Penelitian yang dilakukan oleh Simmons/Bright menemukan bahwa :
1. Wanita lebih sulit menerima kritik dibanding pria (30% versus 19%)
2. Orang yang tidak memiliki tanggungjawab supervisi ternyata lebih sulit untuk memberi kritik dibanding mereka yang memiliki tanggung jawab supervisi
3. Banyak orang – 51% - ternyata merasa paling sulit kalau harus mengkritik atasannya.
Dengan tidak mempedulikan siapa pun yang dikritik, ternyata awal dari proses memberi kritik merupakan aspek yang tersulit.
Ketika menghadapi karyawan baru, salah satu yang saya lakukan adalah saling memperkenalkan diri satu sama lain, menunjukkan tempat-tempat di kantor yang harus mereka ketahui, menunjukkan meja mereka, dan yang paling penting adalah saya selalu mengungkapkan keinginan serta harapan saya atas kedatangan mereka.
Biasanya, secara spesifik saya menjabarkan apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa perusahaan berikan agar terjadi win-win solution bagi kami bersama.
Kritik merupakan salah satu yang dapat mempererat hubungan karyawan dan perusahaan. Saya amat terbuka dengan kritik yang disampaikan oleh karyawan, demikian pula sebaliknya saya tak segan untuk mengkritik kesalahan yang mereka lakukan. Sebagai penanggungjawab perkembangan perusahaan, kritik merupakan sarana ampuh memperbaiki sistem secara berkala hingga mencapai kesempurnaan yang diharapkan.
Awalnya banyak yang sungkan, segan, atau malu-malu menyampaikan kritik. Tapi, sejalan dengan kepercayaan yang saya berikan bahwa kami semua adalah satu tim yang sedang membangun sebuah sistem dan masing-masing menjadi bagian yang penting di dalamnya. Kritik dan saran menjadi wacana tersendiri bagi pertemuan pagi kami.
Tentu saja, kepuasan setiap orang itu tak terbatas sehingga kritik dan saran akan saya saring secara proporsional. Kritik tak masuk akal akan diberikan penjelasan yang masuk akal. Kritik yang tidak konstruktif akan diarahkan menjadi lebih sehat. Saran yang memberatkan akan dibelokkan pada dukungan yang secara adil dilakukan perusahaan. Beruntunglah, perusahaan tempat saya bekerja merupakan perusahaan kecil dengan jumlah karyawan tak lebih dari kurang dari seratus orang, sehingga amat mudah untuk saling mengakses satu sama lain. Bagi kami, tak penting siapa yang mengatakan, yang penting adalah apa yang dikatakan. Jadi, penelitian Simmons/Bright pada point tiga yaitu banyak orang – 51% - ternyata merasa paling sulit kalau harus mengkritik atasannya tidak berlaku bagi kami semua. Silahkan kritik saya jika jalan saya memang salah dan tak perlu takut saya kritik karena itu demi Anda juga! Selamat mengkritik konstruktif!
Kritik Konstruktif!
Nama saya, Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy, TAPI nama sepanjang ini sukar banget diingat, jadi nama pena yang saya gunakan dalam berbagai buku yang saya tulis adalah Indari Mastuti. Beberapa buku diantaranya menggunakan nama pena Bunda Nanit.
Hobi MENULIS sudah saya lakukan sejak SD, kelas 4 SD saya bercita-cita jadi PENULIS BUKU. Barangkali semangat inilah yang membuat saya akhirnya berjuang untuk mewujudkan mimpi ini.
Tahun 1996 mulai mempublikasikan tulisan di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Tahun 2004 mulai menulis buku pertama dan akhirnya pada tahun 2007 saya merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative ini, alhamdulillah, perusahaan itu mampu bertahan hingga kini. Bahkan sekarang berkembang menjadi dua lini inti, yaitu jasa copywriting dan training center. Nama Indscript sendiri telah bermetamorfosa menjadi Indscript corp.
Saat ini saya sudah menulis 61 judul buku serta 10 biografi tokoh di Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment