Keputusan

Dua hari yang lalu aku terpaksa mengambil satu keputusan yang barangkali melukai beberapa pihak
Ya, memutuskan kontrak kerja seorang karyawan bukanlah persoalan yang mudah. Banyak pertimbangan yang harus aku ambil…dan sebagai seorang pemimpin ini bukan pekerjaan gampang.
Memutuskan kontrak kerja berarti aku akan memutus nafkahnya, mematikan motivasinya, bahkan mungkin membuatnya sakit hati.
Tapi, ini harus dilakukan…
Jujur, dia adalah karyawan dengan skill yang cerdas di bidangnya. Tapi, entah kenapa karakternya yang ‘keras’ dan ‘sinis’ seringkali membuat ketidaknyamanan di kantor kami.
Setiap kali dia membuat ketidaknyamanan antar personal –pun dengan aku- hanya karena hal-hal kecil yang bisa didiskusikan dengan baik, nyatanya dia memilih berseteru –tentu dengan argumennya-
Bosan, capek, lelah, jika harus menggunakan perasaan dalam setiap kali membuat kebijakan dan keputusan. Tentunya, yang sangat aku jaga sepertinya haruslah dia…ya, sebab keputusan dan kebijakan yang kuambil dan tim ambil sepertinya harus memuaskan dia sehingga tidak menimbulkan keributan-keributan serta argumentasi yang kerapkali menyudutkan kami.
Jika ditilik lebih dalam, rasa-rasanya aku begitu banyak mengalah ketika dia marah dan mengecam…aku berusaha untuk memberikan zona nyaman untuknya, memberikan masukan positif untuk perkembangan kariernya…but well, dia tetap melihatku dengan sedemikian negatifnya.
Dua hari yang lalu, akhirnya aku harus memilih…
Dua pilihan yang sulit sesungguhnya
Memilih tim yang secara keseluruhan merasa terganggu
Atau memilih dia yang lebih lama di perusahaan (senior) dibandingkan aku
Ini pilihan yang berat..sungguh berat..
Akhirnya aku memilih menyelematkan tim dibandingkan personal…
Keputusan dibuat….dan gendang permusuhan mulai berkumandang
Aku mulai menerima sms-sms tidak enak darinya
Beruntung, aku mencoba untuk tidak terpancing…semua SMSnya ku-reply dengan ucapan terima kasih, amin, doa…
Ya Allah, aku menerima itu sebagai satu bagian introspeksi
Sebagai manusia biasa aku adalah pemilik kesalahan…jadi, mohon dimaafkan dan dikuatkan langkah untuk melakukan perbaikan
Dan sebagai pemimpin, ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung
Sekali lagi, kebijakan yang diambil tidak akan memuaskan semua pihak…
Aku doakan, dia menemukan perusahaan yang membuatnya terpuaskan sehingga tidak perlu mengkritisi segala persoalan atau kebijakan dengan ekstrim
Selamat jalan teman…
Selamat berkarier …
Dan Selamat berjuang melepaskan dendam serta kemarahanmu kepadaku….
Aku, disini, tetaplah temanmu…

Bandung, 1 September 2007

No comments:

Post a Comment