SEMOGA BERKAH USIAKU, UNTUK TABUNGAN PAHALAMU, MAH (Menepis perbedaan sudut pandang dengan orangtua melalui pola koreksi, introspeksi, dan tafakur diri)



Pernah berselisih dengan ibu karena perbedaan cara pandang? saya sih, say yes!
Pernah mencoba memberikan masukan pada ibu dan dianggap terlalu mengatur? saya sih, yes juga!
Pernah berantem karena masalah kecil yang ternyata dianggap itu besar? Saya juga pernah!

TAPI...
Itu tidak menyurutkan saya untuk terus memperbaiki hubungan dengan mama.
Perjuangan yang sangat keras untuk bisa menyatukan pendapat dan persamaan, meski saya juga paham bersama itu bukan karena SAMA.
Sejak kecil, remaja, hingga dewasa saya banyak berselisih dengan mamah daaaaan itu dipahami oleh kami berdua karena perbedaan sudut pandang.
Mamah paham dengan kondisi ini, saya pun sama.

TAPI...
Kami tetap bersama!
Kalau udah berselisih, saya akan mendatangi mamah, memeluknya, dan meminta maaf setulus hati
Tidak jarang, mamah duluan datang ke kamar saya atau memanggil saya ke kamarnya, memeluk saya, dan meminta maaf karena merepotkan saya.
Aaaaah, hidup saya dengan mamah seperti jungkat jungkit, naik dan turun... 

ITULAH HUBUNGAN KAMI, namun seiring waktu, intensitas pertengkaran kami menurun drastis, karena ketika mamah melakukan sesuatu yang menurut saya tidak pas, saya akan lebih memakluminya.

JIKA pun saya melakukan kesalahan di mata mamah, mamah akan memakluminya juga dan menegur dengan cara lebih baik.

KAMI MENUMBUHKAN KEDEKATAN HATI seiring waktu, tidak dipaksakan dalam waktu cepat, namun menguatkan kesadaran bahwa kami berbeda dan kami harus tetap bersama dengan perbedaan kami.

DIAM-DIAM saya mengambil inspirasi dari kisah hubungan ibu dan anak perempuannya dari banyak sahabat

DIAM-DIAM saya menumbuhkan rasa BER-UTANG saya pada mamah yang 9 bulan perutnya menggelembung karena saya ada di rahimnya, menyusui saya selama 2 tahun, merawat saya yang tak bisa apa-apa di masa kecil, melindungi saya.

DIAM-DIAM saya menitikkan airmata pada setiap do'a-do'a yang hampir setiap hari mamah berikan pada saya (Neng sing gede milik, sing sehat sampe tua, sing bahagia terus, sing loba rezekina, dan do'a lainnya) 

DIAM-DIAM saya menakar pengorbanan mamah dengan sedikit hal yang mampu saya berikan untuknya, tidak akan terbalaskan oleh apapun

DIAM-DIAM saya belajar dari mamah dengan karakter mamah menjaga saya putrinya agar saya bisa memperbaiki cara saya berkomunikasi dengan anak-anak saya

IYA, dengan diam-diam saya introspeksi, koreksi, dan tafakur diri mengenai hubungan saya dan mamah

KARENA diam-diam saya semakin yakin, kalau apapun yang terjadi antara kami tidak meluruhkan rasa cinta kami

Dan, Mah, kemarin, tepat 37 tahun lalu mamah melahirkan saya, Indari Mastuti ke dunia ini...terimakasih

TANPA MAMAH...
Saya tidak akan ada sekarang...
Saya tidak akan ada di posisi ini...
Saya tidak akan memiliki keluarga sehebat ini...
Saya tidak hidup di lingkungan ini...

ATAS IZIN ALLAH, saya dilahirkan dari rahimmu, Mah. Pasti ada alasannya...
Do'akan berkah usia saya, ya, Mah...
Berkahnya usia saya adalah tabungan pahala mamah...
37 tahun, Mah...semakin tipis usia anakmu ini....
37 tahun hari ini, kutitipkan sebuah kado untukmu yang telah melahirkanku...
I Love You, Mamah

No comments:

Post a Comment