Pelatihan Bisnis dan Menulis untuk Ibu-ibu Ekspatriat Indonesia di Kuala Lumpur


Matahari pagi  15 Maret 2014 di langit Kuala Lumpur benderang memancarkan hangatnya ke bumi.  Aku,  Novi Wilkinson, Harty dan  Indari Mastuti memasuki kawasan Mont Kiara yang asri dan elegan.   Kawasan elit yang terletak di Barat Laut pusat kota Kuala Lumpur itu sebagian besar  terdiri dari kondominium megah dan perkantoran.  Pemandangan pohon-pohon cantik berdahan  artistik yang tertata rapi di sepanjang jalan membuat suasana terasa nyaman.  Kami melewati sekolah-sekolah Internasional, dan beberapa  apartemen sampai akhirnya tiba di tempat tujuan. Memasuki kompleks apartemen mewah Seni Mont Kiara, kami disambut penjagaan ketat petugas keamanan.  Setelah memarkir kendaraan di basement, kami menuju  function room tower B.

Ruangan yang  didesain  dari  bahan kaca tembus pandang itu masih terlihat sepi. Di sinilah akan diadakan pelatihan berbisnis  dan menulis untuk para wanita ekspatriat. Pemrakarsa acara ini adalah  Novi Wilkinson, pendiri komunitas Ibu Mengajar. Bersama Hellen Kadek,  Novi Wilkinson mengundang  Indari Mastuti, pendiri komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Ibu-Ibu Doyan Bisnis (IIDB), dan Sekolah Perempuan.

Satu persatu peserta yang terdiri dari Ibu-ibu rumah tangga berdatangan. Mereka tampak bersemangat, tak sabar menanti acara dimulai.  Tepat pukul 10 waktu setempat, acara dibuka dengan sambutan dari  Novi Wilkinson. Lalu satu persatu peserta memperkenalkan diri.
Indari memulai materi “Memulai Bisnis dari Nol” dengan gaya santai dan penuh canda. Dia  menceritakan pengalaman pribadinya “jatuh bangun” dalam menjalankan Indscript Corp, perusahaannya yang bergerak dibidang jasa penulisan, copywriting, personal branding, dan media relation. Ditegaskannya bahwa seorang pebisnis harus memiliki mental yang kuat dan kegigihan untuk menjalankan usahanya.

 Indari mengatakan bahwa bisnis itu adalah proses, dan bisnis itu adalah pembelajaran. Semua  dapat dimulai dengan rumus 3B, yaitu “ Berbisnis, Berbisnis, Berbisnis” artinya lakukan saja, dan lakukan sekarang. Bisnis dapat dilakukan  sejalan dengan minat dan hobi, dengan mempertimbangkan pasar dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Berbisnis tidak harus dengan modal yang besar karena modal terbesar sesungguhnya  ada dalam diri sendiri,  yaitu motivasi dan komitmen yang kuat untuk terus berusaha dalam keadaan apapun.
Acara makin “hidup” dan  menarik dengan sharing beberapa Ibu yang sudah menjalankan bisnisnya.  Ina Sigit membagikan pengalamannya berbisnis butik busana muslim dengan memanfaatkan kesempatan yang terbuka dihadapannya. Hellen Kadek menuturkan pengalamannya berbisnis katering dengan strategi “ menggandeng” pesaingnya sebagai partner disaat memperoleh order yang besar. Saling berbagi order justru membuat usahanya makin mudah dijalani. Emma mengisahkan bagaimana usaha penyewaan kostum super hero buat anak-anak pernah membawanya dalam keadaan tertekan. Sulitnya mewujudkan keinginan klien dan persaingan yang ketat dengan bisnis sejenis membuat  Emma mengubah strategi bisnisnya menjadi bisnis pembuatan kostum yang mensuplai kebutuhan para pemilik bisnis penyewaan kostum.
Setelah istirahat shalat dan makan siang, acara dilanjutkan dengan sesi ke dua. Indari menyampaikan materi  “ Memulai Profesi Menulis dari Nol”.

Menjadi penulis adalah salah satu pilihan yang dapat dijalani ibu rumah tangga. Hal ini didasari pengalaman  Indari yang juga seorang ibu rumah tangga.
Indari mengungkapkan bahwa untuk memulai profesi sebagai penulis, yang dibutuhkan adalah 3 M yaitu “Menulis, Menulis, Menulis”. Mulai dengan menemukan ide dan dan mencatatnya lalu mengembangkan ide tersebut dengan mind mapping. Selanjutnya adalah membuat kerangka tulisan dan mulai menulis.

Setiap orang memiliki waktu yang sama,  yaitu 24 jam sehari semalam. Namun dengan waktu yang sama itu ada orang yang mampu produktif dan ada yang tidak.  Kunci agar para Ibu produktif menulis dan berkarya di tengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga  adalah manajemen waktu.  Indari mengungkapkan kiatnya dengan mencontohkan bagaimana dirinya dapat melakukan 90 point to do list diluar kegiatan rutinnya sebagai ibu rumah tangga.  Indari harus setiap hari melakukan 90 hal menyangkut tanggung jawabnya sebagai CEO Indscript Corp, pendiri komunitas IIDN, IIDB dan Sekolah Perempuan. Dan dia mampu melakukan 90 hal tersebut dalam 3 jam sehingga dia masih tetap punya waktu  mengurus keluarga dan menulis.

Sebagai “booster” bagi para Ibu untuk memulai profesi sebagai penulis, acara dilengkapi dengan sharing  Inci atau Andi  Sri Suriati Amal. Dia adalah  salah seorang anggota komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis yang berdomisili di Kuala Lumpur. Inci mengisahkan bagaimana pengalamannya menjalani hobi menulis di blog pribadinya. Dalam perjalanannya dia bergabung dengan komunitas IIDN. Dia  mengumpulkan tulisan-tulisan di blognya dan menyusunnya dalam sebuah naskah buku. Setelah  menjalani proses panjang editting yang menguji kesabaran dan kegigihannya  akhirnya lahirlah buku solonya yang berjudul “Role Juggling, Perempuan sebagai Muslimah, Ibu dan Istri”
Di akhir acara,  Novi Wilkinson dan  Indari Mastuti  melakukan sosialisasi Sekolah Perempuan. Hal ini untuk menyambut antusiasme para Ibu yang menginginkan pendampingan dalam menjalani proses menulis.

 Secara keseluruhan acara pelatihan ini sangat menarik. Aku sendiri melihat bahwa para peserta memiliki potensi yang besar  dengan latar belakang pendidikan, minat dan hobi mereka yang beragam. Semoga saja dua sesi pelatihan hari ini bermanfaat untuk mendorong para Ibu menjadi “mompreneur” dan penulis yang produktif.

No comments:

Post a Comment