-
-
Lagi, kekerasan terhadap
anak beredar luas di media. Di bagian bumi anu, seorang anak dibunuh, dipukul,
disiksa, ditelantarkan, dibuang, diekspolitasi dan sebagainya. PELAKUNYA TAK
LAIN DAN TIDAK BUKAN IALAH ORANGTUANYA SI ANAK SENDIRI. Innalillahi...
Selalu, saya tak
sanggup berlama-lama menuliskan berbagai kekerasan yang menimpa anak-anak. Anak
siapapun. Tersebab, mereka para anak-anak itu hanyalah sesosok makhluk kecil
yang Tuhan titipkan pada sebuah keluarga, tanpa boleh ia memilih pada pasangan
suami istri mana ia dilahirkan dan dirawat.
Mengapa sampai hari ini
masih ada saja orangtua dengan DALIH SAYANG ANAK, MENDISIPLINKAN ANAK, DEMI
KEBAIKAN MEREKA DIMASA DEPAN namun memberikan perlakuan yang jauh dari makna kata
sayang yang sesunggguhnya?
Entahlah, selalu meleleh
air mata berjatuhan di pipi tatkala menyaksikan sorot mata anak-anak korban
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT ANAK).
Tidakkah terasa pilu
menyayat hati raungan kesakitan mereka?
Tidakkah terasa
kesakitan yang nyaris merenggut nyawamu, wahai sang ibu ketika engkau
melahirkannya ke atas dunia ini?
Singa adalah hewan buas
pemimpin rimba raya yang ditakuti seluruh hutan, tidak mau menyakiti anaknya.
LALU KITA APA?
Makhluk bergelar KHALIFATULLAH
FIL ARDHI, yakni pemimpin di muka bumi. Jika masih melakoni sebuah perbuatan
yang bahkan hewan pun tidak lakukan. Pantaslah dahulu tatkala penciptaan Nabi
Adam AS, Malaikat sempat “protes” pada Tuhan untuk apa penciptaan manusia jika
hanya akan melakukan kerusakan di bumi. Termasuk melakukan kekerasan terhadap
anak, bentuk lain kerusakan yang dimaksud.
STOP
KEKERASAN TERHADAP ANAK!
Tahukah
engkau wahai para orangtua, bahwa anak korban kekerasan tidak serta merta mampu
disembuhkan rasa sakitnya dalam waktu sekejap?
Menurut
penelitian pakar psikologi, BUTUH WAKTU PULUHAN TAHUN GUNA MENGHILANGKAN
TRAUMATIK yang mereka derita.
Lantas
pertanyaannya, selama masa penyembuhan itu, apakah yakin tidak ada tambahan
kekerasan yang baru?
Selain
itu, ANAK MERUPAKAN MAKHLUK PENIRU ULUNG. Ingatan tajam mereka merekam segala
hal yang diterima semasa kecil. Jika suatu saat ketika mereka dewasa dan
berumahtangga dan mempraktekkan kembali KDRT apa yang telah tertanam dalam
memori mereka, bagaimana? Akankan siklus itu berulang terus tanpa putus? Tentu akan
melahirkan “monster-monster” baru yang mungkin lebih mengerikan lagi.
Ya
Tuhan...
PEWARISAN
KARAKTER MACAM APA INI...
Tak heran kasus gangguan
mental seperti bipolar banyak bermunculan.
Ayah bunda,
Jika seorang anak dibesarkan
dengan rasa BENCI ia merasa rendah diri DAN MENGANGGAP DIRINYA TIDAK BERGUNA.
Tapi sebaliknya, JIKA
ANAK DIBESARKAN DENGAN PENUH CINTA, KASIH SAYANG YANG MELIMPAH RUAH namun bukan
sekedar ucapan manis dimulut saja layaknya mainan sayang anak tiga ribuan
dipasar yang ketika dibawa pulang rusak binasa seketika tiada bekas. Maka
yakinlah rentetan kekerasan yang mungkin saja pernah kita alami pada masa kecil
akan diputuskan mata rantainya saat ini juga. Demi kebaikan mental para
generasi kita berikutnya.
Warisan harta, dalam
sekejap lalu akan habis begitu saja. Tapi bila kita mewariskan ADAB, SOPAN
SANTUN, KASIH SAYANG YANG LEMAH LEMBUT pada anak-anak sejak dini maka lihatlah
10, 20 tahun mendatang. Peradaban manusia yang “barbarian” itu akan terkikis dan
tergerus dengan sendirinya.
Bisakah kita mulai dari
rumah masing-masing dari SEKARANG Bunda?
Itulah salah satu alasan saya mendirikan sekolah gratis dan insyaallah menyusul panti asuhan. Semoga para anak-anak yang kelak menjadi tongkat estafet perjuangan kita di hari mendatang mendapat tempat yang selayaknya, dan menjalin tali silaturrahim yang erat walau tidak lahir dari satu rahim yang sama.
No comments:
Post a Comment