Negara-negara maju telah membuktikan bahwa sampah bisa menjadi sumber daya. Jerman mendaur ulang 69% sampahnya, Swedia hanya membuang 1% ke TPA, sementara Korea Selatan berhasil mengolah 95% sampah makanan. Semua ini menginspirasi bahwa sampah bukan lagi musibah, melainkan peluang ekonomi.
Di Indonesia, semangat serupa hadir melalui Bank Sampah Bersinar (BSB) yang digagas Ibu Fifie Rahardja. Selama 11 tahun, BSB di Baleendah, Bandung, konsisten mengubah sampah kering menjadi rupiah. Plastik, kertas, atau kaleng ditimbang dan dikonversi menjadi alat tukar: membayar listrik, SPP sekolah, membeli sembako, hingga program sosial lainnya.
Sekolah Perempuan Indonesia mendukung penuh gerakan ini. Kami percaya, perempuan memiliki peran penting dalam menumbuhkan kesadaran keluarga untuk memilah sampah. Meski tantangannya besar—hanya 39% sampah nasional yang dikelola layak menurut KLHK—InsyaAllah dengan sinergi, perubahan akan semakin nyata.
Hari ini, Sabtu, 6 September 2025, kegiatan BSB bersama Rumah Ruth membuktikan bahwa sampah bisa ditukar dengan sembako. Inilah bukti nyata bahwa sampah adalah mata uang baru yang menyatukan kepedulian, kebermanfaatan, dan keberlanjutan hidup.
Sekolah Perempuan Indonesia di bawah asuhan Indscript Creative siap bergerak bersama. Saya sendiri sudah melakukan pemilahan sampah rumah tangga dan bisnis beberapa tahun ini. Sampah basah saya jadikan kompos dan sampah kering saya kumpulkan untuk ditabung atau diberikan ke pemulung secara sukarela.
Pertanyaannya, sudahkah Anda melihat sampah sebagai rupiah yang menunggu untuk diolah?
No comments:
Post a Comment