Berkejaran dengan deadline...

Pernah berkejaran dengan deadline tulisan?
Beberapa kali aku menghadapi itu
Tapi, kali ini stress yang kuhadapi berat sekali
Yup, bagaimana memilah antara kejaran deadline dengan masalah yang harus kuhadapi?
Well, ya, ini bukan persoalan mudah...tapi...tetap kujalani
Aku harus menulis lebih dari 40 naskah dalam tempo tiga minggu ... wakwaw!!!
Kupikir bantuan bank naskahku cukup membantu tapi pikiranku tetap tergerus juga
Ini gila!! Ini proyek sangkuriang..hahaha
Stress...lumayan dan cukup mengganggu aktifitas lainnya
Tapi, ya, tetap kujalankan...
Kini tinggal 2 naskah lagi yang harus ku setorkan..ini juga hutang yang harus segera kubereskan..
Kubayangkan jika proyek ini selesai...bisa jadi nafasku akan sepanjang terowongan kereta api..legaaaaaaaaaaaaaaaaaa....
Dan satu pembelajaranku di sini...
Jangan rakus sama tulisan hehehe
Bukankah menulis hanya sekedar hobby untuk saat ini, lantas kenapa stress karenanya?
Hihi..inilah manusia, selalu ingin mengambil sebanyak mungkin peluang tanpa mengukur diri...oooow...
Tapi, menulis teruslah bersemangat neng!!!

Thanks aa, untuk waktu kita yang kukorupsi karena mengejar deadline :)

Bandung, 9 September 2007

Suamiku, sahabatku...

Well, ya, kalau kami masih dibilang pengantin baru
Genap satu bulan usia pernikahan kami hari kemarin – 8 agustus -
Jadi, semua akan bilang bahwa jika aku dalam keadaan happy banget itu adalah wajar
Jika kami mesra sekali itu adalah kebiasaan pengantin baru
Tapi, yea, jujur saja, kalau mendengar cerita para pengentin baru yang lain
Nyaris...
Kehidupan kami tidak se waah mereka
Kami menjalaninya dengan tidak berlebihan
Kami melalui hari seperti sebuah puzzle
Dengan usia taaruf kami yang singkat
Banyak bagian dari puzzle harus kami lacak ada dimana
Banyak keunikan yang kami temukan dari diri masing-masing
Dan well, kami tidak merubah kebiasaan kami sebelum menikah
Kami memposisikan diri kami sebagai patner kerja, sahabat, bukan sekedar suami istri
Itu yang membuat aku merasa nyaman dengannya
Tidak ada kebiasaan yang harus kami rubah dalam waktu singkat
Kami berproses lebih baik dengan cukup apik
Keanehan atas diri masing-masing mungkin ada...tapi sebagai sahabat kami berusaha tidak membesar-besarkan itu
Semoga saja, hubungan persahabatan lahir bathin kami tidak hanya karena kami ”pengantin baru” :)

Bandung, 9 September 2007

Aku tidak menuntut balasan…

Ketika aku terluka
Aku kadang membiarkan diriku tidak membalasnya
Aku tetap tampil anggun walau hatiku nanar
Ketika aku tersakiti
Aku mencoba menguatkan diri untuk tidak membalas
Aku membalikkan kejadian itu pada diriku sendiri, ”oh, barangkali aku pernah salah..”
Ketika aku kehilangan
Aku mencoba untuk mengembalikan yang hilang
Tapi selalu mencoba untuk bersikap ikhlas
Dan ketika aku memberi sesuatu pada orang lain –apapun itu-
Aku tidak pernah menuntut orang itu memberi padaku sebagai balasan
Aku..ya, aku, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik yang aku bisa
Tapi, sebagai manusia biasa kerapkali khilap itu ada
Jadi, jika memang ada yang salah atas diriku..
Maafkanlah teman...

Bandung, 9 September 2007

Semua boleh jadi model...hehehe


Dengan lipstik warna meraaaaaaah...rasanya sah-sah aja aku mengatakan bahwa semua layak jadi model "untuk dirinya sendiri" hahahaha
Thanks untuk fotografernya...Ricky semut..:)
Difoto di detik@ 9 September 2007

Tim yang nggak pernah terpisah...


Baru seminggu aku meninggalkan tim tersayang -detik@- ada yang berubah...di tengah ruanganku tepatnya di depan (mantan) meja kerjaku disulap menjadi studio foto :)
Ini semua demi proyek yang sedang digarap..uuups, tim yang kreatif...dan kalau semua berhak menjadi modelnya dooooong............
Ya, inilah kami...
Biarpun aku sudah tidak berada mereka secara fisik di kantor yang sama, tapi luar biasa, jiwaku rasanya masih bersama mereka...
Foto ini minus daniel, kusye, dea, hadi, hasan, aleen, Anton dan yang jelas pemimpin kami, pak Bambang...tidak lengkap bersama-sama tapi kedelapan yang minus pun seolah ada bersama kami..adakah anda melihatnya bersama kami??? :)

Bandung, 9 September 2007

Labilnya Mang Ohan

Tanpa sengaja aku membeli limpahan akurium dari anak kost di rumah yang lengkap dengan penghuninya seekor ikan Louhan yang cantik…panjangnya sekitar 25cm dengan sirip merah muda sedikit sentuhan warna hitam.
Aku dan suamiku menamakan ikan itu –mang Ohan- J
Menyenangkan memiliki mang Ohan, kerapkali dia membuat kami kangen jika berlama-lama meninggalkannya.
Namun, ada satu hal yang aku perhatikan dari ikan Lohan ini. Dia begitu labil …
Selama kami pelihara beberapa kali dia stress, salah satu bukti stressnya adalah warna siripnya yang indah berubah gelap, cenderung tidak bereaksi pada lingkungan sekitar, tidak mengindahkan ikan-ikan kecil yang seharusnya menjadi santapan lezatnya, serta perubahan yang selalu membuat kami gusar. Kenapa mang Ohan selalu stress oleh hal-hal kecil ?
Stressnya mang Ohan bisa karena macam-macam..
Awalnya karena perpindahan pemilik barangkali
Kedua, perpindahan tempat
Ketiga, ketika dikuras akuariumnya
Keempat, air yang digunakan
Kelima, hal-hal yang kadang tidak kami pahami
Yang jelas, mang Ohan sering membuat kami was-was jika dia tidak sehat. Dan kerapkali kami bertanya-tanya, apa yang harus kami lakukan agar emosi mang Ohan stabil?
Beberapa kebiasaan baru yang akhirnya positif kami bangun adalah :
Jika dia stress kami menutup akuarium hingga tak ada celah cahaya masuk dan eit, satu minggu kemudian ketika kami buka kembali, mang Ohan tampak begitu segar
Rajin menyapanya
Memainkan tangan seolah menyentuhnya
Menguras akuarium minimal seminggu sekali
But, well, biarpun mang Ohan masih labil kami tetap menyanyanginya.
Ada yang punya ikan Lohan dan berbagi tips merawatnya?

Bandung, 2 September 2007

Keputusan

Dua hari yang lalu aku terpaksa mengambil satu keputusan yang barangkali melukai beberapa pihak
Ya, memutuskan kontrak kerja seorang karyawan bukanlah persoalan yang mudah. Banyak pertimbangan yang harus aku ambil…dan sebagai seorang pemimpin ini bukan pekerjaan gampang.
Memutuskan kontrak kerja berarti aku akan memutus nafkahnya, mematikan motivasinya, bahkan mungkin membuatnya sakit hati.
Tapi, ini harus dilakukan…
Jujur, dia adalah karyawan dengan skill yang cerdas di bidangnya. Tapi, entah kenapa karakternya yang ‘keras’ dan ‘sinis’ seringkali membuat ketidaknyamanan di kantor kami.
Setiap kali dia membuat ketidaknyamanan antar personal –pun dengan aku- hanya karena hal-hal kecil yang bisa didiskusikan dengan baik, nyatanya dia memilih berseteru –tentu dengan argumennya-
Bosan, capek, lelah, jika harus menggunakan perasaan dalam setiap kali membuat kebijakan dan keputusan. Tentunya, yang sangat aku jaga sepertinya haruslah dia…ya, sebab keputusan dan kebijakan yang kuambil dan tim ambil sepertinya harus memuaskan dia sehingga tidak menimbulkan keributan-keributan serta argumentasi yang kerapkali menyudutkan kami.
Jika ditilik lebih dalam, rasa-rasanya aku begitu banyak mengalah ketika dia marah dan mengecam…aku berusaha untuk memberikan zona nyaman untuknya, memberikan masukan positif untuk perkembangan kariernya…but well, dia tetap melihatku dengan sedemikian negatifnya.
Dua hari yang lalu, akhirnya aku harus memilih…
Dua pilihan yang sulit sesungguhnya
Memilih tim yang secara keseluruhan merasa terganggu
Atau memilih dia yang lebih lama di perusahaan (senior) dibandingkan aku
Ini pilihan yang berat..sungguh berat..
Akhirnya aku memilih menyelematkan tim dibandingkan personal…
Keputusan dibuat….dan gendang permusuhan mulai berkumandang
Aku mulai menerima sms-sms tidak enak darinya
Beruntung, aku mencoba untuk tidak terpancing…semua SMSnya ku-reply dengan ucapan terima kasih, amin, doa…
Ya Allah, aku menerima itu sebagai satu bagian introspeksi
Sebagai manusia biasa aku adalah pemilik kesalahan…jadi, mohon dimaafkan dan dikuatkan langkah untuk melakukan perbaikan
Dan sebagai pemimpin, ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung
Sekali lagi, kebijakan yang diambil tidak akan memuaskan semua pihak…
Aku doakan, dia menemukan perusahaan yang membuatnya terpuaskan sehingga tidak perlu mengkritisi segala persoalan atau kebijakan dengan ekstrim
Selamat jalan teman…
Selamat berkarier …
Dan Selamat berjuang melepaskan dendam serta kemarahanmu kepadaku….
Aku, disini, tetaplah temanmu…

Bandung, 1 September 2007

Menjadi Pemimpin….

Beberapa point yang aku dapatkan ketika aku memimpin tim adalah :
Ä Bahwa setiap kebijakan yang aku ambil bisa jadi tidak akan memuaskan semua tim sebab itu aku harus bersiap untuk menerima cibiran, kritik, dan tekanan dari bawahan dengan style yang berbeda satu sama lain
Ä Bahwa setiap kebijakan tidak selalu berjalan mulus –walau selalu dipersiapkan mencapai hasil yang maksimal- agar bisa dipertanggungjawabkan dan memiliki argumentasi yang jelas dan ini jelas akan menimbulkan reaksi keras sebab itulah mental seorang pemimpin harus sekuat baja
Ä Bahwa setiap pemimpin akan dinilai oleh anak buahnya, dan setiap pendapat pasti berbeda dan reaksi yang diperlihatkan berbeda pula, namun pemimpin harus lebih bijak menyikapi semuanya
Ä Bahwa setiap pemimpin tidak boleh ikut larut dalam kemarahan atau ketidakpuasan anak buah tapi berusaha untuk menyelaraskan dua kepentingan yaitu kepentingan perusahaan dan kepentingan anak buah

Menjadi pemimpin itu bukan tanggungjawab yang ringan, tapi jika Anda berani menghadapi tantangan maka AMBIL TAWARAN itu!!

Bandung, 1 September 2007