
"Selamat pagi, PT. Andirastiwa Telekomunikasi. Dengan Ann disini. Ada yang bisa saya bantu?"
***
Meta menyikut pinggangnya
"Hei, siang bolong dilarang ngelamun ntar keserempet kuntilanak. Hayu kita makan siang?"ajak Meta, sahabatnya, sesama Customer Service.
"Met, aku di sini aja." Agak ogah-ogahan memang Ann hari ini.
"Kenapa lu? Takut ketemu sama Anton yah?" tanyanya menebak. Tebakan tepat!
"Bukan itu!" Ann mengelak
"Alah jangan bohong lah! Emang berapa lama sih kita sohiban. Masa iya aku gak ngerti juga tentang kamu! Anton kan yang selalu ada di benakmu! Ayuk cepet! Jangan sok jadi sentimental gitu deh." Sentak Meta
"Ta..tapi."
"Tapi kamu takut kalau Anton bakalan makan siang lagi sama Lisa, cewek player itu? Biarin aja lah biar si Anton tau rasa ninggalin cewek sebaik kamu sama cewek murahan itu. Rasain! Pasti lebih sakit rasanya." Rutuk Meta panas.
"Met, plis!" airmata Ann mulai mengembang
"Strong girl! Strong!!!jangan kalah sama cowok bajingan itu. Kalau dia cuman bisa dapetin cewek kayak Lisa, kamu malah musti dapetin cowok kayak ..hemm…Devon!Ya, Devon. Dia cowok yang sudah lama nyimpen hati sama kamu. Ingat kan Devon?"
Ya, Devon. Dia adalah anak Marketing yang terkenal punya segudang prestasi di perusahaan.
"Tentu saja! Tapi Devon gak layak dapetin aku!"
"Aduuuh, buang jauh-jauh deh minder lu! Kamu tuh jadi kayak gini gara-gara si kunyuk itu. Lihatlah dirimu dengan objektif, say! Kamu lebih baik dari Lisa bahkan aku bahkan semua cewek di sini yang genit-genit. Kamu berbeda, itu sebabnya Devon ngincer kamu terus. Ini kesempatan. Buka hatimu, kamu gak layak dapet malapetaka kayak Anton." Nasehat Meta berapi-api.
"Ayuk kita makan, ayam di perutku udah berkokok nih.."
Dan seseorang menghampiri mereka, Devon..
"Kalian tidak makan siang?" tanyanya ramah, dan matanya menatap Ann.
Ann menunduk, pura-pura membereskan sesuatu.
"Aku sih mau makan di kantin sebelah. Tapi Ann pengen makan di warung padang di sebelah kanan jalan itu. Kamu mau gak antar dia?" Ujar Meta menjebak. Sial deh!ujar Ann dalam hati.
"Wah kebetulan, aku mau kesana. Mau bareng, Ne?" tanya Devon
Ann gugup, "oh eh oh ya, bo….boleh." Gugup deh dia. Meta langsung menggeret Ann yang masih juga bengong walau sudah mengiyakan ajakan Devon.
"Kalian barengan aja ya? Aku duluan. Jaga Ann baik-baik ya, Dev. Dia lagi gak enak badan. Sus…."dengan lincah Meta memanggil Susi yang baru melintas di hadapan mereka lalu berlari ke arahnya.
Tinggallah Ann bersama Devon. Mereka berjalan beriringan. Ann gak konsen, takut Anton melihatnya berdua saja dengan Devon. Apa yang akan Anton pikirkan tentang dia? Ah tapi..kenapa dia harus selalu saja memikirkan apa yang Anton pikirkan tentangnya, bukankah Anton sudah membuangnya demi seorang Lisa? Dan saat itu matanya tertohok pada sepasang kekasih yang bergandengan mesra. Anton dan Lisa…Oooh, kejamnya dunia!
BERSAMBUNG YA....? :)
Novel Baru 3 : On The Phone
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment