“Saya
telah menerapkan ilmu yang diperoleh dari training yang sudah diikuti dulu
dulu, pelan pelan saya semakin pede dalam berbisnis. Tapi kok merasa ada yang
kurang ya, kembali saya ke teh Indari, datang untuk ikut TOD. Alhamdulillah
seperti ter-refresh. Saya kembali bersemangat untuk memperbaiki. Dan alhamdulillah mulai ada peningkatan-peningkatan
yang wajib disyukuri. Selalu ada ujian
dan godaan dan ujian saya adalah ya itu mood yang suka nggak jelas. Tapi
alhamdulillah selepas TOD, mumpung semangat masih terjaga, niat pengen TOD
lagi, tapi waktu teh Indari meluncurkan training 30on30, akhirnya saya memilih
ikut training 30on30. Ini training yang
bikin saya semangat pol, asiik, seru, komplit. Alhamdulillah hasilnya tetap
bikin saya terus bersyukur dari setiap pencapaian. Semakin ke sini bukan berarti tugas sudah
selesai, karena masih ada planning untuk project baru (ini masih penggodokan,
mohon doanya saja) dan ada yang harus diupayakan tetap menjaga stabil
pencapaian, minimal stabil, nggak turun, tugas bukan hanya ketika masih
bertraining tapi sebisa mungkin tetap berkelanjutan hingga pasca training. Tetap belum sempurna karena itu untuk
menyemangati bisa belajar lagi. Ilmu,
mentor dan kesempatan adalah media yang bisa support kita untuk bisa berkembang
dan maju, namun modal utama berupa niat dan kemauan adalah dari diri sendiri,
kitalah yang menentukan”.
Demikian
sharing dari Leader Grup WA Reparasi Bisnis, Dian Kristanti pada saat sharing
session dengan para perempuan pebisnis.
Perempuan
pemilik bidang fashion daster ini telah merintis bisnisnya dari tahun
2011. Ide bisnis unik yang bertujuan
mematahkan stereotip bahwa berdaster itu kudet, nggak gaul, nggak asik, nggak fashionable,
pokoknya ndeso bangetlah, emak-emak banget. Bisnis perdasteran yang Dian
lakukan tidak main-main, hingga akhirnya Dian mampu menemukan model yang
menjadi best seller dengan tagline “daster anti emak-emak”. Yakni daster bercutting sexy, yang dikenal dengan
sebutan lingerie tapi berbahan shantung (umum disebut rayon juga) atau
disingkat “Lisha”.
Setelah mengikuti reparasi bisnis 80%, branding “Lisha” telah berhasil. Dari segi nilai rupiah, Dian bisa menghasilkan keuntungan 5jt tiap bulannya, Namun seperti dikemukakan di awal tadi, pencapaian ini tidak membuat Dian puas dan berhenti mengupgrade diri.
Mmm…Dian
memang seorang perempuan pebisnis yang selalu haus akan ilmu bisnis. Pasca mengikuti training reparasi bisnis yang
telah meraih pencapaian yang luar biasa beliau tidak berhenti sampai di
sana. Beliau kembali mengupgrade
kemampuan ilmu bisnis dengan mengikuti TOD dan traning 30on30.
Ya,
memang bukan besaran angka yang menjadi parameter kesuksesan seorang perempuan
pebisnis, melainkan bagaimana diri kita tetap memiliki komitmen dan konsistensi
untuk terus mengupgrade diri dan semakin menjadikan bisnis kita melesat hingga
bisa menjadikan bisnis kita sebagai sarana untuk lebih banyak lagi berbagi
dengan sesama.
No comments:
Post a Comment