Membedakan Konsumen Prospektif dan yang Menghabiskan Waktu

Pernah merasa sebal bukan hanya konsumen ke penjual, kerapkali kita sebagai penjual sebal ke konsumen.

Pernahkah merasa konsumen itu nyebelin banget, banyak nanya tapi nggak jadi beli?
Pernah menerima order dari customer tiba-tiba menghilang tanpa jejak?
Pernah minta customer untuk transfer tapi nggak transfer-transfer dan ujung-ujungnya cancel?

Pasti Anda punya banyak pengalaman nggak enak juga kan?
Pesan saya bagaimanapun karakter konsumen, JANGAN BONGKAR kejelekan mereka di SOCIAL MEDIA. bagaimanapun mereka konsumen kita dan memiliki dampak tersendiri bagi usaha kita.

Jika terjadi hal tersebut diatas, jangan serta merta salahkan konsumen. Tapi, buatlah aturan yang membuat bisnis kita lebih aman di kemudian hari.  Asahlah kejelian kita untuk bisa membedakan konsumen prospektif dan yang menghabiskan waktu.  Bagaimana caranya? Simak ya.

Pertama, Konsumen prospektif jika sudah dijelaskan tentang produk sedetail mungkin dan bagaimana prosedur pembeliannya nggak akan nanya melulu.

Kedua, Konsumen prospektif akan cepat transfer setelah order barang tanpa harus diingatkan berkali-kali.  Nah, apabila Anda seorang reseller kalau nggak mau di bohongi masalah pembayaran, jangan order barang sebelum konsumen TRANSFER ya.

Ketiga, Konsumen prospektif memiliki profil yang mudah diakses.  Bila Anda berjualan lewat facebook, Anda bisa lihat profil konsumen dari wallnya, bagaimana latar belakang konsumen, pekerjaannya, teman-temannya, apakah ada karakter-karakter negative konsumen dan lain sebagainya.

Keempat, Pada saat konsumen Anda order, mintalah alamat dan no kontak sedetail mungkin.  Konsumen yang tidak mau memberikan data lengkap biasanya hanya PHP alias pemberi harapan palsu saja.

Kelima, Konsumen prospektif biasanya lebih terbuka untuk dikenal lebih dekat, mau intens berkomunikasi dan menjalin pertemanan.

Bagaimana penjualan terjadi karena proses pertemanan, saya punya banyak cerita menarik. Relasi sekaligus konsumen saya terdiri dari banyak jenis status social, jabatan, usia, suku, karakter serta berbagai keragaman lainnya. Lamanya waktu hingga akhirnya mereka menjadi konsumen saya pun beragam. Percaya atau tidak, selesai saya bertemu dan presentasi mengenai produk saya dalam 10 menit, salah seorang diantaranya langsung membeli produk saya dalam jumlah cukup besar. Namun ada juga dimana saya menjadi sahabatnya selama hampir enam bulan baru dia percaya untuk membeli produk saya.

Ya, saya membiasakan diri untuk berinteraksi lebih dari sekedar penjual yang menjajakan produk atau tidak sekedar menempatkan mereka sebagai pembeli. Saya secara tulus terlebih dulu masuk ke dalam kehidupan mereka sebagai teman yang dapat dipercaya (dan hasilnya? Saya memiliki banyak teman dimanapun) kemudian akhirnya melangkah sebagai sahabat. Dimana pada persahabatan saya dengan mereka lebih terisi dengan banyak percakapan mengenai bisnis tak terkecuali pribadi, dengan sukarela saya berniat tulus membantu dan menampung segala keluhannya, jika bisa memberikan masukan
Persahabatan itu akan mengalir begitu saja dan sangat menyenangkan. Dimana informasi serta pengalaman yang saya miliki bertambah tanpa saya sadari. Dan yang lebih menarik lagi, setelah sekian lama bersahabat tiba-tiba saya dikejutkan oleh pertanyaan, “Oke, saya rasa mulai hari ini kita bekerjasama. Apa saja yang harus saya siapkan?” WOW, ini berarti saya mendapatkan dua keuntungan memiliki sahabat baik dan konsumen yang prospektif. Dan seorang sahabat baik nggak mungkin PHP bukan?

No comments:

Post a Comment