Demikian kata mama saat saya sedang memijat punggungnya sore ini
Saya terkaget-kaget dengarnya
"Kok nasihati mama?" tanya saya
Saya bilang, "Saya dong yang harus mama nasihati, saya mah ngerasa banyak dosanya sama mama. Neng mah anak yang paling suka ngebantah mama, mama ada disini membuat neng merasa tenang karena ingin sedikit meringankan dosa neng sama mama" saya berkata sambil mata mulai berembun
Teringatlah pada banyaknya perdebatan antara mama dan saya
Mama dan saya tak pernah akur, selalu saja ada yang kami perdebatkan
Kalau sudah berdebat, hati saya yang panas selalu memutuskan untuk meninggalkan mama
Saya paling vokal diantara kakak dan adik menghadapi mama
Aaaah sungguh saya menyesalinya
Setelah menikah, saya selalu dinasihati oleh suami bahwa baik buruk mama adalah orang yang melahirkan dan membesarkan saya
Tapi, butuh waktu lama untuk memahami setiap langkah mama
Hingga akhirnya...semakin bertambah usia, saya semakin mampu memaklumi mama
Jika berbeda pendapat saya memilih diam
Jika ada yang salah, saya meminta suami yang berbicara pada mama
Saya memakluminya
Saya lebih banyak diam jika ada yang berbeda
Tapi, kenangan akan perdebatan dan betapa frontalnya saya mengemukan pendapat semakin terasa nyata, apalagi saat saya merawat mama disini, saya dibayang-bayangin pertikaian demi pertikaian kami, aaah saya sungguh sedih sekali
Kemudian...
Mama menambahkan lagi, "Pada dasarnya nasihat neng buat mama itu benar, hanya saja ego mama sebagai orang tua yang selalu menolaknya."
Mama terbata, "tolong nasihati mama lagi, neng"
Dan sambil memijat air mata saya turun perlahan
Ah mama, tidak ada satu pun anak yang benar jika bertikai dengan orang tuanya, yang ada adalah dosa yang besar
Maafkan neng ya, Ma
No comments:
Post a Comment