Belajar bikin Fiksi ANAK : Cerita 1 : AJAIBNYA ADIKKU!

Hal 1
Di hari ulang tahunku yang ke empat, hari ini. Aku, Muhammad Rizan malah ngambek sama mama karena mama mengabarkan kalau aku akan memiliki adik kata mama ini kado paling special untukku karena kelak adik sudah lahir karena aku akan punya teman bermain yang asyik. Padahal menurutku kalau aku punya adik tentu saja mama tidak akan menyanyangiku lagi.
Kata mama, aku pasti senang tapi aku tidak senang. Aku tidak ingin punya adik! Aku ingin mama untukku sendiri!Lagipula mama mau ambil adik darimana???


Hal 2
Suatu hari saat mama menjemputku di sekolah…
“Perut mama kok tambah gendut?” tanyaku saat melihat perut mama semakin menggelembung ke depan
“Iya, karena adik kamu ada di sini.” Kata mama sambil menunjuk perutnya
“Haah…”
“Lho, mama kan sudah bilang kalau kelak kamu akan punya adik?” tanya mama heran
“Memangnya adik itu datangnya dari perut?” aku jadi tidak mengerti
Mama tersenyum lalu mengangguk-angguk
“Aku tidak mengerti!” aku merengut

Hal 3
Kata mama, aku dan calon adikku sebelum dilahirkan memang bersemayam selama sembilan bulan di perut mama.Woow, tapi bagaimana caranya aku bernafas jika ada di dalam perut?

Hal 4
Akhirnya dengan penjelasan tersebut aku mengerti. Tapi aku tetap tidak mau memiliki adik. Apalagi sedikit sedikit mama terus mengatakan tentang adik di perut. Misalnya mama minum susu karena biar adik di perut sehat, makan buah biar adik sehat, calon adik membuatku iri. Bahkan mama tidak pernah menggendongku lagi katanya itu akan membuat posisi adik jadi terjepit..uuuugh…

Hal 5
AKU BENCI ADIK!!
Menurutku kalau adikku lahir aku akan…
memberikan semua mainan untuknya
membagi kasih sayang mama, papa, nenek, kakek, tante, om dan semuanya ke adikku. Atau malah mereka lebih menyanyanginya
Mama tidak akan menjemputku di sekolah, pasti alasannya sibuk karena ada adik
si bibi pastinya nggak mau mandiin aku lagi dan lebih sibuk ngurus adikku
pokoknya aku BENCI ADIK!

Hal 6
Hari ini mama sepertinya mau melahirkan. Habisnya sejak dari tadi pagi terus mengeluh perutnya mulas. Papa terlihat sangat panic dan sibuk menelpon ke sana kemari. Lalu, kami berangkat menuju rumah sakit. Aku sebel, biarpun aku juga kasihan sama mama. Aku sebel karena semua sibuk ngurusin si calon adik. Mereka melupakan aku! Sesampai di rumah sakit, aku hanya duduk di pojok ruangan di temani nenek, yang berulangkali menyebut-nyebut adikku yang akan lahir pasti lucu. Uuuugh….

Hal 7
Tak lama kemudian dari dalam ruangan kamar mama terdengar suara Oaaaa..oaa….nenek, kakek, tante, om, dan semua orang yang ada bersamaku tersenyum lebar bahkan si bibik langsung melonjak kegirangan. Bener kan mereka lupa ada aku gara-gara adik lahir? Uuuugh….
Terus papa keluar ruangan dan mengabarkan
“Anaknya laki-laki..”dengan mimik wajah ceria
“Horeee…Rizan punya teman neh..” kata mereka semua serempak. Teman? Aku tidak bahagia
Papa menggendongku masuk ke dalam ruangan


Hal 8
Aku sudah di dalam ruangan dan mama memberiku sebuah senyuman
“Nah, sekarang Rizan sudah jadi kakak.”
Aku berpikir jadi kakak tidak ada gunanya
“Mau lihat adik tidak?” tanya dokter yang memakai baju putih persis di film-film
Aku diam saja memangnya apa bagusnya lihat adik
“Adiknya kak Rizan lucu banget.” Kata dokter dengan bangga
Loh, memangnya aku tidak lucu, desisku sebal
“Mau lihat adik tidak?” tanya papa
Diam-diam aku jadi penasaran, memangnya adik itu seperti apa? Kok semua orang suka padanya.
Dari ujung ruangan seorang suster sedang menyelimuti mahluk kecil
“itu adik…” kata mama sambil menunjuk ke arah suster
Mahluk kecil itu?


Hal 9
Wah aku jadi tambah penasaran sama mahluk itu ekh adik..seperti apa sih tampangnya?
Suster mendekati kami dan menidurkan adik di samping mama
Haaaah
Kecil sekali..
Hidungnya, matanya, telinganya, kakinya, tangannya, bibirnya…semuanya kecil.Apa waktu aku lahir seperti itu?
“Nah, ini adik. Namanya Muhammad Rizal. Ini kelak akan jadi teman bermainmu.” Kata papa sambil mengelus pipi si adik
Teman bermain? Kecil sekali…
“Aku tidak mau! Lagipula aku kan punya teman bermain. Terus aku nggak mau main bola dengan makluk sekecil ini.” Ujarku dengan marah. Masa aku bermain dengan dia. Orang jalan saja tidak bisa?


Hal 10
Bener kan? Sejak adik ada di rumah semua sibuk. Mama tidak pernah memandikanku lagi, alasannya sedang menyusui adik. Aku dijemput sekolah hanya oleh bibik, dan aku tidak suka dengan keadaan ini. Aku marah dan aku benci adik!

Hal 11
Terus ada lagi yang membuat aku sebal. Setiap hari sejaka kedatangan adik, banyak yang berkunjung dan membawa kado, tapi tak satu pun untukku. Semua untuk adik. Yang paling sebal lagi adalah mereka selalu bilang adik mirip sekali dengan aku. Mirip darimana orang adik kan kecil kayak liliput sedangkan aku besar dan sehat.
“Kelak, adikpun akan sebesar kamu.” Kata nenek
Aku tidak menyahut

Hal 12
Ketika sedang main ayunan di sekolah. Agustian teman sebangkuku bercerita
“Aku punya adik baru loh.” Katanya dengan bangga
Aku melongo, “Aku juga, tapi kenapa kamu terlihat senang dengan adik barumu? Aku malah tidak suka dengan kehadirannya.”
Agustian tertawa, “Aku senang karena aku akan punya teman bermain kelak.”
“Aku tidak mau bermain dengan adikku yang sangat keciiiiil.”
“Hahahaha…”Agustian semakin keras tertawanya
“Nanti juga dia akan besar seperti kita.”
“Oh ya?”
“Iya dong, kata mama waktu aku lahir juga semungil adikku.”
“Lantas?”
“Kita tumbuh dan berkembang, bahkan beberapa tahun lagi aku akan setinggi kakakku.”
“Aku tidak mengerti.”


Hal 13
Pulang sekolah, aku langsung ke kamar mama
“Ma, mana adik?”
“Adik sedang tidur sayang?” kata mama sambil menoleh ke ranjang kecil di sudut ruangan
Aku berjalan kea rah tempat tidur adik dan mengamatinya
Benarkah dulu aku sekecil dia?
“kenapa sayang?” tanya mama
“Ma, aku mau bertanya, boleh tidak?”
Mama tersenyum dan melebarkan tangannya, itu artinya mama ingin memelukku, aku berjalan kea rah mama dan memeluknya dengan erat
“Ma, aku tidak suka sama adik!”
“Loh, kenapa?”
“Karena adik aneh. Aku malu kalo teman-teman tahu adikku sangat kecil. Lagipula adik sudah membuat semua orang melupakan aku.”
Mama mengecup keningku dan berkata, “ Adik nanti juga akan besar seperti kamu dan adik membuat kita semua semakin menyanyangi kamu.”
“Agustian, teman sekolahku juga mengatakan itu. bahwa adiknya akan membesar seperti dia, dan dia akan meninggi seperti kakaknya. Tapi, aku tidak percaya. Mama belum pernah mengatakan hal itu padaku.”
“Heeem….”
Mama hanya mendehem, ini artinya Agustian berbohong
Tiba-tiba adik Rizal menangis…oa..oa…oa
Mama melepaskan pelukannya dan langsung menuju tempat tidur adik
Aku memandangi mereka yang terlihat begitu akrab dan aku langsung keluar kamar
“Rizan..”teriak mama
Aku tidak peduli, aku menangis di kamar.uuuugh….


Hal 14
Tiba-tiba pipiku ada yang menepuk..puk..puk…puk..dan mataku terbuka perlahan
“Papa…” kataku
“Idih anak papa pulang sekolah tidak ganti baju dan langsung tidur. Jorok…”ledek papa
Aku merengut, “Papa aku benci adik!”
Papa menggendongku ke kamar mama dan adik. Adik masih di gendong mama
“Masa kamu benci sama adik? Lihat, adik begitu mirip denganmu..dia pasti akan sangat menyanyangi kamu. Adik dan kakak harus saling menyanyangi bukan saling membenci.”
Uuugh….
Aku mulai menangis lagi
“Tapi, aku tidak mau semua orang lupa sama aku gara-gara dia.” Ujarku sambil terisak
“Enggak dong sayang…mama dan papa sangat sayang sama kamu dan adik. Tidak ada yang lebih disayangi semua sama.” Kata papa
“Mama tidak menjemputmu karena adik masih kecil, jadi belum bisa ditinggal.” Kata mama
“Terus bagaimana mungkin adik jadi teman bermainku kalau sekecil dan selemah ini?”
Mama dan papa menertawakanku..aku malah sebal
“Nanti adik juga akan sebesar kamu.”
“Agustian juga mengatakan itu.” kataku
“Agustian benar. Kelak adik akan tumbuh dan berkembang. Sekarang adik memang belum bisa apa-apa. Adik baru bisa minum dan menangis.”
“Apakah aku juga seberti itu? kan tidak! Aku besar, kuat, dan sehat. Aku bisa main sepeda, bola, dan sekolah.”
“Iya, tapi dulu ketika kamu baru lahir, kamu pun seperti adik.”
“Oh ya?”
Hal 15
Papa menerangkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dari segumpal darah di perut mama, dikandung selama 9 bulan hingga sempurna untuk dilahirkan. Ketika manusia lahir tidak bisa melakukan apa-apa, kemudian seiring waktu manusia tumbuh dan berkembang. Dari bayi kemudian menjadi balita seperti aku sekarang, anak-anak, remaja, dewasa, akhirnya menjadi tua seperti kakek nenek.
(gambar metamorfosa manusia)

Hal 16
Sejak saat itu aku sering berpikir tentang pertumbuhanku dan adikku. Pantas saja mama sering bilang aku tidak akan tumbuh jika tidak mau makan, mungkin adikku juga tidak akan besar jika tidak minum susu. Diam-diam aku sering memperhatikan adikku walaupun aku belum mau menyentuhnya.

Hal 17
Aku terus berbicara dengan Agustian mengenai adikku
“Papaku mengatakan hal yang sama denganmu.”
“mengenai adikmu?”
Aku mengangguk
“Bukankah itu benar?”
“Sepertinya begitu, sebab tadi kudengar mama mengatakan timbangan adikku bertambah satu kilo. Itu artinya adikku bertambah besar.”
“Aku tadi malam malah tidur dengan adikku loh…dia wangi sekali.” Kata Agustian
Tidur dengan adik?

Hal 18
Beberapa bulan berlalu aku masih tidak mau menyentuh adik. Tapi aku melihat adik semakin hari semakin besar dan juga suaranya semakin kencang. Apakah ini berarti memang adikku kelak akan menyusul tinggiku?

Hal 19
Suatu hari aku mendekati adikku, mama saat itu sedang berada di kamar mandi. Aku menyentuhnya…ya ampun, kulitnya sungguh lembut, matanya yang bulat berbinar-binar menatapku sepertinya adik tahu kalau ada di sampingnya. Kemudian dia tertawa….haaaah, dia tertawa kepadaku. Aku jadi kikuk…
Mama tiba-tiba ada di belakangku..
“Waaah, kak Rizan menjenguk adik ya?” aku jadi malu dan langsung melepaskan sentuhanku
“Adik boleh kak Rizan peluk loh..” kata mama
Aku tertegun, kemudian aku menyentuhnya kembali beberapa saat kemudian aku kembali ke kamar.
Aku merebahkan diri dan menatap langi-langit..adikku benar-benar lucu dan dia terus bertambah besar.

Hal 20
Aku jadi sering rindu pada adikku sejak aku menyentuh kulitnya yang lembut dan sejak dia memberikan tawanya yang lucu. Aku jadi kangen….

Hal 21
Aku terkejut ketika menuju ke ruang tengah..adik sedang ada di kursi bayi dan bermain dengan kaki yang menjuntai ke lantai
“Ekh, adik sudah bisa berjalan ma?” tanyaku heran
“Iya dong sayang, adik bisa berjalan dengan bantuan kursi ini. Kaki adik masih terlalu lemah untuk berjalan tanpa bantuan. Adik kan baru tujuh bulan. Nah, kalau sudah berusia dua tahun, adik sudah mulai bisa berlari dan bermain denganmu.”
Jadi aku mulai mengerti…ternyata Agustian benar….

Hal 22
Suatu hari waktu aku sedang menunggu bibik menjemput, aku dikejutkan dengan kedatangan mama dan adik dari dalam mobil
“Halo sayang, mama dan adik menjemput nih..mulai hari ini kita berdua yang jemput..”
Aku senang sekali. Ternyata mama masih mempedulikanku…aku memeluknya
“Ayo cium adikmu..”
Haaah, cium?
Mama mendekatkan pipi adik Rizal, aku menatapnya, persis seperti dulu bola mata bulat adik menatapku dan dia tertawa..aaah, dia lucu sekali…
Cup….
Aku mengecupnya…aaaah, dia wangi sekali…
“Ayo pulang…” mama menggandengku ke dalam mobil
Tahu tidak, hatiku berdebar-debar, aku merasa begitu beda setelah mengecup pipi adikku. Rasanya luar biasa…
Sepanjang perjalanan aku terus menatap adikku di gendongan mama

Hal 23
Sesampai di rumah, seperti biasa aku berganti seragam, mandi, dan makan
Tapi pikiranku tidak lepas dari kecupan manis itu. adikku luar biasa…
“Kak Rizan…” panggil mama dari dalam kamar
“tuh dipanggil mama..”kata si bibik
Aku melangkah ke kamar, “ya ma..”
“Mama mau membuatkan adik makanan. Tolong jagain sebentar ya…?” pinta mama
Aih, adik sudah mulai makan…heeem
“Mau kan sayang?”
Aku mengangguk
Dan aku terduduk di pinggir ranjang. Mataku terus menatap adik.

Hal 24
Ekh, tiba-tiba tangan adik yang mungil meronta ke arahku.
“Uuups, adik mau apa?” tanyaku
Ekh, dia malah tertawa-tawa
“Kok tertawa?”
Tangan adikku berhasil meraih tanganku
Hihihi..lucu sekali
“Adik mau bermain ya?”
Ekh dia tertawa lagi…

Hal 25
Tapi tiba-tiba dia menangis..oa..oa..oa
“Aduuuh bagaimana ini?”
Cup….cup..cup……..

Hal 26
Mama tergopoh-gopoh datang
“Aku tidak menggodanya ma…” kataku takut, aku khawatir mama menganggapku telah mengganggu adikku
Mama menggendongnya dan berkata, “Adik menangis karena lapar..”
Lapar?


Hal 27
Dan mama mulai menyuapinya dengan bubur. Adik menyambut suapan mama dengan lahap
“Lihat sayang, adik mulai makan. Dan pasti cepat besar.”
Iiiih, adikku sudah bisa makan, ajaib sekali. Aku terus memperhatikan adikku saat makan dan malah berharap dia cepat besar…aku mulai menyanyangi dia…


Hal 28
Suatu hari….
Setelah selesai belajar membaca, aku mau tidur siang, mama datang sambil menuntun adik dengan kedua tangannya
“Kak Rizan, adik sedang belajar jalan nih, kaka mau lihat tidak?” kata mama dengan wajah ceria
Aku bangkit dari tidur dan berkata, “Adik sudah bisa jalan?”
“Belum, kalau kak Rizan sekarang sedang belajar membaca, kalau adik Rizal belajar berjalan.”
“Aku dulu seperti itu ma?”
“Iya dong sayang, semua orang pernah belajar berjalan sebelum benar-benar bisa berjalan dan berlari.”
Wow…ajaib sekali adikku, aku juga..haha

Hal 29
“Ma.mam…ma…” oceh adikku saat sedang belajar jalan
Apa….adikku mulai bisa ngomong
“Mama…adik..?” aku menatap mama dan adik bergantian
“Iya, adik mulai bisa panggil mamamama, papapapapa, bentar lagi kakakaka..”
Haaah…ajaib sekali adikku…

Hal 30
Semakin hari aku semakin menyanyangi adikku. Ternyata kehadiran dia justru menambah ceria suasana rumahku. Dan ternyata mama papa juga tidak mengabaikan aku, mereka tetap memperhatikanku. Aku malah diizinkan mama untuk menjaga adikku sepulang sekolah..dan luar biasa sekali, aku bisa memeluknya semauku, mencium pipinya yang wangi, membelai kulitnya yang lembut, bahkan aku bisa mengajaknya bermain dengan kerincingan hadiah dari nenek. Tahu tidak, kami seringkali tertawa bersama…

Hal 31
Adikku ajaib…dia ketika lahir keciiiiil sekali, sekarang tumbuh membesar.
Adikku ajaib…ketika lahir dia hanya bisa menangis sekarang dia sudah bisa mengucapkan banyak kata-kata
Adikku ajaib…karena dia bisa kuajak bermain dan tertawa bersama
Adikku ajaib..karena dia terus tumbuh dan membesar
Dan
Aku juga ajaib karena aku juga terus bertambah tinggi…

Hal 32
Kini, aku menyadari bahwa adikku ajaib, aku juga ajaib dan semua manusia ajaib!

No comments:

Post a Comment