Hari ini, kita tidak bisa mengontrol situasi negara. Kita pun tidak bisa mengontrol hiruk pikuk kondisi di luar diri kita. Tetapi, ada satu hal yang bisa kita kontrol: diri kita sendiri.
Sebagai penulis, kita memegang amanah yang besar. Tulisan kita mampu menggerakkan, mampu menenangkan, bahkan mampu mengubah arah. Maka, jangan ikut terpancing oleh situasi yang panas. Jangan sekadar ikut-ikutan repost atau research tanpa cermat.
Beberapa waktu lalu, ketika mengikuti satu kegiatan bersama salah satu tokoh bangsa, saya sangat tersentuh dengan pesan beliau. Dan inilah tiga hal yang saya ingin wariskan juga kepada seluruh penulis:
1. Sebarkan berita yang baik.
Tulisan Anda harus membawa kebaikan, bukan sekadar kabar yang membuat hati resah.
2. Tunjukkan harapan.
Jangan biarkan tulisan Anda menutup pintu masa depan. Jadikan ia jendela yang menunjukkan cahaya.
3. Tanamkan optimisme.
Tulisan Anda seharusnya menjadi energi, bukan beban.
Penulis, ingatlah: hati-hati dalam menulis. Karena sekali tulisan tersebar, ia bisa menjadi api yang membakar, atau sebaliknya, air yang menyejukkan.
Inilah alasan saya berkomitmen bahwa Sekolah Perempuan Indonesia (SPI) dan Indscript Creative akan hadir langsung ke komunitas: komunitas pendakwah, publik figur, hingga mereka yang punya pengaruh besar dengan banyak pengikut. Mereka harus bisa menulis yang menenangkan dan menjadi solusi pembacanya.
Kami akan mencoba mendampingi mereka yang ditunggu tulisannya namun tidak menulis karena merasa tidak bisa dan merasa belum berbakat. Dan agar saat mereka tidak hanya “bersuara”, tetapi juga bersuara dengan tulisan yang menenangkan, menebar solusi, dan menjadi cahaya bagi masyarakat.
Mari menulis dengan berita baik, harapan, dan optimisme. Karena kendali negeri, bermula dari kendali pena.