Pedih!
Perih!
Sedih!
Melihat beredarnya video viral mengenai anak-anak yang membully kepada anak-anak lainnya.
Perih!
Sedih!
Melihat beredarnya video viral mengenai anak-anak yang membully kepada anak-anak lainnya.
Anak
SMP menghajar ramai-ramai temannya.
Anak
kuliah membully teman "istimewa"nya.
Saya
mengatakan anak-anak, karena berapapun usia si anak, saya melihat usia tidak
membuatnya lebih matang.
Mereka
mengedepankan rasa "superior" untuk menunjukkan kekuatannya.
Mereka
sedang membuat dirinya "diakui" dengan melemahkan teman lainnya.
Mereka
sedang merasa hebat dengan melukai teman lainnya.
Jika
saya adalah orangtua anak yang dibully saya akan merasa sedih luar biasa TAPI
saya akan menjadikan pelajaran ini untuk mengkuatkan anak.
Saya
akan masukkan anak untuk latihan bela diri.
Saya
akan buat anak untuk KUAT secara karakter untuk melawan.
Saya
akan buat anak membela diri, meski itu dengan berteriak meminta tolong.
Entah,
bagaimana perasaan orangtua yang anaknya menjadi korban dalam video itu.
TERUTAMA
entah apa yang dirasakan anak yang menjadi korban.
Trauma?
Takut?
entahlah,
rasanya sulit menduga-duga.
LALU,
bagaimana jika saya menjadi orangtua anak yang MEMBULLY?
Saya
tidak akan membela anak saya di mata public.
Saya
akan menghukumnya!
TAPI...
Saya
akan menemaninya untuk berubah lebih baik.
Saya
akan bertanya padanya, "Nak, jika kamulah yang menjadi korban dalam
peristiwa ini, kira-kira perasaanmu seperti apa?"
Saya
akan bertanya dengan menempatkan anak-anak pembully menjadi korbannya.
MUNGKIN
SAJA, ada yang terlewat dilupakan oleh kita, orangtuanya yaitu mengajarkan anak
memperlakukan orang lain seperti dia ingin diperlakukan.
Jika
dia dilahirkan tidak sesempurna sekarang, apa yang akan dia lakukan?
Jika
dia tidak sepintar sekarang, apa yang akan dia lakukan?
Jika
dia tidak segaul sekarang, apa yang akan dia lakukan?
Jika
dia tidak se-pede saat ini, apa yang akan dia lakukan?
Surat
ini untukmu, Anakku...
NAK,
kita semua sama bukan?
Kita
manusia yang sama di mata Tuhan.
Tidak
peduli kamu tinggi, temanmu pendek.
Tidak
peduli kamu mancung, temanmu pesek.
Tidak
peduli kamu memiliki tubuh yang sempurna, temanmu disabilitas.
Tidak
peduli kamu berprestasi, temanmu tertinggal.
Kita
sama, Nak.
Di
mata Tuhan kita sama, lalu kenapa engkau harus merasa "lebih" dan
merasa harus diakui oleh manusia lainnya?
Selain
ibadah, tugas kita sebagai manusia adalah merangkul manusia lain.
Merangkul
yang lemah.
Menghangatkan
manusia yang dingin.
Menguatkan
yang lemah.
JANGAN
NAK, jangan gunakan kekuatan untuk melemahkan.
Jangan
gunakan kesempurnaan untuk merendahkan.
Jangan
gunakan kesempatan untuk keburukan.
TIDAK
HEBAT NAK, kamu tidak hebat jika melakukan ketiganya!
JUSTRU
dengan melemahkan, merendahkan, dan melakukan keburukan akan membuatmu lebih
rendah dari teman yang kamu lemahkan, rendahkan, dan hancurkan.
TAPI
NAK, JIKA ENGKAU SUDAH MELAKUKAN KESALAHAN
Sudah
membully...
Sudah
menyakiti...
Sudah
melemahkan...
Sudah merendahkan...
TIDAK
ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BERUBAH meskipun mungkin cap negatif sudah engkau
dapatkan dari orang lain.
Mungkin
saja, dari pembully, engkau akan dibully oleh lebih banyak orang apalagi dengan
adanya video viral di era saat ini.
BERUBAHLAH...
Karena pada saat dibully, kini engkau merasakan bukan perasaan temanmu yang engkau bully?
Karena pada saat dibully, kini engkau merasakan bukan perasaan temanmu yang engkau bully?
Sedih...
Gelisah...
Takut...
Khawatir...
Engkau merasakannya juga kan, Nak?
Gelisah...
Takut...
Khawatir...
Engkau merasakannya juga kan, Nak?
Sini
Nak, pada saat inilah engkau harus kembali pada jalan yang lebih baik, bukan
untuk siapa-siapa tapi untuk masa depanmu sendiri.
Engkau
harus membuktikan, engkau layak untuk berubah lebih baik.
Engkau
harus memastikan, langkahmu semakin terarah.
Engkau
harus mengatakan pada dunia, engkau akan menjadi anak yang lebih baik.
INI
PELAJARAN UNTUKMU, NAK.
Ibu
tak akan membelamu, engkaulah yang akan melakukan pembelaan diri sekaligus
PERBAIKAN DIRI sebab ibu tahu kalau apa yang engkau lakukan MEMANG SALAH.
Tertanda,
Ibumu
Ibumu
No comments:
Post a Comment