Tidak ada yang bisa saya wariskan pada anak-anak selain Buku
-Indari Mastuti-
Saya bersyukur atas warisan ilmu dari Bapak. Bapak memang sangat keras, Bapak paling hobi memberi nasehat, namun Bapak sangat menyanyangi saya, hingga kelas 6 SD saya masih digendong Bapak :).
Kasih sayangnya terhenti ketika saya kelas 2 SMP Bapak terkena Stroke. Produktifitas Bapak menurun dan harus mencari rezeki dengan sebelah tubuhnya yang tidak normal. Setiap saya bercerita tentang Bapak air mata saya selalu menitik tanpa terasa. Banyak kenangan manis dan pahit dengan Bapak yang tanpa saya sadari itulah yang mendidik saya dengan ataupun tanpa kehadirannya. Kata-kata Bapak yang tegas dan penuh maknalah yang memberikan warisan kekuatan dalam hidup saya. Ketika kelas 6 SD, Bapak memangku saya dan mengatakan hal ini,"Indari, Bapak tidak akan melihat kamu tumbuh dewasa, namun Bapak yakin dengan ataupun tanpa Bapak kamu akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Kamu punya potensi, maksimalkanlah." saat itu saya tidak mengerti mengapa Bapak mengatakan tidak bisa mendampingi saya tumbuh dewasa, namun baru saya sadari ketika akhirnya setelah 7 tahun bergelut dengan stroke, Bapak meninggal persis ketika saya keluar SMA....nampaknya mata saya mulai berkaca-kaca...:'(
Bapak tidak meninggalkan warisan harta untuk kami, setelah Bapak sakit saat saya duduk di kelas 2 SMP dan kemudian meninggal ketika saya keluar SMA. Warisan Bapak yang paling berharga adalah BUKU.
Buku Bapak sangat banyak dan saya menyimpannya hingga sekarang, buku menjadi kenangan terindah dari Bapak. Bapak yang sangat suka baca! Saya menyimpan semua buku-buku berbau hukum yang dimiliki Bapak, karena Bapak adalah seorang pengacara sehingga buku yang dimilikinya adalah buku-buku yang kadang sulit saya cerna :). Saya juga masih menyimpan agenda-agenda Bapak semasa hidupnya. Semua catatan keseharian yang ditulis dengan rapi... Warisan kedua dari Bapak adalah KEBIASAAN bapak yang menurun pada saya. Kami sama-sama suka mencatat tentang apa saja.
Ketika saya dinobatkan sebagai Perempuan Inspiratif Nova 2010, kami, 10 pemenangnya ditanya oleh Ibu Rieny Hasan, "Kesuksesan Anda akan dipersembahkan untuk siapa?" rata-rata sahabat saya menjawab untuk Ibu. Namun, saya dengan tegas menjawab untuk "BAPAK!". Ketika ditanya alasannya mengapa Bapak? saya menjawab dengan air mata yang terus mengalir deras. Karena begitu banyak warisan yang Bapak berikan untuk saya, warisan yang bukan berupa harta tapi warisan luar biasa yang membuat kaki saya terus berdiri tegar hingga saat ini....I really Love Him! Kadang saya memimpikan Bapak hadir saat ini...Betapa saya begitu mencintainya...
Bapak mendidik saya dengan sangat keras, namun disisi lain Bapak memanjakan saya. Bapak tidak pernah memanjakan kami dengan uang, karena memang kami bukan keluarga yang bergelimang uang. Bapak memanjakan saya dengan pelukan, ciuman, dan belaian di rambut saya. Bapak memanjakan saya dengan nasehat yang tidak pernah terhenti. Bapak membuat saya istimewa walau saya bukan anak yang hebat.
Warisan ini yang ingin saya berikan pada anak-anak saya. Saya ingin meniru Bapak dalam mendidik saya, walau saya juga harus membuang beberapa bagian yang sempat membuat saya terkerangkeng dalam rumah karena Bapak sangat keras dalam mendidik.
Ketika saya mendirikan Indscript Creative tujuan saya memang untuk mencurahkan seluruh perhatian pada anak-anak, walau tanpa disadari kesibukan mengurus rumah, keluarga, dan bisnis bukanlah sesuatu yang mudah. kerapkali saya membuat anak-anak kecapekan karena harus mengikuti aktifitas saya di luar rumah. Saya harus memboyong kedua anak saya pergi kemana-mana. Nanit mulai saja ajak keluar kota ketika usianya kurang dari 1 bulan, masih mending de Ammar yang baru mendekati 2 bulan dia baru saya ajak keluar kota. Namun, kedua anak saya memang harus mengikuti saya, sebab saya ingin mereka tahu apa yang Bunda mereka kerjakan di rumah rumah. Saya ingin mengenalkan mereka pada aktifitas keseharian saya. Lingkungan yang saya kenalkan lambat laun akan membentuk pribadi mereka. Itulah yang membuat saya begitu yakin mengajak mereka serta kemanapun pergi. Lingkungan penulis yang saya miliki bisa jadi membuat salah satu diantara mereka menjadi penulis tanpa perlu saya dorong, lingkungan kerja yang saya ciptakan di rumah akhirnya bisa jadi membentuk pribadi anak-anak yang mandiri, serta banyak hal baik yang ingin saya berikan pada mereka dengan harapan mereka tumbuh dengan baik. Itu adalah harapan semua ibu, bukan?
Pendidikan anak yang saya gunakan sekarang banyak yang saya tiru dari Bapak, walau banyak yang saya tidak aplikasikan juga, karena tidak sesuai dengan zaman sekarang hehehe...Namun, saya semakin menyakini satu hal atas hal ini, kerapkali anak meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Syukur kalo yang ditiru baik, kalau jelek? hemmm..
-bersambung ah, lagi banyak dedlen...hihihi-
Lihat Artikel bagian 6
-Indari Mastuti-
Saya bersyukur atas warisan ilmu dari Bapak. Bapak memang sangat keras, Bapak paling hobi memberi nasehat, namun Bapak sangat menyanyangi saya, hingga kelas 6 SD saya masih digendong Bapak :).
Kasih sayangnya terhenti ketika saya kelas 2 SMP Bapak terkena Stroke. Produktifitas Bapak menurun dan harus mencari rezeki dengan sebelah tubuhnya yang tidak normal. Setiap saya bercerita tentang Bapak air mata saya selalu menitik tanpa terasa. Banyak kenangan manis dan pahit dengan Bapak yang tanpa saya sadari itulah yang mendidik saya dengan ataupun tanpa kehadirannya. Kata-kata Bapak yang tegas dan penuh maknalah yang memberikan warisan kekuatan dalam hidup saya. Ketika kelas 6 SD, Bapak memangku saya dan mengatakan hal ini,"Indari, Bapak tidak akan melihat kamu tumbuh dewasa, namun Bapak yakin dengan ataupun tanpa Bapak kamu akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Kamu punya potensi, maksimalkanlah." saat itu saya tidak mengerti mengapa Bapak mengatakan tidak bisa mendampingi saya tumbuh dewasa, namun baru saya sadari ketika akhirnya setelah 7 tahun bergelut dengan stroke, Bapak meninggal persis ketika saya keluar SMA....nampaknya mata saya mulai berkaca-kaca...:'(
Bapak tidak meninggalkan warisan harta untuk kami, setelah Bapak sakit saat saya duduk di kelas 2 SMP dan kemudian meninggal ketika saya keluar SMA. Warisan Bapak yang paling berharga adalah BUKU.
Buku Bapak sangat banyak dan saya menyimpannya hingga sekarang, buku menjadi kenangan terindah dari Bapak. Bapak yang sangat suka baca! Saya menyimpan semua buku-buku berbau hukum yang dimiliki Bapak, karena Bapak adalah seorang pengacara sehingga buku yang dimilikinya adalah buku-buku yang kadang sulit saya cerna :). Saya juga masih menyimpan agenda-agenda Bapak semasa hidupnya. Semua catatan keseharian yang ditulis dengan rapi... Warisan kedua dari Bapak adalah KEBIASAAN bapak yang menurun pada saya. Kami sama-sama suka mencatat tentang apa saja.
Ketika saya dinobatkan sebagai Perempuan Inspiratif Nova 2010, kami, 10 pemenangnya ditanya oleh Ibu Rieny Hasan, "Kesuksesan Anda akan dipersembahkan untuk siapa?" rata-rata sahabat saya menjawab untuk Ibu. Namun, saya dengan tegas menjawab untuk "BAPAK!". Ketika ditanya alasannya mengapa Bapak? saya menjawab dengan air mata yang terus mengalir deras. Karena begitu banyak warisan yang Bapak berikan untuk saya, warisan yang bukan berupa harta tapi warisan luar biasa yang membuat kaki saya terus berdiri tegar hingga saat ini....I really Love Him! Kadang saya memimpikan Bapak hadir saat ini...Betapa saya begitu mencintainya...
Bapak mendidik saya dengan sangat keras, namun disisi lain Bapak memanjakan saya. Bapak tidak pernah memanjakan kami dengan uang, karena memang kami bukan keluarga yang bergelimang uang. Bapak memanjakan saya dengan pelukan, ciuman, dan belaian di rambut saya. Bapak memanjakan saya dengan nasehat yang tidak pernah terhenti. Bapak membuat saya istimewa walau saya bukan anak yang hebat.
Warisan ini yang ingin saya berikan pada anak-anak saya. Saya ingin meniru Bapak dalam mendidik saya, walau saya juga harus membuang beberapa bagian yang sempat membuat saya terkerangkeng dalam rumah karena Bapak sangat keras dalam mendidik.
Ketika saya mendirikan Indscript Creative tujuan saya memang untuk mencurahkan seluruh perhatian pada anak-anak, walau tanpa disadari kesibukan mengurus rumah, keluarga, dan bisnis bukanlah sesuatu yang mudah. kerapkali saya membuat anak-anak kecapekan karena harus mengikuti aktifitas saya di luar rumah. Saya harus memboyong kedua anak saya pergi kemana-mana. Nanit mulai saja ajak keluar kota ketika usianya kurang dari 1 bulan, masih mending de Ammar yang baru mendekati 2 bulan dia baru saya ajak keluar kota. Namun, kedua anak saya memang harus mengikuti saya, sebab saya ingin mereka tahu apa yang Bunda mereka kerjakan di rumah rumah. Saya ingin mengenalkan mereka pada aktifitas keseharian saya. Lingkungan yang saya kenalkan lambat laun akan membentuk pribadi mereka. Itulah yang membuat saya begitu yakin mengajak mereka serta kemanapun pergi. Lingkungan penulis yang saya miliki bisa jadi membuat salah satu diantara mereka menjadi penulis tanpa perlu saya dorong, lingkungan kerja yang saya ciptakan di rumah akhirnya bisa jadi membentuk pribadi anak-anak yang mandiri, serta banyak hal baik yang ingin saya berikan pada mereka dengan harapan mereka tumbuh dengan baik. Itu adalah harapan semua ibu, bukan?
Pendidikan anak yang saya gunakan sekarang banyak yang saya tiru dari Bapak, walau banyak yang saya tidak aplikasikan juga, karena tidak sesuai dengan zaman sekarang hehehe...Namun, saya semakin menyakini satu hal atas hal ini, kerapkali anak meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Syukur kalo yang ditiru baik, kalau jelek? hemmm..
-bersambung ah, lagi banyak dedlen...hihihi-
Lihat Artikel bagian 6
Nanit usia 1 tahun |
23 Januari 2011,...ngelamunin apa, de?:) |
31 Januari 2011 |
Bersatulah 3 hati |
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...hap ^^ |
huwaaa...foto2nya lucu, cantik dan happy banget...btw, nice sharing teh...slalu beri letupan semangat.
ReplyDeleteKueereen Bunda.... saya pernah bilang, sejak beli puzzle mimpi, ngga berani deh ngeluh, kalo belum maksimal, ga akan nyerah. Thank you for sharing your inspiration mmmuaahhh....
ReplyDeleteinspiring banget mbak..
ReplyDeletesaya juga keluar kerja dan mulai serius menulis karena saya ingin bisa menghasilkan uang dan karya tanpa harus menelantarkan anak saya.. :)
salam hangat untuk wanita2 hebat.. :)
Mbak Nunung...hehehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah....muaaaccchh juga aah buat Mbak Rahayu Pawitri
Amiinn, walau awalnya mungkin agak sulit tp tetap semangat ya Mbak Marita :)