Saya paling nggak bisa denger
ada yang terbelit utang. Apapun bentuk
utang dan pada siapa berutang, baik utang RIBA atau utang personal. Itulah bedanya emak-emak kalau ngajar, selalu
ada kaitan EMOSIONAL sehingga berujung pengen terus mendampingi padahal
kelasnya sudah beres. Saat mengajar di
kelas emak-emak yang TERBEBANI UTANG dada saya sering bergemuruh dan pipi menghangat.
Keinginan terbesar saya adalah semua
orang merasakan sensasinya tidak berutang.
Betapa pahamnya saya mengenai apa yang mereka rasakan karena saya juga
pernah mengalaminya.
Karena kami paham betapa tidak enaknya memiliki utang hingga akhirnya kami berjuang ZERO UTANG sejak tahun kemarin baik kepada personal hingga bank.
Saya dan suami merasa berEMPATI
pada mereka yang memiliki piutang pada kami hingga akhirnya kami MEMUTIHKAN
segala jenis utang orang lain pada kami.
Jika yang berutang tak pernah
mengontak kami, saya langsung kirim pesan singkat:
"Melalui pesan singkat ini, secara ikhlas saya dan suami saya melunaskan utang Anda mulai detik ini. Semoga bermanfaat, berkah langkahnya, dan ringan bebannya."
"Melalui pesan singkat ini, secara ikhlas saya dan suami saya melunaskan utang Anda mulai detik ini. Semoga bermanfaat, berkah langkahnya, dan ringan bebannya."
Setelah mengirimkan pesan
singkat itu, biasanya mereka akan membalas dengan sejumlah do'a. Bukan, bukan
do'a yang kami minta untuk balasan hal ini. Kami hanya sekadar mencoba
meringankan beban siapapun yang terbebani dengan utang, berapapun jumlahnya.
Sejak paham tidak enaknya punya
utang. Saya dan suami memutuskan tidak meminjamkan uang berapapun jumlahnya
pada siapapun. Jika ada yang mau berutang, kami memilih memberi semampu kami
bukan utang. Biasanya kami akan mengatakan pada yang mau berutang:
"Jangan berutang, kami tahu, rasanya tidak enak akan jadi beban kita. Saya hanya ingin membantu tapi tidak sebanyak kebutuhannya, nggak apa? ini bukan utang, hanya karena mencoba membantu semampu kami."
"Jangan berutang, kami tahu, rasanya tidak enak akan jadi beban kita. Saya hanya ingin membantu tapi tidak sebanyak kebutuhannya, nggak apa? ini bukan utang, hanya karena mencoba membantu semampu kami."
Ada seorang perempuan curhat
kepada saya,”Sekarang saya lagi bingung Teteh.
Sepuluh tahun lalu saya minjemin surat tanah untuk jadi jaminan di
koperasi teman suami, karena modal percaya taka da hitam di atas putih. Sebulan yang lalu orangnya meninggal. Parahnya istrinya nggak tahu. Sebagai pelajaran sekecil apapun hutang harus
dicatat karena menyangkut hak orang lain.”
Ya, benar sekali, utang itu
beban...
LEBIH BAIK, jangan BERUTANG dan
jangan MENGUTANGKAN...
Tanpa utang, langkah menjadi
lebih ringan.
Tanpa utang, kita bisa berpikir
lebih jernih.
No comments:
Post a Comment