Berbagi dan Belajar Bersama Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis

Kamis, 31 Oktober 2013 kemarin Paseban berkunjung ke komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis di Jl. PLN Dalam 1 No.1/203D Moh. Toha Bandung. Pertama sampai, tim paseban langsung melihat spanduk besar yang dipasang di pagar bertuliskan “Melahirkan 1 Juta Perempuan yang produktif Menulis” serta tulisan “Sekolah Perempuan”. Paseban makin penasaran dengan selebaran kecil di susut kanan atasnya “Sampah Non Organik Bisa di Ambil Di Sini.


Setelah masuk ke dalam rumah tersebut, tim Paseban disambut oleh ibu-ibu pengurus komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis(IIDB). Ada ibu Indari Mastuti yang merupakan pendiri IIDB, beliau sudah cukup lama malang melintang di dunia bisnis dan banyak mendapat penghargaan. Kemudian ada juga Ibu Hayati Fauziyah yang merupakan Korwil IIDB untuk Jabar dan Banten dan juga Ibu Natha Rusdinar yang merupakan Korcab Bandung.

Bincang-bincang Paseban berada di ruangan Ibu-Ibu Doyan Bisnis. Ruangan ini dipenuhi buku-buku dan berbagai piala serta penghargaan. Maklum, sang pendiri komunitas ini seorang penulis. Dia juga sebagai penggagas Sekolah Perempuan yang sudah banyak sekali melahirkan penulis-penulis perempuan, penerima penghargaan Ibu-Ibu Inspirasi Nova tahun 2010, Wirausaha Muda Mandiri, Femina Wanita Wira Usaha dan masih banyak lagi. Dan tempat Paseban berbincang merupakan rumah diselengarakannya Sekolah Perempuan tersebut.



Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis ini dibentuk pada tanggal 8 Agustus 2011. Komunitas ini lebih aktif bergerak di Facebook. Pada awalnya, komunitas ini sama dengan komunitas kebanyakan. Member kebanyakan memanfaatkannya hanya untuk promosi dan berdagang saja. Melihat keadaan seperti ini, para penggagas IIDB merasa ada yang perlu dibenahi. Mereka membuat IIDB semakin teratur dan bukan hanya ajang promosi dan berdagang.

Pada awalnya IIDB ini sama dengan komunitas lain, kayak pasar awalnya begitu. Jadi bener-bener berseliweran, ada yang jual ini, jual itu. Pokoknya to the poin banget lah. Kemudian kita belajar bagaimana agar komunitas ini bermanfaat buat yang lain. Jadi kita buat seperti itu. Untuk yang berdagang atau promosi hanya hari minggu, hari-hari yang lain kita membuat tema seperti tips, manajemen, online shop, MLM dan lain-lain,kata Bu Hayati Fauziyah pemilik butik batik Lovely Zia.

Untuk promosi di IIDB, anggota diharuskan menulis artikel, tips dan lainnya, karena bila tidak dilakukan hal ini, promosi sulit dikendalikan. Selanjutnya tim IIDB akan menyeleksi artikel tersebut. Karena menurut Bu Fauziyah untuk berbisnis kita bukan hanya sekedar menjual barang. "Kasih juga ilmunya kepada yang beli seperti tips merawat barang yang dibeli. Karena saya jual batik, saya beri artikel cara mencucuinya, merawat, menyetrika dan merawatnya.
tambahnya,

Selain berinteraksi di Facebook, mereka juga sesekali bertemu secara langsung. Saat kopdar inilah mereka berbagi keahlian dengan anggota lainnya. Keahlian ini yang kemudian dijadikan lahan bisnis bagi anggota-anggotanya. Mereka justru tidak takut karena berbagi keterampilan akan memperbanyak saingannya.

Kita ada belajar bareng. Misalnya ketua umum yang di Jakarta, Roza Rianita ahli dalam membuat mahar dan craft lainnya. Kadang-kadang ngumpul belajar bikin mahar. Dan ujung-ujungnya mereka bersinergi, mereka berdagang mahar atau juga bergabung dengan Ochanya sendiri untuk bareng-bareng ngejalaninnya, kata bu Indari Mastuti yang juga pendiri Ibu-Ibu Doyan Nulis dan Sekolah Perempuan.

Dari situlah IIDB semakin berkembang hingga anggotanya di Facebook lebih dari 8000 akun. Akun Facebook yang diterima menjadi anggota IIDB juga tidak sembarangan. Setiap akun yang mengajukan diri menjadi anggota mereka seleksi dengan standar akun harus milik sendiri, nama akunnya jelas (bukan nama alay) dan yang utama haruslah wanita. Kemudian bila lolos verifikasi, barulah mereka terima menjadi anggota. Dan terus berkembang hingga anggota-anggota lainnya di luar Bandung membentuk cabang di daerahnya masih-masing. Saat ini IIDB sudah memiliki cabang di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jabodetabek.

Di sela-sela perbincangan, tim Paseban menanyakan mengapa di depan ada tulisan Sampah Non-Organik Bisa Di Ambil Di Sini. Serentak, ketiga Ibu cantik ini langsung tertawa.

Itu buat pemulung atau siapapun yang mau ngambil sampah plastik di rumah ini. Mereka bebas ngambil sampah pelastik dari rumah ini. Rumah saya jadi bersih, gak banyak sampah. Kalau untuk organiknya sendiri biasanya saya buat untuk tanaman-tanaman, kata Bu Indari, dan akhirnya langkah inipun diikuti oleh tetangga-tetangganya.






No comments:

Post a Comment