Jadi Bunglon


Menulis buku Auto biografi membutuhkan skill bukan hanya sekedar pandai menulis tapi ada skill khusus yang wajib diperhatikan. Ilmu ini saya sebut ilmu bunglon!
Ilmu bunglon merupakan ilmu yang membuat kita 'mendadak' menjadi orang yang sama dan memosisikan yang ternyaman bagi tokoh yang kita tulis.

Ketika menulis buku Auto biografi tidak jarang saat menulis saya menangis, marah, dan sedih menyesuaikan dengan cerita yang saya tulis dan inilah yang membuat tulisan itu kemudian lebih bernyawa serta sering mendapat pertanyaan dari sang tokoh, "kok seperti saya yang nulis" :)
 
Lalu, bagaimana ketika sedang berhubungan dengan sang tokoh? saya pun menjadi bunglon yang tepat. Saat menulis seorang profesor, saya memosisikan diri menjadi seorang murid. Saat menulis seorang kakek, saya mendadak seperti cucunya. Saat menulis seorang pengusaha, saya lebih senang menjadi teman diskusinya. Saya menjadi bunglon dan ternyata kunci dari kekuatan menulis di lini autobiografi adalah sepandai apa kita mengubah diri kita saat bersama sang tokoh, meski tentu saja tidak boleh mengubah karakter penulis itu sendiri.


Saya menikmati konsep bunglon ini dan saya rasa tokoh yang tulis pun demikian, karena hingga kini saya jadi memiliki hubungan baik dengan mereka seperti saat saya menuliskannya, mereka menganggap saya murid, cucu, teman dekat, hingga adik ^__*

No comments:

Post a Comment