Pertanyaan ini diajukan oleh salah satu anggota IIDB ke WA saya. Bagaimana menurut Anda?
Menurut saya, memulai bisnis baru sangat bisa melibatkan suami dibandingkan memulai dengan orang lain. Keterlibatan suami macam-macam, ada yang support modal kerja, ada yang bantu promo ke teman-temannya (*bisa diangkat jadi marketing kan?:d) hingga bisa terlibat langsung dalam manajemen seperti yang dilakukan oleh suami saya.
Ada plus dan minus sebenarnya berbisnis dengan suami.
Pertama, kalau perselisihan urusan bisnis dibawa hingga ke dalam keluarga maka yang harus dilakukan oleh semua orang yang membangun bisnis suami istri harus memisahkan keduanya secara profesional.
Kedua, rasa sungkan untuk mengkritik suami karena takut, maka yang harus dilakukan adalah komitmen pada pasangan untuk saling membuka diri jika ada salah kurang dalam pengelolaan bisnis -- Anda juga harus siap dikritik suami ya .
Ketiga, kalau keduanya bergabung di bisnis yang sama, siap-siap rugi dan untung bareng. Kalau untung enak, kalau rugi? Nggak bisa makan sama-sama, inilah yang saya juga rasakan ketika bisnis saya down, penghasilan rumah disupport oleh bisnis yang dikelola bersama. Untungnya dengan bersama-sama, segala kesulitan rasanya lebih ringan .
Keempat, mudah beradaptasi pasti karena pasangan tinggal di rumah, kepantau terus, kita jadi mudah beradaptasi dengan kebiasaannya. Dan ini jelas berbeda ketika menghire partner baru. Tapiiiii.....jika Anda mulai berbisnis dengan suami, pastikan jelas posisi atau job yang akan dikerjakan, pastinya harus memiliki dua posisi yang berbeda. Kalau saya di perusahaan disebut CEO (Chief Executive Officer) alias penentu kebijakanan, bertugas menjaga kestabilan perusahaan dan yang menggerakkan perusahaan secara langsung ke luar dan ke dalam, kalau suami saya disebut COO (Chief Operating Officer) yaitu dialah yang berhubungan secara teknis di internal perusahaan.
Bagaimana siap berbisnis dengan suami?
#panduan bisnis yang asyik
#panduan bisnis yang asyik
No comments:
Post a Comment