MANAJEMEN RUMAH TANGGA ITU PENTING!

Beberapa waktu ini saya terus menerus membaca pro dan kontra tentang RUU Ketahanan Rumah Tangga
Oh, jadi negara bakalan ngatur ampe ke urusan rumah tangga orang ya? itu privasi banget! #kepo
So, kalau ada istri yang nggak mau beresin rumah atau sekadar cuci piring bisa dituntut dong #makinlah kepo saya
Ada apa sih dengan RUU Ketahanan Rumah Tangga?
Serem dooong kalau emang tuntutan bisa diajukan karena sang istri nggak bisa menjalankan tugasnya di rumah PADAHAL menurut saya tugas ngurus rumah bukan cuman urusan istri
Saya sendiri nggak cakap memasak
Saya jarang sapu ngepel rumah
Saya rasanya nggak bener-bener amat jadi seorang istri, hiks
TAPI meski berseliweran info pro dan kontra saya yang kepo nggak mau ikutan share yang nggak jelas, saya musti cari tahu sampai tuntas!
Alhamdulillah kemarin dapat pencerahan mengenai RUU Ketahanan Rumah Tangga dari Ibu Ledia Hanifa dan bagi saya CLEAR banget bahwa patokan dalam RUU Rumah Tangga bersumber pada bagaimana HAK dan KEWAJIBAN SUAMI ISTRI sebagai satu kesatuan dalam keluarga yang bertugas untuk MENCETAK GENERASI UNGGUL dalam hal ini anak.
Pastinya mencetak generasi unggul tidak bisa hanya sekadar membiarkan semua keluarga berjalan begitu saja namun pastinya ada aturan-aturan di dalamnya.
Aturan dibuat bukan untuk dilanggar, apalagi sekadar diperdebatkan, tapi juga direnungi, dipikirkan, dan dilaksanakan demi kebaikan bersama.
Terkait dengan peran seorang istri dalam rumah tangga pun sebetulnya simple, istri bukan berarti bagian pengurus rumah tangga seutuhnya, mulai dari mendidik hingga mengerjakan tugas rumahan. Tugas istri adalah memanagemeni rumah tangga.
Manajemeni rumah tangga, manajemeni kelola kegiatan rumah tangga.
Boleh kok nggak cuci piring, nggak nyapu, nggak nyuci, atau tidak mengerjakan semua dengan satu syarat tetap rumah dalam kondisi nyaman artinya DELEGASIKAN pada orang yang menjadi asisten rumah tangga.
Atau....bukan hanya itu, peran suami istri pada dasarnya saling melengkapi, meringankan, dan memahami.
Suami tak bisa semena-mena membiarkan istrinya dalam kelelahan mengurus segalanya dengan dalih sudah mencari nafkah, istri pun tak bisa semena-mena dengan dalih capek mengurus anak tak mau lagi melayani suami.
Berbagi tugas menuju kebaikanlah adalah peran yang harus diemban suami dan istri.
Aturan datang untuk mengatur, bukan untuk menyiksa siapapun
Saya rasa negara wajib mengatur hingga ke ranah hak dan kewajiban suami istri. Kenapa? sebab tanpa aturan keluarga Indonesia akan semakin tak beraturan.
Tahukah Anda bahwa saat ini konsep keluarga sudah semakin melenceng kemana-mana?
Jika tak diatur, kemana seorang istri yang teraniaya akan mengadu?
Dimana suami yang tak mendapatkan haknya mengadu?
Bagaimana konsep mencipta generasi unggul bisa terlaksana jika standar didik menjalankan keluarga berbeda satu sama lain?
Namun sebelum ke RUU Ketahanan Keluarga yang sebenarnya masih dalam draft saja artinya belum ketuk palu, saya sih lebih setuju kita membenahi konsep berkeluarga dengan hal-hal yang simple seperti ini:
@ MULAI DARI SEBELUM MENIKAH jadi penting sekali melalui proses pemahaman pernikahan sebelum menikah, bahkan sampai memilih pasangan hidup. Sebaik-baiknya langkah diawali dari adanya ilmu.
@ BACA LEBIH BANYAK DAN PRAKTEKKAN LEBIH BANYAK. Landasan berkeluarga sebetulnya sudah jelas dalam AlQur'an dan banyak buku menerjemahkannya, pahami, hayati, praktekkan. Allah menyiapkan kemuliaan bagi seorang suami dan istri dengan berbagai aturan menuju kebaikan keluarga.
@ BERGABUNGLAH DENGAN KOMUNITAS PARENTING. Komunitas sangat penting untuk membangun kesadaran berpikir akan sesuatu hal, sehingga sangat mungkin dengan bergaul di komunitas seperti ini membuat kita semakin paham bagaimana membangun keluarga dan mendidik anak-anak seharusnya.
@ SALING MEMBERI KRITIK SARAN DENGAN PASANGAN. Jangan menutup mata dan telinga dari saran pasangan kita sebab dialah yang paling paham siapa kita. Apa kelebihan dan kekurangan kita. Apa yang harus diperbaiki dab ditingkatkan.
@ BERTANYA PADA YANG AHLI. Sangat penting memiliki teman, sahabat, atau siapapun yang bisa dijadikan tempat bertanya mengenai permasalahan keluarga sehingga jawaban bisa lebih tepat. Tak perlu jauh-jauh mencarinya, saya adalah pembaca Nova dan ada kolom konsultasi keluarga dipandu oleh Ibu Rienny, ahli psikologi. Saya senang membacanya sebab setiap jawaban adem banget bacanya.
@ MULAI DARI DIRI SENDIRI. Mengubah apapun tak bisa dengan mengubah sekeliling kita terlebih dulu. Orang di sekitar kita memiliki pandangan, karakter, hingga sikap yang tak bisa dikendalikan orang lain. Hanya diri sendiri yang bisa mengendalikan diri kita. Maka berubahlah demi kebaikan dengan mengendalikan diri kita dulu, bukan mengendalikan orang lain yang jauh lebih sulit diubah. Salah satu yang penting dalam berkeluarga adalah bagaimana melihat pasangan kita dari pandangan positif, anak-anak dengan pandangan positif, sehingga jika ada kesalahan terjadi fokus kita pada solusi bukan menyalahkan.
@ BUANG EGO SENDIRI. Merasa dikekang, merasa diatur, merasa tidak bebas, dan perasaan yang berujung pada berontak dan berjalan dengan *gimana gue* sebab yang dipikirkan dalam konsep keluarga bukan hanya diri sendiri tapi juga generasi penerus kita.
@ MEMUPUK KEBERANIAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT. Perempuan harus memupuk keberanian bersuara namun suara ke arah kebaikan bukan keberanian dengan landasan ego pribadi. Tidak mudah memang, sebab perempuan tercipta dengan kelembutan dan kepenurutannya. Namun, tak ada salahnya berlatih dari sekarang untuk menyuarakan kebaikan bagi keluarga dan perempuan lainnya.
@ BERANI MEMBENAHI KESALAHAN. Semakin bertambahnya ilmu yang didapatkan seiring dengan kemauan baca buku, berkomunitas, bertanya pada ahlinya, pasti terasa jika ada yang salah dalam konsep yang dijalankan maka tugas selanjutnya adalah berani membenahi kesalahan dan melangkah lebih tepat dalam berkeluarga.
Itulah kira-kira sedikit dari oleh-oleh saya bertemu dengan para perempuan pejuang keluarga yang memang terjun langsung dalam masalah-masalah keluarga Indonesia.
Terima kasih pada Allah karena memberikan saya kesempatan untuk menambah ilmu, menambah wawasan, dan menambah keluarga yang seirama demi mencetak GENERASI UNGGUL INDONESIA, bismillah, mari berjuang bersama di tengah lilitan masalah keluarga Indonesia dan anak-anak saat ini.


No comments:

Post a Comment