Sudah dua hari ini saya dikirimi surat oleh
Nanit. Tulisan tangannya itu menuliskan betapa inginnya dia diajak
kemana-mana oleh saya :')
"Kenapa Bunda nggak pernah ajak Nanit, apa nggak ada uang, bun?" tanyanya dengan polos dalam bahasa sunda yang halus.
Dan selama dua malam ini, sebelum tidur saya kembali membicarakan
masalah 'nggak diajaknya dia" jika saya pergi ke luar kota. Persoalannya
tidak semudah yang dia bayangkan. Kelak dia akan bosan jika saya di
luar kota bekerja -- bukan jalan-jalan saja. "Kan Nanit juga pernah
bunda ajak, terus Nanit nangis pengen pulang karena bosan liat bunda
ngomong terus, meeting terus, serius terus."
Dia mendengarkan dengan
seksama namun tetap saja di akhir berkata, "Tapi, ajak aku serta bun,
kemana pun Bunda pergi." pintanya memelas.
Oh anakku...:')
(percakapan yang sudah diterjemahkan ^^)
Ajak Nanit, Bun...

Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment