Shoppaholic


Dulu saya sempat terjebak dengan kegiatan memuaskan nafsu belanja.Di sana sini ingin beli ini itu, sehingga tanpa saya sadari kegiatan itu menguras gaji bulanan, meningkatkan sejumlah tagihan kartu kredit, dan membuat stress sendiri, apalagi ketika barang-barang itu teronggok bagai sampah.

Sulit sekali untuk menghentikan nafsu belanja ini hingga akhirnya saya menikah. saya berterimakasih pada Allah karena menghadiahi saya suami yang memiliki karakter bertolakbelakang dengan saya. Kenapa? karena saya banyak diingatkan banyak hal olehnya. 

Awal pernikahan dia SHOCK ketika berbelanja bersama saya. Untuk mengisi cemilan di kulkas saya bisa menghabiskan 600ribu padahal habis dalam waktu kurang dari satu minggu. Belum kebiasaan saya membeli baju dalam satu model bisa dibeli sekian warna..ahaha

Bagaimana cara dia mengingatkan saya? tidak dengan teguran keras tapi dia membuat saya menginginkan sesuatu yang lebih besar dari sekedar membeli baju. Dia membuat saya menginginkan untuk membeli rumah, membeli kendaraan, dan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Jujur saja, sejak bekerja saya memiliki sejumlah gaji yang tidak bisa dikatakan kecil, bahkan masuk jajaran sangat besar tapi apa yang saya miliki?TIDAK ADA! semua habis demi tumpukan sampah dan cicilan kartu kredit, obsesi belanja yang mengkhawatirkan.

Karena itu tak heran kegiatan ini menimbulkan stress yang luar biasa. Tak berlebihan jika akhirnya saya perlu mengucap syukur ketika menikah dengannya. Keuangan kami dikendalikan dengan bijaksana, hingga kami bisa membeli rumah, serta memenuhi kebutuhan rumah yang tentu bernilai. Semua karena pengaturan bijak arti kelola uang belanja.

Apakah artinya kini saya tidak bisa memanjakan diri untuk belanja? tentu saja tidak, setiap tanggal 2 saya boleh belanja apa saja tapi ada batasannya..ehehe

Terima kasih Allah atas kebijakanMu menjodohkan aku dengannya.Amin ^_^

No comments:

Post a Comment