Social media itu:
Bisa jadi positif...
Bisa juga berefek negatif...
POSITIFNYA jika memang
memberikan pengaruh positif dan pengubahan hidup kita
Bertambahnya ilmu...
Bertambahnya sahabat baik...
Meningkatnya bisnis...
NEGATIFNYA jika tanpa sadar kita
terjerumus di arus laut "ikut-ikutan"
CEMBURU dengan pencapaian orang
lain, LALU bergaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan
IRI dengan status bahagia orang
lain, LALU nyinyir
DENGKI dengan keberhasilan orang
lain, LALU blackcampaign
TERPANCING dengan status
provokatif, LALU ikut komen dan share padahal tidak tahu masalahnya
Di social media itu kayak toko
serba ada, jualannya ya STATUS...
BEBAS MAU LIHAT STATUS siapa
saja, yang mana saja, dan kapan saja.
INILAH AWAL KEMUDAHAN bagi para
perempuan, kita diserbu informasi (negatif dan positif) lalu bisa dengan bebas
mengekspresikan diri kita sebebas-bebasnya, "toh akun-akun kita, wall
punya kita, situ ngerasa rugi?" begitu kata banyak orang yang paling nggak
bisa menerima masukan dari sahabat-sahabat yang mengingatkan.
TAPI BU, seperti yang saya
sharing di artikel saya berjudul, "HATI-HATI DENGAN STATUSMU, BU"
bisa jadi anak-anak kita memantau postingan kita tanpa kita sadari.
JIKA BERANI, silakan suruh
anak-anak kita baca facebook ibunya dan tanyakan pada anak-anak kita apa yang
mereka pikirkan tentang ibunya melalui status yang diposting.
SEPERTI KEMARIN...
"Nit, menurutmu bagaimana
status di facebook Bunda"
Lalu, Nanit memberikan masukan
terkait facebook saya yang banyak bercerita tentang dia,
"Sebaiknya Bunda tidak
terlalu sering posting tentang saya, semua aktivitas Nanit ditulis oleh
Bunda."
LALU, dia berkata,
"Daripada facebook aku lebih suka baca BLOG, Bun. Di blog lebih mudah
mencari cerita yang ingin dibaca, misalnya aku ingin tahu tentang Nanit ya
tinggal SEARCH kata kunci Nanit dan aku akan tahu sejarahku, waktu Bunda hamil
aku, aku bayi, balita, hingga sekarang."
SEJARAH! itulah TULISAN yang
kita posting di social media. APA JADINYA kalau status ibunya penuh dengan
KEMARAHAN?
Ibunya menuliskan tentang
kemarahan pada sesama perempuan dengan kata-kata yang tidak pantas
Ibunya memosting status menghina
orang lain
Ibunya merekam sejarah provokasi
yang penuh kebencian
Apa kata anak yang membacanya?
KETIKA saya tanya pada Nanit,
dia menjawab, "AKU AKAN MALU, KALAU IBUKU MENULIS SEPERTI ITU DI
FACEBOOKNYA"
Iya, anak kita akan malu, Bu...
Ketika anak malu maka percaya
dirinya akan memudar dengan dashyat
Jadi, Bu...JIKA kita memang agak
sulit dinasihati oleh orang lain terkait postingan status kita, maka MINTALAH
ANAK-ANAK memberikan argumennya terkait status-status kita. Biarlah mereka yang
menilai dan berubahlah demi mereka...
JIKA ibu menginginkan perubahan
lebih baik pada anak-anak, SESUNGGUHNYA anak-anak menunggu ibunya berubah
JIKA ibu menginginkan anak-anak
yang lembut SESUNGGUHNYA anak-anak menunggu ibunya melembut
JIKA ibu menginginkan anak-anak
cerdas menggunakan social media SESUNGGUHNYA mereka menunggu ibunya lebih
cerdas menggunakannya
JIKA ibu menginginkan anak-anak
lebih bahagia SESUNGGUHNYA anak-anak menunggu ibu bahagia di samping mereka
Kita sebagai ibu sering lupa...
Kita menuntut anak-anak menjadi
lebih baik TAPI tidak belajar dari kesalahan-kesalahan kita
Kita menuntut anak lebih hebat
TAPI tidak menghebatkan diri kita
Kita meminta anak-anak cerdas
TAPI kita terlalu puas ilmu yang ada dan tidak bergairah menggali ilmu lainnya
TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK
BERUBAH kok, Bu...
Ini beberapa tips untuk cerdas
bersocial media demi kebaikan anak-anak kita:
Pertama, JIKA MARAH dan Anda
tidak bisa mengendalikan emosi, maka tutuplah social media Anda, dibandingkan
Anda akan nyerocos dan memosting status-status penuh emosi
Kedua, JIKA BAHAGIA postinglah
lebih banyak tulisan sebagai tabungan kebaikan *biasanya sedang bahagia membuat
kita lebih lancar menulis
Ketiga, FOKUS PADA MEMBAGI ILMU
yang Anda kuasai dibandingkan Anda memposting tulisan yang sedang jadi hot
topik atau isue yang sebetulnya tidak Anda kuasai
Keempat, PILAH dan PILIH teman
di social media. Dalam artian tidak asal menerima pertemanan dan berteman. Saya
sendiri memilih teman dengan kategori berikut:
- Memiliki kesamaan status:
emak-emak hehee
- Memasang profil pic yang jelas
- Menamai akunnya dengan nama
asli bukan alay
Kelima, BERHENTI MENULIS SESUATU
DENGAN SUBYEKTIF apalagi ketika sedang marah, kuasai ilmunya dulu. Misal sedang
ramai kasus A, lalu kita ikut posting status menyudutkan padahal kronologisnya
tidak paham.
Ingat, kita tak pernah tahu
siapa yang paling tinggi imannya di mata Allah, jangan sampai kita menyudutkan
orang yang ternyata umat yang dicintai olehNya, naudzubillah
Keenam, KETIKA INGIN MENULIS
TENTANG SESEORANG DARI SISI NEGATIF, tanyakah ke diri kita sendiri:
- Apakah saya sudah lebih baik
darinya?
- Apakah ibadah saya sudah lebih
sempurna darinya?
- Apakah perbuatan ini akan jadi
sia-sia?
- Apakah saya tidak memiliki aib
seperti dia?
- Apakah Allah ridho dengan yang
saya lakukan?
Ketujuh, EVALUASI BERKALA
BERSAMA ANAK terkait social media Anda dan mintalah pendapatnya mengenai
postingan ibunya. Lakukan dengan berani ya, bu?
NAH...Selamat bekerjasama dengan
anak-anak Anda untuk semakin bijak menggunakan social media ya, Bu…
IBU BIJAK maka anak akan BIJAK
seperti ibunya, InsyaAllah
No comments:
Post a Comment