"Ayah, benarkah
istri itu harus melayani suami?" tanya Ammar.
Suami mengangguk, lalu Ammar berkata, "sungguh kasihan jadi perempuan, dia sudah melahirkan, menyusui, membereskan rumah, memasak, dan semua dilakukan, lalu badannya capek, lalu harus melayani suami juga." Sungguh kami terkejut dengan argumennya.
Ammar menambahkan, "Seharusnya suami ikut membantu istrinya yang capek bukan hanya ingin dilayani saja."
Saya dan suami saling berpandangan, lalu suami menjelaskan mengenai peran istri terhadap suami seperti apa
Suami mengangguk, lalu Ammar berkata, "sungguh kasihan jadi perempuan, dia sudah melahirkan, menyusui, membereskan rumah, memasak, dan semua dilakukan, lalu badannya capek, lalu harus melayani suami juga." Sungguh kami terkejut dengan argumennya.
Ammar menambahkan, "Seharusnya suami ikut membantu istrinya yang capek bukan hanya ingin dilayani saja."
Saya dan suami saling berpandangan, lalu suami menjelaskan mengenai peran istri terhadap suami seperti apa
Oh Ammar kelak
engkau akan menjadi suami yang luar biasa, surga istrimu tercipta darimu,
masyaAllah
Di lain waktu…
"Menurutku keluarga kita itu keluarga bahagia," ujar
Ammar malam itu. Saya tersenyum.
"Apa kriteria keluarga bahagia menurut Ammar?" tanya saya.
Dia menjawab, "Sering berkumpul bersama dan tak pernah marah-marah Ayah Bundanya."
Dia menjawab, "Sering berkumpul bersama dan tak pernah marah-marah Ayah Bundanya."
Kami semua tersenyum
Pada kesempatan tengah berdua…
"Ammar, jijik iiiih, jangan
megang-megang dan ciumin kaki Bunda!" teriak saya.
Tapi si lelaki kecil ini terus melakukannya, saya geli sebenernya, takut kotor juga.
"Kata Bunda, seorang Ibu nggak pernah jijik sama anaknya, mandiin, nyebokin, dan bersihin apapun, ciumin terus saking sayangnya, harusnya anak juga gitu kan, Buuuuun, aku nggak jijik kok, aku sayang Bunda," jawabnya setelah saya protes terus.
Bunda pasrah hahahhaa
Tapi si lelaki kecil ini terus melakukannya, saya geli sebenernya, takut kotor juga.
"Kata Bunda, seorang Ibu nggak pernah jijik sama anaknya, mandiin, nyebokin, dan bersihin apapun, ciumin terus saking sayangnya, harusnya anak juga gitu kan, Buuuuun, aku nggak jijik kok, aku sayang Bunda," jawabnya setelah saya protes terus.
Bunda pasrah hahahhaa
Saat saya mengungkapkan isi hati…
"Ammar, Bunda tuh suka amazing banget sama argumen
Ammar, kok bisa sih Ammar mengeluarkan argumen-argumen yang gimaaanaaaa gituh," ujar saya.
"Amazing itu apa?" tanya dia.
"Amazing. heeem luar biasa," sahut saya.
"Luar biasa itu apa?" tanya dia lagi.
"Amazing itu apa?" tanya dia.
"Amazing. heeem luar biasa," sahut saya.
"Luar biasa itu apa?" tanya dia lagi.
Dan berlanjutlah dia bertanya arti kosakata baru.
MEMUJI pun jadi ilang kebawa angin. Wkwkwkkw
MEMUJI pun jadi ilang kebawa angin. Wkwkwkkw
Hingga pada suatu saat saya mendapatkan komentar
tentang lelaki kecil itu…
Ammar itu dewasa
Ammar itu cerdas
Ammar itu pinter
Ammar itu mengayomi
Beberapa ibu teman sekolah Ammar memberikan pujian pada Ammar berdasarkan cerita teman-temannya dan hasil pengamatan mereka saat kami berkumpul di pinggir kolam renang sambil menikmati suasana latihan renang anak-anak kami.
Ammar itu cerdas
Ammar itu pinter
Ammar itu mengayomi
Beberapa ibu teman sekolah Ammar memberikan pujian pada Ammar berdasarkan cerita teman-temannya dan hasil pengamatan mereka saat kami berkumpul di pinggir kolam renang sambil menikmati suasana latihan renang anak-anak kami.
MasyaAllah, sebaik-baiknya pujian hanya milik Allah saja, manusia hanya sebaik-baiknya berusaha yang terbaik dalam hidupnya
Terimakasih Ammar....
No comments:
Post a Comment