Mengenal Ermalen Dewita seperti menemukan sosok
perempuan yang penuh talenta. Kelihaiannya terlihat dalam berbagai sisi.
Penulis buku, publict speaker, hingga sosok yang penuh semangat dalam
memajukan kaum terpinggirkan dengan kemampuannya memotivasi. Biasanya
saya berhubungan dengannya hanya sebatas email, bb, dan facebook. Namun,
pada dalam satu pertemuan langsung, saya merasa bahwa rugi sekali tidak
bertemu dengannya secara nyata. Energi positif yang ditularkannya amat
dasyat.
Berbicara tentang energi positif, Dewi, panggilan dari Ermalen Dewita berkata “Disadari
atau tidak, manusia mempunyai emosi, baik positif maupun negatif.
Begitupun dalam interaksi sosial. Emosi memegang peranan yang cukup
penting di dalamnya”
“Meskipun emosi memegang peranan
penting dalam kehidupan, namun bukan berarti Anda bebas
mengekspresikannya dengan cara negatif, misalnya marah-marah, mengamuk,
membentak, mencaci, dan lain-lain. Untuk mengatasi emosi negatif, Anda
harus mampu mengendalikannya dengan baik dan bijak. Pengendalian emosi
diperlukan bukan hanya untuk meredam emosi negatif, melainkan untuk
mengendalikan berbagai emosi yang mempersulit diri Anda. Emosi mana yang
akan menguasai diri Anda. Semua bergantung pada kebijakan Anda dalam
mengelola emosi,” tambahnya.
Tidak heran, Dewi yang sempat muncul kisah nyatanya
di Majalah Kartini ini membuat saya takjub dengan kisahnya. Dewi bukan
berasal dari keluarga yang sempurna, namun justru dalam keluarganya
emosi beliau teraduk-aduk dengan sempurnanya. Tapi, saya melihat
kemampuannya untuk beradaptasi dalam berbagai emosi membuat beliau mampu
menyempurnakan langkahnya terus menerus.
Menurutnya emosi negatif di antaranya cemas, marah, stress, merasa bersalah, waspada, benci, hingga sedih harus diganti dengan emosi positif seperti semangat, cinta, takjub, senyum, gembira, dan menerima.
“Emosi positif akan membuat hidup
Anda lebih indah dan berwarna. Dengan memeliharanya, bisa dipastikan
Anda akan merasa lebih bahagia dalam menjalani kehidupan.” Lalu,
bagaimana dengan emosi negatif? “Meskipun emosi negatif tidak pantas
untuk dipelihara, namun bukan berarti kita mengabaikannya dan menganggap
emosi itu tidak ada. Yang perlu kita lakukan adalah mengekspresikan
emosi negatif dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat,”
ujar Dewi.
Heeem, rupa-rupanya emosi positif inilah yang
berhasil menata langkah Dewi makin berisi. Pesan terakhirnya adalah
bahwa kita semua memiliki kebebasan dalam mengendalikan emosi yang ada dalam diri agar kehidupan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
No comments:
Post a Comment